Semua Bab Diceraikan Suamiku, Dinikahi Adik Iparku : Bab 41 - Bab 50
62 Bab
Bersembunyi
Lukman merasa kakinya berat saat melintasi jalan yang mengarah ke rumahnya. Cahaya bulan purnama berusaha menembus awan hitam yang menggantung rendah di langit, menciptakan suasana yang gelap. Helaan nafasnya membeku di udara dingin malam itu, menghasilkan semacam kabut tipis di depannya saat ia terus berjalan, langkah demi langkah, menuju rumahnya yang teduh. Rumah itu terlihat seperti pulau yang terisolasi, memberikan perasaan kedamaian namun juga kesepian yang melingkupi Lukman di malam yang hening.Pintu rumahnya terbuka tanpa suara, memperlihatkan keheningan yang menghantui. Langkahnya terdengar berat di lantai kayu yang renyah, menggetarkan kesunyian yang mendominasi ruangan. Lukman mencoba memanggil namanya, tetapi tidak ada jawaban yang terdengar. Ruangan itu terasa sepi, seolah-olah menjadi sebuah makam yang ditinggalkan, di mana kehadiran manusia tidak lagi terasa. Hatinya berdebar keras, terasa seperti terkurung dalam kegelapan yang menakutkan, sementara kekhawatirannya sem
Baca selengkapnya
Suara yang dinanti
Lukman terbangun oleh cahaya lembut fajar yang menyelinap perlahan melalui celah-celah tirai, menerangi kamar tidurnya dengan sentuhan hangat. Setelah meregangkan anggota tubuhnya dan menguap dengan nikmat, ia merasakan ketenangan menyelimuti dirinya di pagi yang masih tenang. Dengan napas puas, Lukman melangkah ringan keluar dari tempat tidur, mengayunkan kakinya menuju dapur, di mana perutnya yang keroncongan sudah tak sabar menantikan santapan pagi yang lezat.Saat Lukman berdiri di dekat kompor, aroma kopi yang baru diseduh langsung menyapanya, bergabung dengan harum menggoda dari daging yang dipanggang dan telur yang sedang mendesis di atas panci. Ritual pagi bagi Lukman tidak pernah terasa lengkap tanpa memanjakan dirinya dengan sajian sarapan favoritnya yang sudah menjadi kebiasaan. Dengan keterampilan yang terlatih, ia dengan hati-hati membalik telur yang sedang dimasak di atas penggorengan, tak lupa menatap dengan penuh kekaguman pada kuning telur yang mulai memantulkan caha
Baca selengkapnya
Rencana
Lukman berdiri di depan rumah Siska, tangannya gemetar saat meraba gagang pintu dengan ragu. Udara terasa berat, seolah-olah menyelimuti dirinya dengan keheningan yang menakutkan. Dengan perlahan, ia mendorong pintu dan melangkah masuk ke dalam rumah. Di dalam, suasana sunyi senyap menyambutnya, seolah-olah rumah itu berusaha menyembunyikan diri dari dunia luar. Gorden-gorden tertutup rapat, menghalangi cahaya matahari dan pandangan dari luar, menciptakan kesan terasing di dalam ruangan yang sebelumnya hangat. Lukman merasa detak jantungnya semakin cepat berdegup.Ketika Lukman berjalan melewati lorong yang remang-remang, jantungnya berdegup kencang dalam kegelapan yang menyelimuti setiap sudut. Dengan ragu, ia memanggil nama Andin, suaranya bergema sayup-sayup di ruangan-ruangan yang kosong, terdengar seperti bisikan di dalam kesunyian. Namun, keheningan masih memenuhi udara, membuatnya semakin gelisah. Namun tiba-tiba, Lukman mendengar suara sayup-sayup dari arah dapur. Seolah-olah
Baca selengkapnya
Klarifikasi
Andin dan Lukman berdiri tegak di hadapan lautan wartawan yang mengelilingi mereka, sorot lampu kilat kamera menyinari setiap sudut, tak satu pun terlewatkan. Kerumunan itu menimbulkan gemuruh di udara saat mereka menantikan penjelasan mengenai rumor yang berkembang tentang hubungan mereka. Lukman mengangkat suaranya di tengah kerumunan."Saya ingin menegaskan bahwa tuduhan yang dilontarkan oleh media hanyalah rumor dan gosip yang tidak berdasar. Saya dan Andin tidak memiliki hubungan apa pun, seperti yang diberitakan selama ini."Andin berdiri di sisinya, ekspresinya tenang namun tegas saat ia menggemakan sentimennya. "Kami dulu memang pernah menjadi saudara ipar. Namun sekarang sudah berubah, sekarang kami dalah rekan kerja dan mitra bisnis, tidak lebih dari itu. Setiap rumor yang menyatakan sebaliknya adalah tidak benar."Para wartawan melontarkan teriakan-teriakan meminta informasi lebih lanjut, pertanyaan-pertanyaan mereka membanjiri udara dalam upaya mereka untuk mengungkap keb
Baca selengkapnya
Sebuah Titik Terang.
Di dalam ruang kerjanya yang remang, dengan cahaya lampu yang redup menciptakan bayang-bayang di sekitarnya, jemari Lukman menari-nari di atas tombol-tombol ponselnya dengan gerakan yang tak menentu. Setiap kali jemarinya menyentuh sebuah nomor, kegelisahan dalam dirinya semakin menguat, dan detak jantungnya semakin keras mengiringi setiap panggilan. Gelombang energi gugup mengalir melalui tubuhnya, menciptakan ketegangan yang nyata di ruang kerjanya. Meskipun berusaha untuk tetap tenang, Lukman tidak bisa menahan kecemasannya yang semakin memuncak, harapannya bergantung pada detektif yang ditugaskan untuk mengungkap kebenaran di balik kasus yang melibatkan Andin dan Siska. Dia berdoa agar detektif tersebut dapat memberikan informasi cukup untuk saat ini."Saya di sini." Terdengar suara cepat di ujung telepon."Yah, ini Lukman," sapa Lukman dengan suara serak. "Apa sudah ada kemajuan untuk kasus pelaku penculikan Andin dan Siska?"Terdengar jeda sejenak di ujung telepon, diikuti oleh
Baca selengkapnya
Jebakan
Di ruang tamu yang nyaman, Andin duduk terpaku di depan televisi, hatinya hancur saat laporan berita lain ditayangkan. Setiap kata yang diucapkan oleh reporter menimbulkan keraguan akan klarifikasi yang telah ia dan Lukman berikan mengenai hubungan mereka. Meskipun mereka telah berusaha keras untuk menjelaskan kebenaran, tapi terlihat bahwa banyak orang masih memilih untuk mempercayai spekulasi dan gosip yang tak berdasar.Andin merasa putus asa karena upaya mereka tampaknya sia-sia. Rasanya seperti langkah yang diambil untuk membersihkan nama baik mereka menjadi sia-sia di bawah tekanan media yang terus menerus. Dalam keheningan yang menyelimutinya, dia merenungkan bagaimana rumor dan fitnah dapat menghancurkan reputasi seseorang, bahkan ketika mereka tidak bersalah.Sorotan tajam dari layar televisi menerangi ekspresi gelisahnya saat ia menyaksikan gempuran pemberitaan negatif yang tak henti-hentinya. Wajahnya yang sebelumnya tenang kini terpenuhi dengan ketegangan.Rasa frustasi me
Baca selengkapnya
Tertangkap
Taksi tersebut melambat dan berhenti di depan rumah Siska, pemandangan yang tidak asing lagi, memberikan rasa nyaman di tengah-tengah kekacauan yang mengelilinginya. Dengan napas yang teratur, Siska keluar dari kendaraan, dengan kewaspadaan tinggi saat ia membayar supir taksi dan melangkah ke trotoar.Ketika dia berjalan menuju pintu depan, rasa dingin menjalar di tulang punggungnya saat dia merasakan kehadiran seseorang di belakangnya. Bulu kuduk di belakang lehernya berdiri saat dia menyadari bahwa pria-pria dari hari sebelumnya masih mengikutinya.Jantungnya berdebar-debar, Siska mempercepat langkahnya, adrenalin yang mengalir di pembuluh darahnya menambah kecepatannya untuk sampai ke tempat yang aman di rumahnya. Namun, sebelum ia sempat memutar kunci gembok rumahnya, dua sosok bayangan muncul, mencengkeramnya dari belakang dan menyeretnya ke belakang.Teriakan Siska untuk meminta pertolongan teredam ketika lengan-lengan yang kuat melingkari tubuhnya, cengkeraman mereka tak kenal
Baca selengkapnya
Interogasi
13Detektif mengunci pintu ruang interogasi, memastikan bahwa tidak ada jalan keluar bagi dua pria yang duduk di depannya. Cahaya redup dari lampu langit-langit menyoroti wajah mereka yang tegang, memancarkan bayangan-bayangan misterius di dinding beton. Udara di ruangan itu terasa sesak dan kaku, seperti sebuah drama gelap."Baiklah, saya tidak akan bertele-tele, kami tahu bahwa kalian berdua terlibat dalam penculikan Andin dan Siska. Sekarang, saya ingin tahu siapa yang memerintahkan kalian melakukan ini."Kedua pria itu saling pandang, mencoba mempertahankan ketegasan wajah mereka. Namun, mata mereka tak bisa menyembunyikan kecemasan yang tersembunyi di baliknya."Kami tidak tahu apa yang Anda bicarakan," sahut salah satu dari mereka dengan suara bergetar.Detektif menghela nafas. Dia tahu bahwa ini tidak akan mudah, tetapi dia tidak akan mundur begitu saja. Dia memulai dengan pertanyaan-pertanyaan yang tajam, menggali setiap sudut pikiran mereka."Anda bisa berbohong kepada saya s
Baca selengkapnya
Flashback
Andin teringat kembali pada kejadian itu, ketika dia memandang sekeliling kamar hotel dengan pandangan yang kosong, tetapi pikirannya berlomba-lomba memutar kembali kejadian beberapa jam yang lalu. Dia dan Siska telah berhasil lolos dari para penculik yang mengejarnya tanpa henti. Sekarang, dalam ketenangan kamar hotel, mereka berusaha memulihkan diri dari rasa takut.Suaranya yang lembut menyela keheningan. "Siska, apa kamu baik-baik saja?"Siska, yang duduk di tepi tempat tidur dengan rambut yang berantakan, mengangguk pelan. "Iya, Andin. Aku hanya masih merasa gemetar."Andin tersenyum lembut. Dia juga merasakan getaran kecil itu di dalam dirinya. Namun, dia tahu bahwa keadaan akan membaik seiring waktu. Sementara dia baru saja akan mengatakan sesuatu, sebuah suara tiba-tiba menggema dari luar kamar."Tok! Tok!"Mereka berdua menatap pintu, pandangan cemas saling bertukar. Mereka tidak mengharapkan kunjungan apa pun, apalagi di tengah-tengah suasana seperti ini. Namun, ketukan it
Baca selengkapnya
Bala Bantuan
Andin menatap lelaki itu dengan tatapan yang penuh harap. Setiap detik terasa berat di dadanya, menunggu untuk mendengar suara lelaki itu."Saya mengenal lelaki semalam," ujar lelaki itu dengan suara yang berat.Andin merasa dunianya berputar cepat. Hatinya terasa terhenti sejenak, mencerna informasi yang baru saja dia terima. "Siapa dia?" tanyanya dengan suara yang hampir tercekat di tenggorokannya, kebingungannya begitu mencuat.Lelaki itu menarik nafas dalam-dalam sebelum menjawab, matanya menatap jauh. "Dia adalah salah satu teman saya yang terlibat dalam bisnis yang gelap. Dia sering menjadi orang bayaran untuk melakukan pekerjaan kotor."Andin merasa detak jantungnya semakin cepat, bagai sebuah drum yang berdentum di dalam dadanya. Pikirannya dipenuhi dengan ribuan pertanyaan, dan dia merasa kebingungan serta terkejut dengan kompleksitas.Bagaimana segalanya bisa terkait? Apa motif di balik tindakan tersebut? Dan mengapa pria itu melakukan hal itu? Pertanyaan-pertanyaan itu be
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status