Andin Zahira dan Seno Gunawan, pengantin baru di keluarga Gunawan. Kehadiran Andin di keluarga Seno tidak diterima oleh orang tua Seno terutama ibunya. Hanya karena Andin berasal dari desa dan mantan pembantu rumah tangga. Rumah tangga Andin dan Seno yang dari awal sudah tidak harmonis, semakin hancur berantakan saat Bu Sekar turut ikut campur dalam urusan rumah tangga keduanya. Kisruh rumah tangga yang berada diujung tanduk, perlakuan kasar dan manipulasi ibu mertua Andin untuk membuat hidup Andin menderita. Hingga hadirnya Lukmanul Hakim, adik iparnya yang memberikan secercah harapan bagi Andin bahwa dia juga berhak bahagia. Lukman memberikan tawaran agar Andin bisa membalas perbuatan Seno, dengan cara menikahi Lukman. Hubungan yang berawal dari sebuah perjanjian, apakah bisa bertahan?
Lihat lebih banyakSetelah berkeliling sejenak, mereka akhirnya sampai di toko gaun pengantin. Ruangan itu dipenuhi dengan berbagai macam gaun yang indah, dengan desain yang beragam dan warna yang memukau. Gaun-gaun tersebut tergantung dengan anggun di atas manekin, menciptakan pemandangan yang memukau bagi Andin dan Siska.Ada gaun-gaun putih murni dengan renda halus dan detail bordir yang rumit, serta gaun-gaun dengan potongan modern dan tata busana yang menawan. Setiap gaun terlihat seperti karya seni yang hidup, mencerminkan keanggunan dan kemewahan yang tak terbantahkan.Andin dan Siska berjalan di antara gaun-gaun tersebut, mata mereka berbinar dengan kegembiraan dan antusias. Mereka melihat-lihat setiap gaun dengan seksama, membayangkan bagaimana nanti Andin akan terlihat indah dan anggun dalam gaun pengantin yang sempurna."Mana yang paling kamu suka, Andin?" tanya Siska.Andin tersenyum, matanya tat kalah berbinar melihat gaun-gaun yang dipajang di depannya. "Semua gaun ini begitu indah. Aku s
Dewi duduk di tempat persembunyiannya, di sebuah apartemen yang tersembunyi dari pandangan polisi. Dalam kegelapan ruangannya yang sepi, dia menatap layar televisi dengan tatapan kosong. Seolah-olah sedang mencoba memecahkan teka-teki yang rumit dalam labirin pikirannya, tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar seakan dunia yang dulu ia kendalikan terbalik oleh sebuah pernyataan yang tidak dia harapkan sama sekali.Wawancara Lukman yang mengungkapkan niatnya untuk menikahi Andin membuatnya terdiam seketika. Seolah dia sedang dihantam oleh gelombang badai yang menggulung batinnya. Raut wajahnya yang biasanya penuh dengan kesombongan dan kecongkakkan, kini bermuram durja. Selama ini, Dewi telah menghabiskan waktu dan energinya untuk menjatuhkan Andin. Dia telah merencanakan berbagai cara licik dan jahat untuk menghancurkan reputasi wanita itu, termasuk menyebarkan rumor dan melakukan sabotase. Namun, semua usahanya telah gagal, dan sekarang Lukman malah ingin menikahi Andin. "
Suasana pagi di kantor Lukman terasa berbeda dari biasanya. Udara terasa tegang, terisi dengan ketegangan. Langit yang biasanya cerah dan menyegarkan, sekarang terlihat berawan. Di luar pintu kantor, sejumlah media berkumpul dengan sabar. Menunggu dengan penuh antisipasi. Kamera-kamera siap merekam setiap gerak dan kata yang akan keluar dari mulut Lukman, sementara mikrofon-mikrofon berdiri kokoh, siap untuk menangkap setiap kata yang diucapkannya.Kehadiran para wartawan itu menambah beban di kantor. Setiap langkah yang diambil terasa diawasi, setiap kata yang diucapkan menjadi potensi bahan berita. Lukman menyadari bahwa hari ini adalah hari yang akan menentukan banyak hal dalam hidupnya. Di dalam kantor, Lukman duduk di depan meja kerjanya, memikirkan kata-kata yang tepat untuk diucapkan. Setiap detik terasa seperti berjalan dalam lautan pikiran yang berombak-ombak, di mana setiap kata memiliki bobot yang besar dan konsekuensi yang mungkin akan berdampak jauh ke masa depannya. D
Andin merasakan getaran kecil pada ponselnya yang terletak di meja samping tempat tidurnya. Meskipun matanya masih tertutup, dia merasakan kehadiran sambutan pagi yang lembut, memenuhi ruangan dengan aroma harum yang menyegarkan. Dengan gerakan yang pelan, matanya perlahan-lahan terbuka. Andin menyapu pandangannya ke sekitar kamar yang terang benderang oleh sinar mentari yang memancar melalui jendela. Udara segar pagi itu meresap ke dalam napasnya. Dia menatap layar ponselnya, melihat angka di jam digital menunjukkan pukul 4:30 pagi. Senyum tipis menghiasi bibirnya ketika dia menyadari bahwa dia telah bangun lebih awal dari biasanya.Tanpa berpikir panjang, Andin bangkit dari tempat tidurnya dan mengenakan piyama yang nyaman. Dia merasa dorongan yang kuat untuk memasak pagi ini, sesuatu yang jarang dia lakukan belakangan ini. Dengan langkah ringan, dia melangkah menuju dapur, membiarkan aroma kopi hangat memimpin jalannya.Saat dia tiba di dapur, dia menemukan Bibik yang sibuk memper
Hari telah berlalu begitu cepat bagi Lukman. Dari pagi hingga senja, ia terperangkap dalam rutinitas kantor yang melelahkan. Namun, yang lebih menguras tenaganya adalah ketegangan yang dirasakannya sepanjang hari ini. Setiap langkahnya terasa berat, setiap nafasnya terasa terengah-engah di tengah tekanan yang terus menerus menekan dari segala arah. Meski ia mencoba menyembunyikan kelelahannya di balik senyumannya, namun batinnya menjadi medan perang yang penuh gejolak."Aku harap Andin tidak berpikir buruk dengan lamaranku yang tiba-tiba itu," gumam Lukman. Melepas dasi dan jasnya dengan gerakan lambat, Lukman merasakan beban berat dari hari yang panjang dan penuh tantangan mengendap di pundaknya. "Apa dia masih mengurung diri di dalam kamarnya?" tanyanya entah pada siapa. Sejak pagi Lukman belum bertemu dengan Andin. Perempuan yang biasanya menyambut dirinya dengan senyum itu, tidak menampakan batang hidungnya bahkan sampai dia pulang dari kantor. Dia menghela nafas dalam-dalam,
Sinar lembut matahari pagi menyusup di sela-sela gorden jendela kamar Andin. Menerangi ruangan yang temaram tanpa cahaya lampu. Di tempat duduknya di dekat jendela, dia berdiri. Andin menyingkap gorden menyaksikan kehidupan kota berkecamuk seperti koloni semut, bergerak dengan ritme yang berdenyut seperti nadi bumi. Dengung lalu lintas di kejauhan seperti orkestra kendaraan yang tak pernah berhenti, menari-nari di jalanan yang tak pernah tidur, sementara kicauan burung yang sesekali terdengar seperti melodi lembut, mengiringi setiap pikirannya yang melayang jauh. Di tengah gemuruh itu, Andin merasa seperti pelaut yang terhanyut gelombang ombak. Namun tetap merasa terlindungi oleh pelukan hangat alam semesta, memeluknya dalam ketenangan yang mengalir seperti sungai yang tak pernah kering.Hati Andin berdegup kencang tak terkendali, mengingat kembali saat-saat sebelum Lukman berangkat kerja. Seperti bayangan yang tak pernah pudar. Lukman telah menawarinya sebuah pernikahan kontrak, s
Matahari pagi menerobos masuk melalui celah-celah gorden, memancarkan cahaya hangat yang menyebar di ruang tamu rumah Lukman saat ia melangkah dengan langkah-hati menuju kamar Andin. Cahaya pagi itu memberikan sentuhan kehangatan pada ruangan yang sebelumnya terasa hening dan sepi, menciptakan suasana yang menyambut di setiap sudutnya.Langkah Lukman terdengar tenang di lantai kayu yang bersih, langit-langit yang tinggi menyoroti kecantikan rumah yang sederhana namun penuh kehangatan. Di tengah cahaya pagi yang bersemi, Lukman memperhatikan setiap detail rumahnya, merasakan ketenangan sejenak. Dalam keindahan yang mengelilinginya, ia menyusuri lorong yang tenang menuju kamar Andin. Langkah kakinya bergema pelan di lorong, energi gugup berdenyut dalam dirinya saat ia mendekati pintu kamar Andin.Andin mendongak dari tempat ia duduk di meja kerjanya, alisnya berkerut kebingungan saat Lukman memasuki ruangan. "Apa semuanya baik-baik saja?"Lukman ragu-ragu, kata-katanya tersangkut di t
Udara di ruang kerja Lukman terasa kaku saat ia dan sang detektif duduk berhadapan, hening yang menggantung di antara mereka mengisyaratkan ketegangan yang tak terucap. Kertas-kertas berserakan di atas meja, mencerminkan kekacauan dalam pikiran Lukman yang tidak bisa dibendung.Detektif berdeham, memecah keheningan yang terjadi di antara mereka. Suaranya terdengar lembut, seolah-olah mencoba meredakan gelombang tak pasti yang menghantui ruangan itu. Dalam situasi yang tegang ini, detektif bertindak sebagai pemandu, membuka jalur komunikasi yang penting dalam upaya mereka untuk mengungkap kebenaran di balik semua kejadian yang menimpa mereka."Kami belum mendapatkan kemajuan dalam memburu Dewi," akunya, suaranya terdengar frustrasi.Lukman bersandar di kursinya, mengusap-usap rambutnya dengan jengkel, gerakan itu mencerminkan frustrasi yang melingkupi pikirannya. Dalam keadaan yang tegang seperti ini, ia merasa seperti terjebak dalam labirin masalah yang tak kunjung selesai. Usaha-usa
Hari-hari berlalu tanpa memberikan sedikit rasa lega bagi Lukman dan Andin. Meskipun mereka berusaha menjelaskan kepada teman-teman dan keluarga bahwa kabar tentang Andin adalah bohong belaka, namun berita itu masih terus beredar dengan cepat seperti virus yang tidak bisa dikendalikan. Seolah ada yang memegang kendali atas penyebaran berita palsu tersebut. Andin, yang terjebak dalam pusaran fitnah, dia semakin terperangkap dalam ketakutan yang melingkupi dirinya. Setiap hari yang berlalu membawa gelombang ketidakpastian yang semakin memuncak, mengoyak kedamaian dan kepercayaannya pada dirinya sendiri. Rasa takut akan masa depan yang tidak pasti membuatnya merasa terkurung dalam labirin pikiran yang gelap, di mana setiap langkah yang diambilnya terasa seperti langkah menuju kehancuran. Meskipun berusaha keras untuk tetap kuat, Andin merasa seperti tenggelam dalam keputusasaan yang tak terkendali, terjebak dalam jeratan keadaan yang tak terduga. Dalam kegelapan yang menyelimuti, sat
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.