Semua Bab AKU BUKAN ANAK AYAH!: Bab 41 - Bab 50
59 Bab
Hanya Milikku Saja
Aku bukan orang suci. Aku setengah mabuk saat memasuki kamar penganti Alina sekitar lima tahun lalu. Aku bahkan tidak ingat bagaimana caraku memandang Alina saat itu. Tetapi, Alina berkata kalau aku melakukan hal yang hebat saat menidurinya. Lalu malam-malam panas kami selama lima tahun terakhir juga tidak begitu kupedulikan. Aku hanya merasa harus melakukannya dengan Alina, mencumbu wanita yang kunikahi itu. Menyatukan diri sampai mencapai puncak kenikmatan duniawi bersamanya. Sekali lagi, aku sama sekali tidak memperhatikan detail saat datang ke kamar Alina dan menyatukan diri pada titik erotis kami berdua. Aku sangat sadar saat memasuki kamar Ayu. Dan seketika aku takut. Seorang Gatra yang telah mengalami petualangan cinta dengan istri pertamaku mendadak merasa takut pada fakta harus tidur dengan istri kedua. Aku bisa saja menyibak selimut yang tidak sempurna menutupi tubuh Ayu. Aku bisa melihat jenis gaun yang jelas-jelas transparan yang dipilihkan Minu. Pasti Muni, pelayan
Baca selengkapnya
Bagaimana Semalam?
Sakit! Hal pertama yang kupikirkan saat Gatra menyetubuhiku adalah hal itu. Walau pun pria itu terus-terus saja membisakan kalau tidak akan ada hal buruk yang terjadi, aku tidak bisa menahan rasa sakit ini.Aku berkali-kali berusaha mendorong Gatra. Namun, tidak berhasil. Setiap kali aku mendorongnya, Gatra seperti menangkapku dan mendorong dirinya lebih keras dibandingkan sebelumnya. Ciuman-ciumannya bersarang di berbagai tempat di tubuhku, rasanya seperti bongkahan bara. Hanya saja tidak menyakitkan dan hanya membuatku berdebar tidak karuan.Lalu pelan-pelan aku menyukai tekanan yang diberikan Gatra. Seluruh tubuhku terasa bergelenyar. Aku mengerang dan takut kalau Gatra tidak menyukainya. Namun, dorongannya padaku sama sekali tidak berkurang, malah semakin cepat saja.Aku tidak ingat, tetapi aku memeluk Gatra dan begitu sebaliknya. Napas kami sama cepat dan seluruh tubuh Gatra menegang. Aku tidak mengerti dengan yang terjadi, rasa sakit yang mendadak berubah menjadi kenikmatan. Ha
Baca selengkapnya
Kamu Sudah Tidak Mencintaiku Lagi!
“Sudah belah duren?” Erlan bertanya padaku melalui pesan WA.Sialan bangsat satu ini. Kenapa aku harus memberitahunya? Yang benar saja! Aku berdiri dari tempat tidur dan menyadari kalau tidak memakai apapun. Kulirik wanita yang tidur dengan nyenyaknya di tengah ranjang. Libido-ku kembali memuncak.Sepertinya aku harus segera keluar dari tempat ini sebelum mebangunkan wanitaku yang baru pertama kali melewatkan malam panas. Wanitaku yang terasa manis dan mengairahkan.Dengan jubah mandi aku keluar kamar, tidak ada siapapun. Jelas saja. Tidak akan ada yang mau melewatkan malam di depan kamar pengantin. Hari masih terlalu pagi, di luar walau pun sudah sedikit terang, tetapi tidak ada kegiatan apapun. Aku naik ke lantai dua melalui tangga samping. Sama seperti lantai bawah, bagian ini juga sepi.Kamarku dan Alina, istri pertamaku terletak di bagian timur. Pintunya setengah terbuka. Dasar Alina, bagaimana kalau ada pekerja yang masuk begitu saja karena menyangka kalau ia tidak ada di dalam
Baca selengkapnya
Penghasil Anak
Dokter berjalan menuju aula dari lorong tempat kamar Ayu berada. Oma yang memanggil dokter tua itu sebab sudah sebulan sejak aku menikah dengan Ayu. Setelah cukup dekat Dokter tua itu mengeleng pelan. Apa arti geleng itu? Aku menoleh pada Oma. Tapi tampaknya wanita tua yang mengurusku setelah kedua orang tuaku meninggal itu sama sekali tidak berniat memberitahu apapun sendiri. Jadi kau putuskan untuk menunggu dokter yang berjalan dengan lemah ke mulai menuju tempat kami. “Ada apa sebenarnya ini?” tanyaku. Oma memalingkan wajahnya sebentar, menoleh kepada para pelayan yang datang dari luar masuk ke dalam aula. Beliau menunggu sampai para pelayan itu cukup jauh. "Aku mendengar dari Muni kalau Ayu telat datang bulan. Jadi kupikir sebaiknya memeriksa apakah wanita itu telah hamil!"Aku membuang nafas kesal mendengarnya. Sepertinya wanita tua ini menganggap membuat anak seperti membuat adonan kue. "Jadi?" Aku bertanya dengan singkat sama sekali tidak ingin memprovokasi. Oma tidak menj
Baca selengkapnya
Ibu Mau Bertemu
Aku bukan cuma menghindar, tetapi melarikan diri dengan sekuat tenaga untuk tidak harus bertemu dengan Pak Prana. Aku tahu kalau dia yang benar-benar merupakan ayah kandungku tersebut berusaha menemuiku. Tapi bayangkan apa yang aku rasakan? Ia yang tidak pernah datang di dalam kehidupanku tiba-tiba saja mengakui kalau aku adalah putrinya. Ia yang bahkan tidak pernah aku kenal mengatakan itu dengan lantang. Bagaimana seharusnya aku bersikap?"Nyonya, Pak Prana bertanya apakah mau makan sesuatu?" Aku melirik Muni yang menatapku dengan tetapan prihatin. Semua orang di rumah ini tahu soal hubunganku dengan Pak Prana. "Tidak selera!" jawabku. Ini hanya alasan Pak Prana saja. Pria tua itu yang mengaku-ngaku sebagai ayah kandungku hanya ingin merecokiku saja. Aku sudah pernah menemuinya setelah hari pernikahanku dulu. Ia hanya berkata kalau ibuku merindukanku. Ibu merindukanku? Apa tidak salah? Jelas-jelas saat hari Ibu menikam Ayah, Ibu menatapku dengan penuh kebencian hari itu. Andai
Baca selengkapnya
Nyonya, Anda Hamil!
Ada banyak suara di sekitarku. Aku tidak kenal beberapa tetapi yakin menggenal Gatra dan Pak Prana. Awalnya hanya berupa bisi-bisik saja sebelum kemudian menjadi lebih jelas saat ini.Padanganku yang awalnya gelap juga mendadak menjadi cerah. Hingga akhirnya hal pertama yang aku lihat adalah langit-langit. Suara-suara yang awalnya berdegung disekitarku bagaikan lebah lenyap seketika.“Kamu baik-baik saja sekarang?”Aku menoleh dan melihat tatapan khawatir yang berasal dari Pak Prana. Aku sempat berpikir kalau kemungkinan ibuku ada di dalam kamar juga, tetapi tidak sama sekali. Untung hanya pria yang mengaku sebagai ayah kandungku saja.Aku mendorong tubuhku dengan kedua tangan supaya bisa berdiri, tetapi tidak berhasil. Aku sama sekali tidak memiliki tenaga saat ini. Rasanya seluruh tubuhku menjadi ngilu seketika.“Tetaplah berbaring! Tidak ada yang perlu kamu kerjakan selain itu.” Gatra menekan bahuku dengan lembut sekali.Pada akhirnya aku pasrah saja saat ini. “Kok aku tiba-tiba l
Baca selengkapnya
Tertolak
Anehnya perasaan senang karena mengetahui Ayu hamil bertahan lebih lama dibandingkan yang aku bayangkan. Bahkan setelah hari pengumuman kepada semua pekerja di rumah. Bahkan setelah malam terlewati, aku masih saja ingin memeluk siapapun yang aku temui dan berkata kalau istriku sedang hamil.Apakah memang seperti itu euforia menjadi seorang ayah? Candu yang tidak bisa dikendalikan oleh perintah otak saja.Seberapa keras pun aku berpikir, aku tidak menemukan alasan untuk menghilangkan perasaan senang yang muncul setelah mendengar kehamilan tersebut segera. Memang apa salahnya dengan hal itu?Aku mengatakan kata-kata yang tidak pernah kukatakan sebelumnya. Kalimat-kalimat yang menenangkan itu terasa begitu aneh di lidah. Seperti sedang mengulung permen yang baru pertama kali kumiliki. Namun, aku sama sekali tidak membencinya.Ketika aku menyentuh puncak kepala Ayu, menyuruhnya untuk memejamkan mata, rangsangan aneh lainnya yang entah berasal dari mana muncul. Rangsangan itu mendikteku un
Baca selengkapnya
Makanan Bau
Aku hampir muntah ketika Muni menyodorkan makanan padaku. “Bau apa ini Muni?” tanyaku memencet hidung sekuat tenaga dan berusaha bernapas melalui mulutku saat ini.Muni menghidu segera. Lalu kulihat ia mengeleng dengan penuh semangat. “Tidak ada bau apa-apa kok, Nyonya! Ah, ada ini sih, tapi ini kan wangi sekali!” kata Muni senang.“Jauhkan itu dariku!” kataku memohon. Sungguh. Aku tidak sanggup bernapas dengan cara normal kalau makanan datang ke kamar ini berbau menjijikan seperti ini.Muni entah iseng atau hanya tak percaya dengan kata-kataku menyodorkan makanan ke arahku.Padahal hidungku telah kupencet hingga tak ada aliran udara yang masuk ke salah satu alat pernapasan itu. Namun, masih saja berbau busuk. Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan supaya Muni berhenti mengerjaiku?“Nyonya belum makan sejak kemarin! Nanti Nyonya sakit!” Muni mendorongkan sesendok makanan menuju mulutku.Aroma menyengat yang sejak tadi berusaha kuhindari sekuat tenaga menyerang dengan ganas saat ini.
Baca selengkapnya
Sebuah Pembenaran
“Mengalami problem ayah baru?” Erlan muncul dengan ejekannya di pagi hari di ruangan kantor mewah tempat aku menenangkan diri.Tidak ada yang aman di rumah sejak Ayu dinyatakan hamil setelah menikah selama sebulan. Bagiku sebuah kebahagiaan karena sebentar lagi mendapatkan apa yag kuinginkan. Namun, Alina--wanita yang memintaku mencari rahim lain untuk memiliki anak malah menjadikannya sebagai bahan pertikaian.“Sialan!”Erlan mematung kulihat, berusaha terlihat sangat bersalah dan akan memutuskan keluar sambil menangis dengan menutup kedua tangannya. Tapi kemudian tak lama setelah penyesalan yang dibuat-buat itu muncul, Erlan tertawa terbahak-bahak.“Nikmati itu Bro!” katanya sambil duduk di sofa tanpa dipersilakan.Aku mengerutu cukup lama sampai kemudian menyadari kalau sebenarnya aku cukup senang dengan semua yang terjadi. Rasanya seperti dibutuhkan. Rasanya jelas menjadi prioritas.“Tidak sabar bertemu dengan anakmu?” Erlan memiringkan kepalanya saat bertanya padaku.Aku menekan
Baca selengkapnya
Peringatan
Muni melaporkannya padaku. Aku belum sempat melihat keadaan Ayu. Ah … benar-benar. Dibiarkan malah menjadi. Aku menghargainya sebagai ayah kandung Ayu. Tapi, sepertinya aku tidak dianggap sebagai menantu.“Terima kasih Muni!” kataku.“Saya khawatir sama Nyonya Pak!” Muni mengatakan itu terakhir kali sebelum kemudian pamit keluar ruang kerja.Kulihat jam di ponselku, hampir pukul sembilan malam. Kebanyakan pelayan sudah kembali ke pavilliun di luar, tempat mereka tinggal saat bekerja. Pak Prana juga ada di sana.Yang tinggal di dalam rumah hanyalah beberapa pelayan yang bertanggung jawab langsung pada penghuni rumah. Semacam pelayan khusus. Mereka diberi kamar di dekat dapur.Aku memencet intercom, menyuruh siapapun yang berada di dekat sana untuk memanggil Pak Prana keruanganku. Seperti kata Erlan aku harus tegas membatasi gerak pria tua yang adalah ayah kandung istriku.Hari ini hanya sekedar sakit perut saja. Muni berkata kalau dokter datang dan memberikan Ayu obat penenang. Katanya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status