Hasbi mendongak mendengar itu. "Itu uang tabungan kita, Mira. Mengapa kamu anggap aku bagai berhutang?!" Setengah emosi pria bertubuh gempal itu manimpali."Uang itu sudah kamu berikan padaku, artinya sudah menjadi milikku, Mas. Kamu harus ganti. Aku tidak mau tahu!" Miranda memaksa. "Ya sudah iya. Aku akan ganti setelah mendapat kerjaan nanti." Hasbi langung meninggalkan istrinya ke ruangan yang lain. Kepalanya terasa berat dengan beban yang menumpuk diatasnya.Rupanya, Miranda mengekori di belakangnya. Dia turut serta duduk di dekat Hasbi, di ruang makan. "Semakin hari kebutuhan semakin bertambah, Mas. Sampai kapan kamu akan menjadi pengangguran. Kita tak akan bisa melewati hidup hanya dengan cinta, anak kita pun masih butuh banyak biaya," cerocos Miranda yang tak dihiraukan oleh Hasbi. Pria itu tetap dengan aktivitas sarapannya. Isi benaknya masih terlalu berat dengan beban ditambah dengan ocehan-ocehan Miranda."Sudah cukup, Mira. Jangan banyak bicara. Aku pusing mendengarnya."
Read more