All Chapters of Membalas Perselingkuhan Suami ASN: Chapter 21 - Chapter 30
219 Chapters
Bab 21 Apa Salahku?
"Apa!" Hasbi terkejut. Dia sempat memberontak, mengelak. Hingga akhirnya kekuatan hukum pada surat perintah penangkapan siang itu membuat mantan brimob itu tak bisa berbuat apa-apa. Kedua tangannya di genggam petugas kepolisian berjalan gontai menuju mobil polisi berwarna abu-abu.Melihat itu, Miranda sempat berlinang air mata namun ia tak mampu membela apa-apa. Ia hanya bisa mematung tatkala melihat kendaraan roda empat itu melaju membawa sang suami untuk mempertanggung jawabkan sesuatu yang belum ia ketahui penyebabnya.***"Apa! Mas Hasbi ditangkap polisi? Kenapa?" Pagi ini mamanya Hasbi langsung menemui Sabrina di kediaman almarhum Santi. Tentu saja guru sekolah dasar itu tercengang karena dia tak tahu apa-apa mengenai kasus Hasbi saat ini. Padahal hari ini adalah jadwal persidangan hasil keputusan."Jangan pura-pura kamu, Sabi. Mama yakin kalau ini adalah rencana kamu 'kan?" Mertua Sabrina itu bahkan tak mau masuk ke dalam rumah orang tua Sabrina dan memilih berdiri di teras sam
Read more
Bab 22 Remuk Jantungku
Getaran dada penuh rasa cemas membuat Sabrina ketakutan. "Buka pintunya!"Sentakan suara bariton dari ke empat pria itu membuat Sabrina kian merasa takut. Dia terpaksa membuka pintu mobil khawatir mereka memecahkan kacanya."Ada apa ini? Kalian siapa?" Sabrina memberanikan diri bertanya."Kami dari pihak leasing akan membawa mobil ini karena sudah hampir satu tahun tidak ada i'tikad baik dari pemilik," jelas pria itu.Sabrina terkejut mendengarnya. "Saya tidak pernah berhubungan dengan pihak leasing," tegasnya."Anda bisa jelaskan di kantor."Tak ada orang yang bisa menolong di area jalanan yang tampak sepi. Sabrina tak merelakan mobilnya dibawa begitu saja oleh orang yang tak dikenal, dia hanya bersikap kooperatif saat mereka telah menunjukan surat tugasnya. Dia mengikuti dua pemotor di belakangnya, walau dalam keadaan hati yang cemas.Benar saja, sesampainya di kantor leasing itu kesabaran Sabrina lagi-lagi harus diuji. Dengan kekuatan hukum, mobil yang dibawanya ternyata sudah sat
Read more
Bab 23 Jangan Menangis, Sabi.
Jaka masih menunggu jawaban Sabrina. Namun, kekecewaan Jaka sedikit terobati oleh jawaban wanita di depannya."Tidak." Sabrina menggelengkan kepalanya."Lalu?" Pria itu kembali bertanya. Diturunkannya tatapan. Sabrina memainkan kedua tangan di atas pangkuannya dengan sesekali memperbaiki napas yang terasa berat."Hari ini terasa berat untuk aku lewati. Berawal dari kemurkaan mertuaku dengan sumpah serapahnya. Kemudian aku menemui Mas Hasbi di dalam sel tahanan, dia pun sama murkanya. Aku pergi ke pengadilan agama dan keputusan cerai telah resmi dikabulkan oleh Hakim. Kepedihanku belum tuntas di situ. Dalam perjalanan ke sini, mobilku dihadang empat pria yang ternyata dari pihak leasing. Mereka mengambil mobilku. Aku hanya bingung pada siapa harus mengadu. Rasanya ujian hidup ini terasa berat."Bulir bening di sudut mata Sabrina kembali menetes di pipi. Dia sudah berusaha membendungnya, tapi rasa sakit yang kembali tergores membuatnya tak bisa menahannya lagi.Sekuat tenaga Jaka bangk
Read more
Bab 24 Tak Menyangka
Wajah mamahnya Hasbi sedikit tercengang mendengar penjelasan Sabrina. "Jangan bohong, Sabi." "Untuk apa aku berbohong, Ma. Tidak ada untungnya. Jika Mama berminat dengan harta gono-gini, silahkan Mama urus dengan Mas Hasbi." Sabrina dengan nada penuh penegasan.Wanita paruh baya itu tampak membatu dalam beberapa saat. 'Kalau semua itu benar, lalu kemana uangnya?' batin sang mertua. Dia kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya."Ini surat undangan untuk kamu. Jika berkenan, datanglah ke acara pesta pernikahan adik Hasbi." Sang mertua meletakan surat undangan pernikahan anaknya di atas meja. Kemudian dia pamit tanpa basa-basi lagi. Sementara Sabrina masih terduduk lesu di sofa ruang tamu. Hari ini dia jadi tak bersemangat padahal jadwal mengajar kembali dimulai. Dengan memaksakan diri, langkahnya tergesa-gesa menuju gerbang sekolahan. Sabrina ke sekolah dengan menggunakan ojeg online. Membuat beberapa pasang mata menyipitkan pandangan padanya."Tumben pake ojeg online," ucap
Read more
Bab 25 Paket Sepeda Motor
"Sepertinya ada orang, Ma." Jaka menimpali. Jeni kemudian segera beranjak dari tempat duduk melangkah dengan cepat ke luar kamar Jaka. Bersamaan dengan itu, Sabrina juga segera keluar dari kediamaan Jaka dengan langkah secepat kilat."Tidak ada siapa-siapa kok," desis Jeni sendirian. Dia langsung menemui security. Lalu ia melangkah ke depan."Apa tadi ada orang masuk?" tanya Jeni pada security di gerbang utama."Tidak ada orang lain, Bu. Kecuali Bu Sabrina yang baru saja pergi," jawab pria berseragam layaknya satpam rumah.Jeni mengernyitkan dahi. "Kok Sabrina pergi lagi. Kenapa ya?" Wanita itu merasa aneh. Dia kembali ke kamar Jaka untuk memberitahukan kedatangam Sabrina yang tak mereka ketahui."Jak, kata security barusan ada Sabrina. Tapi dia langsung pergi lagi," lapor wanita paruh baya itu pada anaknya.Jaka nampak berpikir. Entah mengapa dia merasa ada yang tidak beres dengan kedatangan Sabrina."Tidak apa-apa, Ma. Mungkin Sabrina ada keperluan lain yang mendesak. Aku akan mene
Read more
Bab 26 Ada Yang Beda
Malam ini Sabrina akan menelepon Jaka untuk memastikan. Dia merasa sungkan mengingat harga motor yang disinyalir cukup mahal. Benda pipih itu sudah ditempelkan pada telinga."Ya, Sabi. Bagaimana paketnya? Sudah kamu terima?" Suara Jaka terdengar riang dalam sambungan telepon."Kamu berlebihan, Jak. Harusnya tak usah berikan barang terlalu mahal pada Sesil. Khawatir dia jadi manja." "Apa! Untuk, Sesil. Bagaimana maksud kamu?" Jaka malah bertanya seperti tak paham."Iya, motor yang kamu berikan untuk Sesil terlalu mahal. Lagian motor Sesil yang lama masih bagus loh," celoteh Sabrina."Sabi, bukan Sesil. Tapi—"Sabrina tak membiarkan Jaka menyelesaikan kalimatnya. "Sudahlah, Jak. Aku sudah tahu kok hubungan kalian. Kakak macam apa aku ini. Hari gini baru tahu kalau ternyata kamu dan Sesil menjalin hubungan. Aku mendukung kalian. Janji ya, jangan buat Sesil sedih," potongnya. Sabrina senyum-senyum sendiri. Dia mendukung Jaka dan Sesil karena sudah tahu kalau pria yang sedang berbincang l
Read more
Bab 27 Sakitnya Kian Terasa
Dada Hasbi tampak kembang kempis mengatur napas yang memburu keras. Dia kemudian meninggalkan lokasi saat semua mata menatapnya nanar. Pria itu bahkan tak menjawab pertanyaan Miranda yang mengekorinya sampai ke ruang ganti di gedung pernikahan itu."Kamu kenapa sih, Mas? Kamu membuat malu diri sendiri. Kamu lupa kalau sedang di tengah-tengah pesta pernikahan?" Miranda masih memberondong beberapa pertanyaan pada suaminya.Namun, pria itu masih saja membisu. Dia meluruhkan tubuhnya di atas sofa dengan raut wajah lesu."Tinggalkan aku sendiri, Mira," pinta Hasbi nampak ketus."Kamu kenapa sih, Mas? Aneh banget sih!" gerutu Miranda. Ia merasa ada yang aneh pada suaminya."Aku hanya sedang kelelahan saja. Hanya ingin duduk istirahat sejenak. Kamu kembali ke tengah-tengah pesta." Hasbi memerintah lagi pada istrinya. Dia membaringkan tubuh di atas sofa itu kemudian berusaha memejamkan mata. Meredam sedikit hawa panas yang sempat membakar dada."Kamu tuh aneh, Mas." Miranda akhirnya pergi unt
Read more
Bab 28 Tak Berdaya
"Apa! Saya akan segera ke sana sekarang!" Balasana dari ponsel Sabrina. Driver taksi online itu lumayan jujur. Dia rela menunggu seseorang yang barusaja ditelepon lewat ponsel Sabrina.Nama kontak yang ditelepon tadi bertuliskan 'suamiku' driver itu berpikir hanya suami wanita itu yang pantas dihubunginya.Hasbi, adalah orang yang telah dihubungi driver taksi. Meski masih dalam keadaan sibuk dalam pesta pernikahan sang adik, Hasbi langsung menuju rumah sakit harapan saat itu juga. Dengan mengendarai mobil orang tuanya, pria bertubuh gempal itu nampak tergesa-gesa menuju rumah sakit. "Sabi, apa yang terjadi denganmu?" Hasbi nampak khawatir bertanya-tanya dalam hati. Sesekali ia mengusap wajah kasar penuh rasa bersalah. Bagaimana pun Sabrina sudah menetap di dalam hatinya meski pun perasaan itu kini telah terbagi dua dengan Miranda.Tak butuh waktu lama, Hasbi kini sudah sampai di depan instalasi gawat darurat di rumah sakit sejahtera."Apakah anda driver taksi yang menelepon saya tad
Read more
Bab 29 Usai Operasi
"Sabi, tolong jangan egois. Aku akan temani sampai kamu selesai operasi. Setelah itu, aku akan pergi." Hasbi terkekeh. Mantan suami Sabrina tak kuasa meninggalkan wanita yang pernah menjadi bagian dari hidupnya, harus melewati rasa sakit itu sendirian. Meski pun tanpa dia sadari kalau rasa sakit itu berawal darinya.Sementara di rumah orang tuanya, Sesil dan Jaka kelimpungan mencari kunci rumah. Mereka baru saja tiba namun tak bisa masuk karena Sabrina mengunci pintunya."Mba Sabi, kemana sih. Kok aneh banget pergi gak bilang-bilang." Sesil berdecak kesal sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Ini bahkan sudah pukul delapan malam."Coba kamu ingat-ingat. Dimana biasanya Sabi menyimpan kunci pintu," saran Jaka. Dia tak bisa pergi sebelum memastikan Sesil masuk ke dalam rumahnya.Adik Sabrina itu sepertinya ingat satu hal setelah mendengar saran dari Jaka. Dia segera naik mengangkat vas bunga kecil yang ada di teras. Benar saja dia menemukan kunci rumah di bawahnya."Nah kan
Read more
Bab 30 Ada Yang Tegang
Hasbi mendongak mendengar itu. "Itu uang tabungan kita, Mira. Mengapa kamu anggap aku bagai berhutang?!" Setengah emosi pria bertubuh gempal itu manimpali."Uang itu sudah kamu berikan padaku, artinya sudah menjadi milikku, Mas. Kamu harus ganti. Aku tidak mau tahu!" Miranda memaksa. "Ya sudah iya. Aku akan ganti setelah mendapat kerjaan nanti." Hasbi langung meninggalkan istrinya ke ruangan yang lain. Kepalanya terasa berat dengan beban yang menumpuk diatasnya.Rupanya, Miranda mengekori di belakangnya. Dia turut serta duduk di dekat Hasbi, di ruang makan. "Semakin hari kebutuhan semakin bertambah, Mas. Sampai kapan kamu akan menjadi pengangguran. Kita tak akan bisa melewati hidup hanya dengan cinta, anak kita pun masih butuh banyak biaya," cerocos Miranda yang tak dihiraukan oleh Hasbi. Pria itu tetap dengan aktivitas sarapannya. Isi benaknya masih terlalu berat dengan beban ditambah dengan ocehan-ocehan Miranda."Sudah cukup, Mira. Jangan banyak bicara. Aku pusing mendengarnya."
Read more
PREV
123456
...
22
DMCA.com Protection Status