All Chapters of Sang Pengubah Takdir: Chapter 11 - Chapter 20
164 Chapters
Rencana Baru
Para tetangga sudah mendapatkan bukti bahwa kotoran itu memang laku dijual. Dan kini mereka pun ingin tahu banyak soal kotoran tersebut kepada Rangga; siapa yang membeli dan sebenarnya untuk apa kotoran tersebut dijual dengan harga mahal?Rasa-rasanya memang sulit dipercaya.“Citra, ayo masuk ke dalam rumah…” ajak Rangga yang sedang malas dengan para tetangganya yang sudah tampak gelagatnya ingin bertanya macam-macam.“Iya, Kangmas…” kata Citra. Hatinya masih senang.“Rangga, tunggu dulu, hehehe… tadi itu kenalanmu?” tanya Ki Panut.“Iya, Ki…” balas Rangga singkat.“Hehehe, begini Rangga… bisakah kau membantu kami? Jika kami mengumpulkan kotoran kelelawar, bagaimana jika kau memanggil kenalanmu itu untuk membeli apa yang kami kumpulkan?” kata Ki Panut. Tetangga yang lain menganggukkan kepala pertanda mereka memiliki pertanyaan serupa.“Orang itu hanya mau membeli kepadaku. Kalian bisa mencobanya jika tidak percaya. Dan lagipula, dia hanya mau beli dalam jumlah banyak!” kata Rangga men
Read more
Nawang Datang
Mereka berdua makan malam dengan perasaan senang. Suasana rumah itu terasa syahdu dengan bantuan beberapa lampu teplok (lampu minyak) yang terpasang di beberapa titik dinding rumah.Kulit Citra cenderung berwarna kuning langsat untuk ukuran orang pribumi desa itu yang rata-rata cenderung menggelap karena mereka bekerja di ladang berjemur dengan matahari. Dengan cahaya temaram seperti itu, Citra terlihat begitu cantik dengan kulit wajahnya yang tampak keemasan.“Kenapa Kangmas menatapku terus-terusan?” ujar Citra salah tingkah.“Rasanya tidak bosan aku terus memandangimu…” kata Rangga.“Gombal…” kata Citra. Padahal hatinya senang juga mendapatkan perhatian seperti itu.“Kau tidak pernah percaya padaku!” balas Rangga.“Sebab rasanya terlalu tiba-tiba. Sebelum ini, Kangmas benar-benar membenciku…” kata Citra.“Itu karena aku buta. Dan dewata kini sudah membuka mataku dan hatiku; menyadarkanku bahwa istriku lebih indah dari apapun di dunia ini!” lagi-lagi Rangga berucap manis.Hati Citra
Read more
Nawang Memaksa
Rangga sangat berang dengan apa yang dilakukan Nawang. Ia sadar jika pasti Citra merasa sedih dan lagi-lagi malam itu ia pasti tak akan berhasil lagi untuk memadu asmara.“Nawang! Lepaskan aku! Apa yang kau lakukan!” teriak Rangga sambil berusaha mendorong Nawang sampai wanita itu hampir jatuh.Nawang terlihat kaget dan tak percaya dengan apa yang dilakukan Rangga padanya.“K-kangmas… kenapa kau kasar padaku…” ucap Nawang sambil terisak.“Nawang, aku sudah beristri. Pergilah. Jangan pernah lagi datang kemari!” kata Rangga mengusir.“K-kenapa? Apa salahku? Aku selalu mencintaimu dan kau pun demikian. Aku tahu itu Kangmas. Teman-temanmu menceritakan hal itu padaku. Kau tersiksa selama aku pergi. Demikian halnya denganku! Tinggalkan istri sialanmu itu dan ayo hidup denganku. Apalagi yang menghalangimu? Kedua orang tuamu sudah tiada dan kau berhak menentukan hidupmu sendiri!” kata Nawang.“Lancang! Beraninya kau bicara seperti itu, Nawang!” Bentak Rangga dengan tatapan berang.Citra mende
Read more
Kejutan Pahit
Wajah Citra seketika merona merah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh suaminya. Mandi bersama? Ia tidak siap tentu saja.“Tidak mau. Aku malu, Kangmas…” kata Citra sambil menutup wajahnya.“Kenapa malu? Kan kita suami istri. Bukan hal aneh jika sepasang suami istri mandi bersama!” kata Rangga.“Belum siap, Kangmas… aku malu…” kata Citra.“Hahaha. Ya sudah sana kau mandi duluan. Nanti aku juga mandi dan setelah itu kita pergi mencari sarapan…” kata Rangga.Rangga lega istrinya hanya ngambeg semalam. Hari ini ia harus lebih banyak bersikap romantis agar nanti malam ia berhasil bercinta dengan istrinya. Rasanya gemas sekali selalu gagal.Usai mandi dan berganti pakaian, mereka berdua jalan-jalan pagi sambil mencari sarapan di dekat pasar. Baru pertama kali mereka berdua terlihat jalan-jalan. Para tetangga tentu menatap heran. Namun banyak juga yang senang; para ibu-ibu yang selama ini kasihan dengan hidup Citra.Dan disepanjang jalan itu, raut wajah mereka menampakkan kebahagiaan
Read more
Ditinggalkan Citra
Tanpa pikir panjang, Teja yang sangat marah dengan hal itu langsung melayangkan pukulan-pukulan menghajar Rangga. Untung kemudian para tetangga datang melerai sehingga Rangga pun tak sampai cacat. Rangga juga dilarikan ke tempat lain agar Teja tidak terus-terusan mengamuk. Hal itu benar-benar menjadi bahan gunjingan banyak orang. Ratri pun pergi entah kemana. Benar-benar lenyap dan tak ada yang menyadari kapan wanita itu pergi. Ia takut dengan situasi itu. Sedangkan Teja mengurus adiknya yang pingsan; ia segera membawanya masuk ke dalam rumah. Tak lama kemudian, Citra siuman. Ia seperti orang yang linglung dan yang ia dapati hanyalah Teja seorang. “Minumlah dulu…” Teja mengambilkan air. Dengan enggan, Citra mengambil air itu dan meminumnya. “Aku tidak pernah ingin kau tidak bahagia, Citra. Percayalah, aku ini kakakmu. Aku yang paling menyayangimu lebih dari siapapun juga. Aku jarang salah menilai orang. Aku rasa kini aku paham kenapa suamimu menjadi baik padamu; karena dia mengham
Read more
Ujian Kesetiaan
Rangga sangat panik melihat perbuatan Nawang yang nekad itu. Bagaimana pun, Rangga adalah lelaki normal. Harus ia akui bahwa tubuh yang terpampang jelas di depannya itu sangat menggoda.Nawang memang cantik dan bertubuh indah. Kulitnya mulus kuning langsat membungkus segala keluk tubuhnya yang serba menonjol sempurna; menantang para lelaki untuk berkelana mengarungi lautan cinta.“A-apa yang kau lakukan… keluar dari sini!” kata Rangga. Wajahnya sudah merah padam karena malu dan marah.“Kangmas… kau jangan membohongi dirimu sendiri. Aku tahu kau masih menyukaiku. Lidahmu berkata tidak, tapi bagian tubuhmu yang lain tidak demikian!” kata Nawang sambil melirik sesuatu yang ditutupi Rangga dengan kedua tangannya. Benda itu memang sudah tegap mengeras memanjang ke atas dan tak tertutup sempurna oleh kedua tangan Rangga.Nawang bergerak mendekat lalu berlutut di depan Rangga. Ia tetap menjaga senyumnya terus mengembang untuk bisa menggoda lelaki itu.Dengan lembut Nawang berusaha menyingkir
Read more
Ayahnya Citra Tidak Sakit
Rangga terbangun dan sedikit berteriak kaget. Ternyata yang barusan ia alami hanya mimpi yang seolah terasa nyata. Keringat dingin langsung membasahi tubuhnya.‘Sial… sampai terbawa mimpi!’ ucap Rangga dalam hati. Ia ingin pipis saat itu juga. Ada rasa enggan untuk ke belakang, namun tidak kuat juga jika harus menahan diri sampai pagi.Dengan perasaan was-was, Rangga menuju ke belakang. Sebelum ia membuka pintu, ia membuka terlebih dahulu jendela kecil yang ada di ruang belakang, mengamati dapur dan sekitarnya untuk sekadar memastikan tak ada siapapun.‘Aman…’ ucap Rangga dalam hati. Lalu ia segera menuntaskan hasrat buang air kecilnya.Di belakang rumahnya, Rangga memikirkan sesuatu. Jika ia pergi menyusul Citra, ia tak mungkin pula membawa semua uangnya dan juga perhiasan yang ia berikan untuk Citra.Sehingga, Rangga punya rencana untuk menyimpan sebagian yang tidak ia bawa di dalam kotak kayu. Lalu malam itu juga, ia melubangi lantai kamarnya dengan linggis dan menaruh kotak uangny
Read more
Juragan Kayu Sekaligus Germo
Rangga makan dengan cepat. Pikirannya tidak tenang dan matanya terus mengawasi halaman rumah orang tua Citra.‘Jika ini sebuah tipuan, Jika ayah mertuaku tidak sakit, seharusnya Citra tahu. Ah, sial! Dia pasti sakit hati gara-gara Ratri datang dan mengatakan jika aku menghamilinya. Jika ternyata itu ulang Kang Teja, maka aku tak akan sungkan lagi. Sekalipun aku kalah jika berkelahi dengannya, tapi aku tak akan diam saja dia memukuliku!’ ucap Rangga dalam hati.“Den bukan orang sini, kan?” tanya penjual makanan itu.“E—iya…” kata Rangga.“Kok bisa tahu jika di depan itu rumah Ki Suryo? Kok tadi tanya apakah Ki Suryo sakit?” si ibu penjual makanan itu mulai mencari tahu.“Aku teman Kang Teja, Bibi…” balas Rangga.“Owalah… lha kok ndak masuk saja ke sana…” kata Si Bibi itu.“Ndak enak, Bi… kan sedang ada tamu itu… nunggu di sini boleh?” tanya Rangga.“Monggo saja Den… mau tambah lagi minumannya?”“Boleh. Tolong buatkan yang manis-manis saja, bi…” kata Rangga.Hari mulai sore dan akhirnya
Read more
Diusir Orang Tua Citra
Rangga menuruti kata Citra untuk pergi dari rumah itu. Tentu saja ia tak akan kembali ke desanya. Di desa itu, ia segera mencari tempat yang bisa ia sewa untuk menginap dan ia mendapatkan sebuah rumah yang ia sewa dengan harga sekeping emas untuk satu bulan.Rumah itu tak terlalu besar, namun jelas sangat cukup bagi Rangga untuk hidup sendirian di sana. Jarak rumah itu dari kediaman Citra tidak dekat, namun juga tidak terlalu jauh.Rangga bingung harus melakukan apa. Tapi ia tahu, Teja tak akan lama berada di rumah karena pasti dia pun akan kembali ke kotaraja karena hari liburnya tentu akan habis juga.Dan tak lama setelah Rangga pergi, Teja memang pulang. Kedua orang tuanya segera mengatakan kepada sang anak sulung itu jika barusan Rangga datang ke rumah.“Kemana anak itu pergi?” tanya Teja dengan geramnya setelah tahu Rangga baru saja pergi.“Entahlah. Semoga saja dia kembali ke desanya!” kata Ki Suryo.“Itu tidak mungkin! Bedebah! Jika dia berani muncul, aku benar-benar akan merem
Read more
Rangga Terus Berusaha
Saat itu Rangga ada di dalam kamar untuk berbenah. Ia cukup kaget mendengar suara teriakan yang ia tahu pasti yang datang adalah Teja.Sebenarnya Rangga ingin menghindari Teja karena jika berkelahi pun, ia pasti kalah. Namun karena Teja justru sudah datang, mau tak mau pun ia harus keluar.“Kau! Berani-beraninya kau datang kemari! Hari ini aku benar-benar akan mematahkan tulang lehermu!” bentak Teja setelah ia turun dari kuda. Wajahnya mengisyaratkan kemarahan.Rangga pun kali ini juga tak bisa dan tak mau terus ditekan. Jika perlu melawan ya ia akan melawan. Tak peduli dengan apa hasilnya nanti. Kalau pun harus remuk babak belur, ya sudah!“Kang Teja, aku masih menghormatimu. Kau adalah seorang Prajurit dan seharusnya bisa lebih bijaksana menyikapi hal ini. Aku rela pisah dengan Citra jika ada lelaki baik yang menjadi suaminya. Tapi Kusuma itu, aku tahu siapa dia! Bukan hanya sekali dia mencari wanita-wanita cantik di desa-desa, menikahinya, memboyongnya, dan di kotaraja dia menjadik
Read more
PREV
123456
...
17
DMCA.com Protection Status