Lahat ng Kabanata ng Sang Pengubah Takdir: Kabanata 31 - Kabanata 40
164 Kabanata
Beramai-Ramai Mendatangi Rumah Nawang
Citra menoleh kaget saat ia mendengar siulan Kusuma yang sedang menyandarkan tubuhnya di salah satu tiang dapur sambil memandanginya dengan tatapan penuh gairah.Citra langsung merinding. Ia memilih untuk menyibukkan diri tanpa mempedulikan kehadiran Kusuma di sana.“Aku mencarimu di rumahmu, namun ternyata kau malah sudah di sini. Kenapa kau ingin kembali kepada suamimu, Citra? Aku bahkan jauh lebih baik darinya dalam banyak hal… ikutlah denganku dan jangan takut dengan ancaman suamimu itu. Aku bisa melindungimu…” kata Kusuma dengan percaya diri.“Suamiku tidak mengancamku. Aku mencintainya. Itu kenapa aku kembali kepadanya!” balas Citra dengan sikap dingin tanpa harus menoleh ke arah Kusuma.“Oh… bukankah yang aku dengar dia telah mengkhianatimu sampai kau memutuskan untuk pulang…” kata Kusuma.“Yang ada suamiku difitnah. Dia tak mengkhianatiku. Berhentilah mengharapkanku, Raden. Di kotaraja ada banyak wanita cantik. Aneh sekali jika Raden menginginkan wanita yang sudah menikah…” ka
Magbasa pa
Diusir Dari Desa
Karena tidak tahu pasangan itu masih akan bermain berapa lama lagi, akhirnya Ki Panut berinisiatif untuk mendobrak pintu kamar itu. Sungguh resah rasanya. Lama-lama tak kuat juga mendengar suara geliat asmara yang saling menyahut dengan disertai kata-kata tidak senonoh itu.Rangga diam saja tak melarang Ki Panut yang berdiri dan berjalan ke arah pintu kamar itu. Yang lain pun juga sangat penasaran. Semuanya berdiri dan mengikuti langkah Ki Panut.BRAAAKKKPintu sudah didobrak. Nawang menjerit kaget. Kusuma pucat pasi. Buru-buru mereka menyambar apapun untuk menutupi tubuh yang masih basah oleh keringat itu.Anak buah Kusuma segera masuk. Namun mereka terdiam melihat ada banyak orang di ruang tamu itu.“Kalian berdua tak usah ikut-ikutan jika ingin majikanmu selamat!” ucap Rangga kepada kedua orang itu.Rangga berjalan mendekat ke arah pintu menyusul yang lain dan bergeser maju bersebelahan dengan Ki Panut; ia menatap Nawang dan Kusuma dengan tatapan tajam.“Sebenarnya aku mendengar ap
Magbasa pa
Menjebak Gathot
Dengan terburu-buru Rangga keluar rumah menuju ke rumah Ki Panut untuk bertanya kepada istrinya apakah tadi ada yang datang ke rumah atau tidak.Begitu Rangga sampai di sana dengan wajah paniknya, eh ternyata Citra sedang mengobrol di sana bersama Nyi Panut dan kedua anak perempuannya.“Citra…”“Eh, Kangmas… ini aku baru mau pulang setelah melihat Ki Panut pulang… tadi aku takut di rumah sendirian!” kata Citra.“E, tidak apa-apa. Syukurlah…” Rangga bernafas lega. Ia sampai lemas dan duduk begitu saja di kursi ruang depan itu.“Kangmas ada apa?” tanya Citra.“Aku kira kau hilang…” balas Rangga.Nyi Panut terbahak mendengarnya. “Wah sudah seperti pengantin baru saja ini. Kami yang sudah tua ini jadi iri. Kapan punya momongan?” ujarnya.“Sedang diusahakan, Nyi…” kata Citra. Saat itu Rangga ngeh jika Citra belum pernha terlihat mual-mual di pagi hari. Rangga merasa khawatir juga sebenarnya, sebab ia masih menganggap jika Citra tak bisa ia hamili, maka tugasnya gagal.“Sering minum air kel
Magbasa pa
Berhasil Digagalkan
Raut wajah Citra terlihat aneh karena rasa cemas yang berlebihan. Gathot melihat itu dan ia segera berpikir cepat. Ia tak boleh membuat Citra takut kepadanya. Sebaliknya, ia harus berusaha membuat wanita cantik itu percaya.“Kau kenapa? Takut padaku? Astaga, aku ini teman Rangga dan tidak mungkin aku menipumu. Ayo, daripada kau kepanasan di jalan. Pasar ini agak jauh dari rumahmu!” kata Rangga.Citra menoleh ke berbagai arah. Ia melihat para tetangga sedang mengawasinya. Beberapa dari mereka pun juga menganggukkan kepala.“Kau masih ragu, Citra? Hehehe. Aku sungguhan ada perlu dengan Rangga dan kita ke sana sama-sama saja. Malahan aku tidak enak dengan Rangga nanti jika kita bertemu di pasar tapi aku tidak menawarkan tumpangan. Padahal aku membawa kereta…” kata Gathot masih berusaha merayu dengan alasan paling masuk akal.Citra menganggukkan kepala.“Nah, ayo ikuti aku. Keretaku ada di sana…” kata Gathot.Citra berjalan mengikuti langkah Gathot. Kereta milik Gathot itu tertutup sehing
Magbasa pa
Mengadili Gathot
Gathot sudah mati kutu. Ia masih tak bisa menerima kenyataan jika rencananya ternyata telah diketahui Rangga. Ia pun juga tak habis pikir bagaimana semua itu bisa ketahuan.‘Apa yang terjadi pada Nawang dan Raden Kusuma? Errghhh… sakit… bedebah… aku tak akan melupakan kejadian ini…’ ucap Gathot dalam hati.Ada empat jagabaya yang ikut dalam pengejaran itu. Mereka tak tahu duduk perkaranya dan kini mereka hanya ingin bukti apakah benar yang dikatakan oleh orang-orang itu.Rangga segera masuk ke dalam kereta. Lagi-lagi ia geram mendapati istrinya telah pingsan dan dalam keadaan terikat. Ia segera mengeluarkan Citra dari dalam kereta.Semua pun juga melihat keadaan Citra yang sedang pingsan dalam keadaan terikat itu.“Kau memang bajingan, Gathot! Bisa-bisanya kau mengikat istriku seperti ini. Aku rasa kakimu yang robek itu belum cukup bagiku!” teriak Rangga geram.“Sabar Den Rangga… jangan sembarangan membacok orang meski dia bersalah. Dia akan tetap mendapatkan hukuman. Kami akan membaw
Magbasa pa
Kisruh Di Kelurahan
Rangga tak pernah mengira jika para tetangga yang mendukungnya itu kreatif. Orang-orang yang sudah tua, yang dulunya merupakan teman sekaligus yang bekerja untuk orang tua Rangga, punya banyak wawasan dan pandangan untuk menyikapi situasi itu.Ki Panut, Ki Sapto, Ki Dawuk dan lain-lainnya itu sudah menduga jika pada akhirnya keluarga Gathot pasti akan menggunakan segala cara agar anak mereka tidak dihukum.Itu sebabnya, tanpa sepengetahuan Rangga, sejak semalam itu para tetangga sudah lebih dahulu menyambangi para sesepuh, dan juga kepala jagabaya serta anak buahnya yang waktu itu ikut hadir menangkap Gathot yang sedang melarikan Citra.Bahkan sejak kemarin itu malahan, para jagabaya yang menjadi saksi kunci pun dijaga ketat oleh para tetangga Rangga dan semua tetangga yang waktu itu menjadi saksi mata memilih untuk berkumpul melekan daripada malam harinya mereka kedatangan pendekar-pendekar kiriman yang dibayar untuk mengancam mereka agar mau memberikan kesaksian palsu.Mereka semua
Magbasa pa
Bunuh Rangga Jika Ada Kesempatan!
Banyak dari teman-teman ‘nakal’ Rangga yang kaget dengan kejadian yang menimpa Gathot. Termasuk Parwa dan Teguh. Dua orang itu tengah berbincang di sebuah kedai arak membahas kejadian tersebut.“Pantas saja selama beberapa hari ini Gathot mencurigakan, terlebih saat dia mengajak kita ke rumah Rangga. Dia sudah menyiapkan rencana itu rupanya…” kata Teguh.“Itulah. Padahal dia yang paling kesal dengan perubahan Rangga dan seolah tak mau lagi pergi ke sana. Lalu tiba-tiba ia mengajak kita ke sana. Aku jadi curiga dengan minuman yang dia bawa waktu itu…” kata Parwo.“Aku paham maksudmu. Hanya saja, aku tidak menyangka Gathot bekerjasama dengan Nawang. Apa yang membuat Gathot mau diajak kerjasama melakukan ide gila itu!” kata Teguh.“Aku jadi berpikir yang tidak-tidak. Jika ternyata Nawang telah menjadi pelacur, maka hal yang membuat Gathot tergiur tentu adalah tubuhnya. Aku jadi penasaran pula; apa yang membuat Nawang tiba-tiba mencari Rangga dan ingin kembali pada lelaki itu, bahkan samp
Magbasa pa
Bandot Mengejar Rangga
Bandot sedang menimbang banyak hal. Saat itu adalah sebuah kesempatan bagus karena Rangga sedang pergi sendirian menggunakan kuda.‘Jika dia menuju ke arah sana, itu artinya dia sedang akan pergi ke desa lain. Jika aku membunuhnya di jalan, tak akan ada yang tahu. Hmm… sebenarnya dia hendak pergi kemana?’ ucap Bandot dalam hati.Bandot adalah seorang pendekar yang memiliki ketrampilan beladiri. Badannya tinggi besar. Wajahnya sangar. Sudah cukup lama ia menjadi pengawal setia Gathot sekaligus salah satu pengawal penting di keluarga Gathot.Bandot cukup tangguh. Ia bisa disetarakan dengan empat orang jagabaya. Dengan kata lain, ia bisa menang meski ia dikeroyok oleh empat orang jagabaya yang juga bisa beladiri. Jadi untuk membunuh Rangga, ia tak butuh bantuan siapapun. Justru dengan sendirian, ia bisa dengan mudah mengikuti Rangga dan memilih tempat yang bagus untuk mengakhiri hidup lelaki itu.Yang luput dari kejadian itu, Rangga tidak sekalian mencari anak buah Gathot yang terlibat d
Magbasa pa
Karma Baik Berupa Pertolongan
Ketika Bandot hendak mengayunkan goloknya, sebuah batu kecil melesat cepat dan menghantam kepala lelaki itu.PRAAAKKKBetapa keras benturan batu itu sampai Bandot tak sadarkan diri dan ambruk begitu saja.Rangga terengang dan segera ia menoleh ke arah kanan. Ia melihat Tanu dan Jaka yang tadi ia bayari saat makan di kedai tengah bergerak cepat dengan lompatan-lompatan ringan seolah tubuh mereka itu tak memiliki beban.“Syukurlah belum terlambat, Den Rangga…” kata Tanu.“Kang Tanu… kau yang tadi membuat orang itu jatuh?” tanya Rangga. Ia kembali menatap Bandot; dia sama sekali tak bergerak.“Ya… siapa dia, Den? Kenapa dia hendak membacokmu?” tanya Tanu.“Dia anak buah temanku yang akhirnya menjadi musuhku karena dia kepergok saat menculik istriku. Warga desa mengadilinya dan aku tak mengira anak buahnya masih mengejarku untuk membalas dendam…” kata Rangga.Tanu tak mengira orang baik yang memberinya uang itu ternyata juga mengalami hidup sulit.“Apakah musuhmu masih banyak, Den?” tanya
Magbasa pa
Gathot Kembali
Pagi itu Boneng terburu-buru datang setelah ia pulang mencari rumput untuk kuda-kuda yang sedang dibesarkan di kandang Rangga.“Juragan Putri, mana Rangga?” tanya Boneng saat ia berpapasan dengan Citra yang sedang menyapu halaman rumah.“Di belakang bersama Kang Tanu dan Jaka. Tumben Kang Boneng cepat cari rumputnya? Yang lain saja belum kembali,” kata Citra. Boneng memiliki tanggung jawab mengurus 10 ekor kuda. Yang lain pun juga memiliki jatah sendiri-sendiri. Setiap hari mereka harus mencari rumput untuk selingan makanan kuda.“Belum selesai. Aku pulang duluan tadi. Ya sudah, aku ke belakang dulu!” kata Boneng. Ia pun segera bergegas dengan terburu menuju ke belakang. Ia menemukan Rangga di kandang kuda.“Rangga! Penting…” kata Boneng.“Ada apa? Kenapa kau terlihat panik!” tanya Rangga heran.“Tadi aku mencari rumput di sekitar bukit kulon. Aku melihat Gathot sedang berkumpul bersama anak buahnya! Gathot sudah bebas, Ngga!” kata Boneng.“Sudah kuduga dia akan bebas dengan cepat. Ji
Magbasa pa
PREV
123456
...
17
DMCA.com Protection Status