All Chapters of Terjebak Gairah Paman Billionaire: Chapter 21 - Chapter 30
266 Chapters
Bab 21 : Ancaman Oriaga
Kirana tak bisa langsung menjawab pertanyaan Shanaya. Untuk melancarkan aksi membuat Shanaya berpikir buruk tentang pamannya saja, dia dan Masayu harus menunggu pak Wira meninggalkan rumah utama, karena jika tidak mana mungkin Rini bisa dengan mudah membohongi Shanaya tadi."Kirana, apa Pak Wira diusir?" Shanaya bertanya lagi karena Kirana tak merespon."Ah ... pak Wira hanya mengambil libur, mana mungkin Paman mengusirnya?" Kirana tertawa canggung. Dia dan Masayu berani melakukan ini ke Shanaya, karena Kirana tahu bagaimana sifat gadis yang sedang menikmati makan malam di kamarnya ini.Pernah suatu kali di kampus Kirana sengaja menyenggol Shanaya saat berpapasan jalan, hingga tugas kuliah yang sedang Shanaya pegang jatuh ke kolam ikan, tapi gadis itu sama sekali tidak marah apalagi mengadu pada Andra yang jelas-jelas sedang mendekatinya.Kirana diam-diam menyeringai, merasa Shanaya begitu polos dan bodoh. Dia dan sang Mama jelas tidak akan membiarkan Shanaya menjadi nyonya di rumah
Read more
Bab 22 : Sesuatu Yang Menyenangkan
Shanaya memutari meja kerja Oriaga. Dia pikir sesuatu yang harus dilakukan adalah memuaskan pria itu seperti sebelumnya. Padahal yang Oriaga maksud adalah ke depan Shanaya harus mengabarinya jika pulang terlambat."Tunggu! Kalau aku mencium atau bicara terlalu dekat, bisa-bisa Oom Ori tahu kalau aku tadi makan." Shanaya menghentikan langkah setelah bermonolog. Sedangkan Oriaga masih memandangi dengan tatapan heran. "Aku lupa belum gosok gigi saat mandi tadi," ucap Shanaya. Dia buru-buru memutar tumit untuk berlari ke kamar mandi. Tingkahnya ini malah semakin membuat Oriaga kebingungan. "Apa? Dia itu, benar-benar! Jorok sekali."Oriaga menggerutu tapi seketika sadar malah sedang memulas senyum, dia tak percaya bagaimana bisa salah tingkah karena kelakuan acak perempuan muda seperti Shanaya.Oriaga menggeleng seolah berusaha menyadarkan diri. Seharusnya hanya kejantanannya saja yang berereksi melihat tingkah Shanaya, karena dada dan hatinya tidak boleh sampai bereaksi."Aku pasti suda
Read more
Bab 23 : Bertemu Dengan Negara
Oriaga merasa Shanaya sedang menyindirnya, tapi entah kenapa dia tak sedikitpun merasa kesal ke gadis itu. Alih-alih menjawab, Oriaga malah sedikit memundurkan kepala untuk memastikan penampilan Shanaya. “Ayo cepat turun untuk sarapan! Kamu harus ikut aku berkuda hari ini.” Meskipun sudah menganggukkan kepala, tapi Shanaya masih mematung sambil bergumam di dalam hati. “Berkuda? Apa yang bisa aku lakukan di sana?” Pundak Shanaya pun longsor seiring dengan semangatnya yang perlahan menguap hilang. Seperti biasa semua orang sudah menunggu di ruang makan. Shanaya yang berjalan beberapa langkah di belakang Oriaga tampak membalas sapaan para pelayan dengan anggukan kepala dan senyuman kecil. Dia ingin sekali menyapa Masayu dan Arumi. Namun, dua wanita itu terlihat tak sedikitpun melirik ke arahnya. “Shana, apa kamu akan ikut Paman pergi berkuda?” Kirana tetap menjadi satu-satunya orang yang berani membuka pembicaraan saat mereka sedang makan. Berpikir mungkin saja pertanyaan Kirana bis
Read more
Bab 24 : Bilik 2X2 Meter
Mendengar ucapan orang itu Shanaya buru-buru mengunci layar ponsel dan menoleh. Dia tak menyangka Andra berada di sana, karena saat sarapan tadi kembaran Kirana itu tidak menampakkan diri. Tanpa meminta persetujuan, Andra menarik kursi lalu duduk satu meja dengan Shanaya. Dia kembali mengulangi ucapannya tadi soal tidak boleh mengambil foto di tempat itu. “Maaf, aku tidak tahu. Aku baru sekali datang ke sini,” kata Shanaya. “Apa kamu tidak melihat tulisan-tulisan itu bertebaran di beberapa sudut tempat ini?” Andra menjawab sambil mengangkat dagu untuk menunjuk papan peringatan berwarna putih dengan tulisan merah di atasnya. Meski memberitahu Shanaya letak tulisan itu, tapi matanya terus tertuju ke wajah Shanaya hingga membuat gadis itu merasa canggung. “Ah … iya, aku tidak memperhatikan.” Shanaya menjawab lirih kemudian menunduk, sejujurnya dia merasa malu ke Andra. “Tidak usah menunduk di depanku, Shana. Posisimu sekarang lebih tinggi dariku karena kamu adalah istri dari pamanku
Read more
Bab 25 : Takut Hamil
Shanaya dan Oriaga masih bergumul di bilik itu hingga keringat tampak membasahi kening mereka. Tanpa keduanya duga, di luar bilik itu Andra berdiri sambil memulas senyum ironi. Pemuda itu tak percaya akan mendengar suara-suara erotis dari mulut gadis yang dia sukai.Tangan Andra mengepal kuat di sisi badan. Dia keluar dengan muka merah menahan amarah, bahkan Andra sama sekali tak menoleh tantenya yang berdiri di dekat sana. Arumi memulas seringai melihat betapa marahnya Andra. Wanita itu memiliki ide jahat saat melihat Shanaya masuk ke kamar ganti tadi. Arumi tentu saja tahu apa yang akan dilakukan sang kakak lalu membohongi Andra kalau Oriaga sedang mencarinya.Ini bukan kali pertama Oriaga meminta ruang ganti di tempat itu dikosongkan hanya untuknya. Setiap kali meminta hal ini Oriaga pasti akan memanggil PSK ke sana. "Apa yang kamu lihat di dalam sampai keluar dengan muka marah seperti itu?" gumam Arumi. Padahal dia sudah tahu jawabannya. Arumi menekuk tangan ke depan dada sambi
Read more
Bab 26 : Memastikan Kemampuan
Shanaya tidak tahu bagaimana ibu dan kakak tirinya bisa sampai ke rumah Oriaga. Dia pun perlahan mendekat, meski di dalam hati takut dua orang ini akan mempermalukan dirinya."Ada apa Ibu ke sini?" Tanya Shanaya. Dia bahkan enggan untuk duduk dan hanya berdiri di dekat sofa."Heh ... yang sopan!" Hardik Ricky. "Meskipun kamu sudah dinikahi pria kaya, tapi kamu ga bisa seenaknya lupa siapa yang memberimu makan selama ini dan dari mana asalmu."Ricky membantak bahkan memasang wajah garang ke Shanaya seperti yang biasa dia lakukan."Sudah, Ky! Jangan galak-galak ke Shana, dia sekarang nyonya besar lho." Ariani bicara sambil menepuk paha sang putra, terdengar menasihati Ricky padahal menyindir Shanaya."Ah ... benar juga ya, Bu. Sekarang Shanaya ini istri pemilik Pradipta Grup." Ricky tertawa-tawa setelah membalas ucapan sang ibu.Shanaya yang menyaksikan tingkah dan mendengar obrolan itu merasa dua mahkluk di depannya ini hanya datang untuk mengacaukan ketenangannya. Shanaya pun tak ingi
Read more
Bab 27 : Sisi Lain Pria Dewasa
Shanaya bingung kenapa napas Oriaga memburu seperti orang yang baru saja dikejar hantu. Dia menegakkan badan dan mendekat, meskipun di dalam hati takut tapi Shanaya yakin Oriaga tidak mungkin menyakitinya. “Oom kenapa?” Oriaga bingung, merasa pria dewasa berumur 41 tahun sepertinya harus lebih bijak dalam melakukan segala sesuatu. Namun, mendengar suara lengket Shanaya menyapa saja membuat miliknya tegang, bukankah semestinya dia lebih terangsang melihat tubuh telanjang PSK tadi. “Apa Oom sakit? Apa yang bisa aku lakukan? Oom mau minum?” Shanaya menanyakan banyak hal, tapi Oriaga tetap tak membalas. Gadis itu hampir berdiri tapi Oriaga lebih dulu menekan kedua pundaknya hingga Shanaya terduduk kembali. Oriaga menatap lekat mata Shanaya, memindai manik kecokelatan di mana ada pantulan dirinya di dalam sana. “Katakan padaku! Siapa kamu sebenarnya?” “A-a-apa?” Shanaya terbata-bata. “Kenapa Oom bertanya seperti itu? Aku Shanaya.” Mata mereka bersirobok. Shanaya mengikuti ke mana a
Read more
Bab 28 : Snack Bar Dari Shanaya
Pak Wira yang mendengar percakapan Isaak dan Oriaga pun tersenyum. Dia membereskan berkas yang sudah ditandatangani pria itu lalu memasukkannya ke dalam amplop. “Anda hanya tinggal terbang dari sini ke Indonesia untuk bertemu Tuan Oriaga, ini bukan sesuatu yang sulit,” ucap pak Wira. “Pasti ada sesuatu yang membuat Anda tidak ingin menginjakkan kaki ke Indonesia,” imbuhnya menyelidik. Isaak tersenyum dan urung menenggak wine dari gelas kristal di tangannya. Pantulan dirinya dan pak Wira pada kaca jendela kamar hotel president suit di lantai delapan belas itu menunjukkan bagaimana Isaak diam-diam memendam kesedihan. “Aku beberapa kali bertemu Oriaga di Bali. Apa Bapak pikir Bali itu bukan Indonesia?” Sangkal Isaak. “Kebanyakan orang luar menganggap begitu.” “Tapi aku lahir di Indonesia dan lima tahun besar di sana.” “Apa anak lima tahun sudah paham itu?” Balas pak Wira. Isaak akhirnya tak bisa menahan tawa. Dia terbahak lantas mengangguk-angguk. “Sekarang aku tahu kenapa Ori menj
Read more
Bab 29 : Penuh Dengan Hal Tak Terduga
Aston mencoba memastikan pendengarannya tidak keliru dengan mengulang ucapan Oriaga. Tatapan tajam dari atasannya itu sudah cukup menjadi jawaban kalau dirinya tidak keliru. "Baik, saya akan melakukan perintah Anda," ujar Aston sambil membetulkan letak kacamata yang bertengger di hidung."Satu lagi! Aku ingin temanmu yang bernama Aditya bekerja padaku.""Apa, Pak?" Aston tercenung, bahkan selama beberapa detik dia sampai lupa untuk mengambil napas. "Kamu pikir aku tidak tahu kalau sebelum melamar menjadi sekretarisku kamu adalah seorang bodyguard dan bekerja di sebuah jasa pengamanan?" Oriaga tersenyum miring tanpa memandang Aston, karena sibuk membubuhkan tanda tangan di berkas yang harus Aston bawa."Orang lain mungkin tidak bisa melihat, tapi aku tahu kamu sengaja menyembunyikan otot di balik bajumu yang longgar."Aston menelan ludah, sama sekali tak menyangka Oriaga bisa mengetahui masa lalunya. Meskipun ada perasaan ingin berbohong, tapi Aston sadar jika sampai melakukan itu, m
Read more
Bab 30 : Mencurigai Seseorang
Shanaya yang tak menyadari kalau adik-adik Oriaga mengikutinya pun akhirnya sampai di rumah. Dia mengucap salam dan langsung mencari keberadaan Nugroho di kamar. Awalnya Shanaya cemas memikirkan Ariani yang mungkin masih memperlakukan Nugroho dengan buruk, tapi mendapati wanita itu berbicara lemah lembut ke sang ayah membuat Shanaya lega. “Eh … Shana datang, kamu langsung ke sini atau ke rumah sakit dulu?” Nada bicara Ariani yang berbeda malah membuat Shanaya curiga. Dia mendekat untuk mencium tangan wanita itu lalu Nugroho. Di sana juga ada Ricky dan Naila, hanya Rahma saja yang tidak tampak karena masih berada di rumah orangtuanya. “Tadi aku ke rumah sakit dan perawat bilang ayah sudah pulang.” Shanaya menjawab pertanyaan Ariani apa adanya dan masih bingung kenapa ibu tirinya ini tampak semringah. “Ya sudah kamu temani ayahmu, ibu sama masmu mau pergi dulu. Ibu ‘kan sudah bilang mau syukuran karena ayah sudah boleh pulang. Jadi mau belanja makanan buat dibagikan ke tetangga.” Ari
Read more
PREV
123456
...
27
DMCA.com Protection Status