All Chapters of Terjebak Gairah Paman Billionaire: Chapter 11 - Chapter 20
266 Chapters
Bab 11 : Selembar Kertas Kosong Pada Kontrak
"Apa sudah kenyang?""Anda belum tidur?" Shanaya menutup pintu dengan sangat pelan. Dia mendekati Oriaga yang duduk di tepi ranjang. Pikirannya mulai menerka-nerka, akankah Oriaga meminta pelayanan seks lagi darinya."Tuan, besok saya berniat pulang untuk mengambil baju dan melihat keadaan ayah di rumah sakit." Shanaya memberanikan diri meminta izin, meskipun tangannya yang berada di depan badan sedikit gemetaran."Apa kamu tidak melihat koper yang ada di dekat lemari kosong di dalam kamar ganti? Isinya baju untukmu."Shanaya terkesiap, merasa Oriaga seolah menghalanginya bertemu dengan Nugroho. "Tapi .... ""Lihat dan baca dulu apa yang tertulis di amplop itu, jangan berani-beraninya kamu tidur sebelum memahami isinya!" Titah Oriaga. Dia memandang dingin Shanaya lalu menunjuk amplop di meja menggunakan dagu. Shanaya jelas tak berani membantah, dia meraih amplop itu lantas menoleh Oriaga. Pria itu ternyata memerhatikan dirinya, tapi tak lama naik ke atas ranjang dan berbaring membe
Read more
Bab 12 : Keinginan Shanaya
Setelah sarapan, Shanaya mengantar Oriaga yang hendak berangkat kerja sampai ke halaman depan. Ia hanya bisa diam tanpa berani menanyakan apa yang akan Oriaga lakukan dengan kontrak yang sudah dia beri tanda tangan. "Hari ini kamu tidak boleh pergi ke mana-mana, pak Wira akan memberitahu tugasmu dan kamu juga harus belajar darinya soal kebiasaanku, apa yang aku suka dan tidak suka," ucap Oriaga.Shanaya mengangguk. Bingung harus bertingkah bagaimana di depan orang lain saat Oriaga bicara padanya.Oriaga tak bicara lagi, dia masuk ke dalam mobil dan menyuruh sang sopir segera berangkat. Shanaya sendiri hanya diam di posisinya sampai sedan mewah yang membawa Oriaga keluar dari halaman. Dia masih mematung, meskipun gerbang rumah setinggi empat meter berwarna cokelat tua itu sudah menutup kembali. Hingga pak Wira perlahan mendekat dan berkata," Nona sebaiknya Anda mandi."Shanaya menoleh pak Wira lalu menunduk memandang penampilannya yang masih sama seperti kemarin. "Ah ... aku terlal
Read more
Bab 13 : Para Perempuan Rumah Utama
“Apa kalian dengar yang gadis itu katakan tadi? Dia ingin memberikan sumbangan ke panti asuhan sebagai ganti pesta pernikahan.” Masayu tertawa mencibir, pundaknya mengedik, membuang muka menahan rasa kesal yang bercokol di dada. Kirana hanya diam mendengar ucapan sang mama, tatapan matanya yang kosong membuat gadis itu seperti sedang mengamati lantai marmer yang mempermewah ruang keluarga. “Pasti ada alasan kenapa kakak menikahinya, kamu tahu sendiri kemampuan kak Oriaga dalam menilai orang.” Berbeda dari sang kakak, Arumi terlihat santai. Dari pada membahas Shanaya, dia lebih tertarik untuk mengetahui apa yang ada di pikiran Kirana saat ini. Arumi merasa sikap keponakannya itu berubah sejak makan malam kemarin. “Apa mungkin Shanaya itu sainganmu di kampus?” Tebak Arumi. Terang saja kalimatnya itu membuat Masayu mengerutkan alis, begitu juga Kirana yang langsung menoleh kaget. “Apa yang tante bicarakan? Aku? Bersaing dengannya? Apa Tante tidak bisa melihat kalau kami ini tidak se
Read more
Bab 14 : Semua Hal Yang Harus Aku Tahu
Pak Wira menoleh Rini. Meminta pelayan itu untuk meninggalkannya berdua bersama Shanaya sebelum menjawab."Kamu bisa ke bawah dulu, jangan lupa saat kembali bawakan minum dan buah untuk Nona!" Rini membungkuk dan hendak berpaling, tapi Shanaya berdiri dan menawarkan sesuatu padanya."Ayo aku antar menggunakan lift!" Rini tentu saja kaget, dia memandang Shanaya lantas pak Wira sambil menggelengkan kepala."Tidak perlu Nona. Seperti apa yang tadi pak Wira sampaikan, kami sudah biasa naik turun anak tangga."Rini buru-buru pergi meninggalkan tempat itu, sedangkan Shanaya sendiri merasa sedih karena kebaikan hatinya terganjal aturan yang dibuat oleh Oriaga. Shanaya pun tak langsung duduk kembali, dia menjulurkan kepala seolah memastikan Rini menuruni anak tangga dengan aman, sebelum pak Wira memintanya duduk."Nona, bukankah Anda tadi ingin tahu soal Tuan?" Shanaya mengangguk, mendaratkan pantatnya kembali ke sofa dan mulai mendengarkan dengan seksama cerita pak Wira."Sebelum Anda dat
Read more
Bab 15 : Bercinta Di Atas Meja Belajar
Shanaya menelan ludah susah payah. Ia diam tak bergerak saat Oriaga menyentuhkan bibir mereka dengan sangat lembut.Oriaga melumat bergantian bibir bawah dan atas Shanaya tanpa sedikitpun menuntut."Apakah aku harus belajar memuaskannya agar tidak dibuang begitu saja?" Shanaya memejamkan mata. Menikmati permainan bibir dan lidah Oriaga yang tanpa dia sadari membuat bagian bawah tubuhnya mulai basah.Oriaga melepas kaitan bibir mereka, tanpa sadar mengingkari ucapannya sendiri yang mengatakan tidak akan pernah menunduk di depan siapa pun. Nyatanya sekarang Oriaga menundukkan kepala untuk mencium bibir ranum Shanaya.Oriaga melepas jasnya sendiri, menarik Shanaya menuju meja belajar lantas melepaskan handuk Shanaya dan membuang sembarangan. Seperti tak mengeluarkan tenaga, Oriaga mengangkat tubuh Shanaya dengan mudah lantas mendudukkan gadis itu di atas meja belajar.Apa yang Oriaga lakukan tentu saja membuat Shanaya merasa sangat malu, refleks dia menutup dada menggunakan tangan kiri d
Read more
Bab 16 : Mengabulkan Permintaan Shanaya
"Benar 'kan dugaan Mama, Shanaya mengaku ke pak Wira baru mengenal pamanmu selama dua bulan."Masayu dan Kirana membicarakan Shanaya lagi setelah makan malam. Mereka semakin mencemaskan kemungkinan bahwa Oriaga memang menikahi Shanaya hanya untuk mendapatkan penerus setelah mendapat bocoran informasi dari Rini."Aku tidak boleh diam saja, aku harus mendekati Shanaya. Lebih baik aku mendapat kepercayaannya." Kirana malah bergumam di hati dan tak mendengarkan Masayu dengan baik. Dia tampak kaget saat sang Mama menghardiknya."Kenapa kamu malah diam saja? Apa kamu tidak cemas? Bagaimana kalau kita akan hidup seperti ini selamanya? Apa kamu mau? Wasiat kakekmu benar-benar sulit dipercaya," gerutu Masayu.Sama seperti sang mama, Kirana juga menganggap wasiat kakeknya tidak adil, semua harta Pradipta diwariskan atas nama Oriaga sehingga membuat mereka tidak bisa berkutik."Mama sebaiknya mulai menyelidiki, jangan-jangan Mama dan tante Arumi hanya anak pungut kakek."Masayu tak percaya mende
Read more
Bab 17 : Nama Panggilan
Pagi itu Shanaya terlihat sudah rapi. Dia benar-benar mematuhi perintah Oriaga untuk mandi sebelum pria itu bangun. Bahkan, Shanaya rela bangun jauh lebih pagi, karena takut Oriaga bangun lebih dulu.Seperti kemarin, Shanaya melayani suaminya dengan baik, ia membantu mengancingkan kemeja dan mengikatkan dasi ke leher Oriaga. Namun, meskipun ini bukan kali pertama, tapi Shanaya masih saja grogi. Apalagi saat wajahnya dan Oriaga begitu dekat. Shanaya beberapa kali membuat bagian dasi yang sudah dia lipat terlepas karena gemetaran. Menyadari tingkah menggemaskan Shanaya, Oriaga pun tersenyum tipis. Dia sendiri tidak mengerti kenapa begitu senang membuat istri kecilnya gemetaran. “Huh … sudahlah kalau tidak bisa biar aku sendiri!”Oriaga membuang napas berpura-pura frustasi. Dia sengaja memegang dasi yang ada di depan dada, tapi Shanaya lebih dulu menggeleng sambil menatapnya. “Tidak …. Tu “Shanaya menjeda lisan. Nyaris saja mulutnya menyebut kata tuan lagi. Gadis itu menelan ludah su
Read more
Bab 18 : Menutupi Dengan Sangat Baik
“Bagaimana kabar Ayahmu? Apa keadaannya sudah membaik?”Flo—pemilik toko kue tempat Shanaya bekerja tampak cemas dengan kondisi Nugroho. Sebagai seorang bos, wanita lajang itu sebenarnya selalu perhatian ke seluruh anak buahnya tak hanya pada Shanaya.“Aku belum menemui Ayah karena aku ke sini lebih dulu, tapi kata mba Rahma kondisi Ayah sudah semakin membaik.”Flo mengerutkan kening saat merasa ada yang janggal dari jawaban Shanaya. Meskipun belum sepenuhnya percaya, tapi dia berpikir mungkin saja kabar yang disebutkan oleh dua pegawainya memang benar.“Kata Farah kamu menikah, apa benar?”“Benar, dari rumah suamiku aku langsung datang menemui kakak.”Shanaya menundukkan kepala setelah bicara. Takut jika sampai Flo menanyakan sesuatu tentang suaminya, juga khawatir kalau wanita itu berpikir dia melangkahi dengan menikah lebih dulu. Meski tidak memiliki hubungan darah, tapi Shanaya sudah menganggap Flo seperti kakak kandung sendiri, dia juga tahu bagaimana rumitnya kisah cinta bosnya
Read more
Bab 19 : Keluarga Yang Begitu Tega
Setelah beberapa saat duduk untuk meredam rasa sedihnya karena tidak akan bekerja lagi di Wonderflo — toko kue di mana dia pernah bekerja. Shanaya pun pergi ke halte sambil membawa tentengan berisi kue yang Flo berikan padanya.Shanaya hendak menuju rumah sakit tempat ayahnya dirawat. Sebenarnya dia bisa saja menggunakan taksi, tapi enggan karena merasa harus berhemat.Meskipun Oriaga sudah setuju dengan syarat yang disebutnya sebagai keinginan, tapi tetap saja Shanaya tidak bisa tenang, bagaimanapun juga dia tetap tidak akan pernah mengetahui kapan Oriaga mulai bosan lalu meninggalkannya."Aku harus menghemat uang yang dia berikan, lebih baik aku mengambil uang transport dua ratus ribu dan hanya mengeluarkan lima puluh ribu." Shanaya bergumam di dalam hati, memegang erat kotak kue dari Flo di pangkuan sambil memandang keluar jendela. Beberapa menit berlalu Shanaya pun tiba di halte terdekat dari rumah sakit, dia melanjutkan perjalanan dengan berjalan menyusuri trotoar untuk menjangk
Read more
Bab 20 : Pulang Terlambat
Shanaya tak berani ikut masuk ke lift bersama Oriaga, dia mematung di posisinya dan tak sadar kalau Masayu juga Kirana melihatnya dengan seringai di wajah.Shanaya menekan tombol lift dan menunggu lift itu turun kembali. Dia terus diam sambil menyusun kalimat yang tepat di kepala agar tidak salah saat bicara ke Oriaga nanti.Namun, sepanjang apapun kalimat yang sudah dia buat, ternyata hanya ucapan maaf lah yang terlontar dari bibir Shanaya."Maaf, Oom! Aku pulang terlambat."Shanaya yakin Oriaga mendengar ucapannya, tapi entah kenapa pria yang saat ini sedang duduk di meja kerja itu diam tak membalas. Shanaya merasa sangat aneh karena Oriaga mendiamkannya seperti ini, hingga baru sadar kalau penampilannya tampak sangat kumal. Shanaya buru-buru masuk ke kamar ganti untuk mengambil baju. Dia bergegas membersihkan diri setelah itu berniat meminta maaf dengan cara yang lebih baik ke Oriaga. "Dia marah, iya 'kan? Tapi bukankah aku sudah diizinkan mengurus urusanku hari ini? Aku tidak mu
Read more
PREV
123456
...
27
DMCA.com Protection Status