All Chapters of Hijrah yang Tak Kau Hargai: Chapter 41 - Chapter 50
57 Chapters
Bab 41 Talak
Aku seperti kayu yang rapuh. Tak kokoh lagi untuk mencintainya. Mas Hakim selalu memberi tekanan batin. Batinku terasa hancur. Sangat tak berperasaan sekali dia. Walaupun sejujurnya harapanku luas padanya. Tapi ia mematahkan keinginanku untuk bertahan.Prang!Mas Hakim sangat kesal. Ia memecahkan gelas di atas meja. Aku heran, dia cemburu buta padaku? Sementara ia sesuka hatinya membuatku cemburu. Ia bertindak lebih buruk dari yang kubayangkan. Setiap bertemu, ia berubah sikap. Semarah itu dia. Tuhan, selama ini aku bersabar. Bahkan, harga diriku sebagai istri ia runtuhkan. "Mas, kamu kenapa?" Tanyaku."Tanyakan sendiri pada dirimu sendiri! Dasar kamu tak menghargai suami. Pantas saja kau betah kerja disana!""Astaghfirullah. Mas, jangan berprasangka buruk dulu padaku!"Mas Hakim pergi berlalu. Ia membanting pintu. Aku sangat terluka dengan sikapnya. Ia mudah sekali cemburu dan marah padaku. Saat Zaky kemari pun, ia melakukan hal yang sama."Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam. Ada a
Read more
Bab 42 Pembatalan Cerai
Aku tak habis pikir. Mas Hakim bisa setega itu. Semalaman aku menangis. Tak hentinya aku mengeluarkan air mata. Mas Hakim tak merasa iba padaku. Pikiran jahat seperti apa yang membuat ia seperti ini. Rasanya aku ingin menghilang. Tak ingin lagi aku ada disini. Seharian aku tak makan. Hari ini pun aku hanya di rumah. Minggu ini kantor tutup. Kemudian aku berjalan. Hendak pergi untuk mandi. Namun, tiba-tiba pandanganku kabur. Aku tak sanggup berjalan. Badanku terasa lemah. Nafasku sesak pula. Begitu sakit kurasakan hingga terlalu dalam. Mataku terbuka, aku melihat mas Hakim berada di depanku. Tanpa sadar, aku sudah terbaring di kasur."Mas.." "Kamu pingsan tadi. Jangan nambah banyak penyakit. Uangku tak cukup buat berobat. Bayangkan pengeluaran kita sudah banyak. Belum lagi bayar sewa rumah." Hardik Mas Hakim."Mas takut jika aku sakit? Namun yang kau khawatirkan hanyalah uang. Bukan sebaliknya kesehatanku?""Sudahlah. Kamu tak usah banyak bicara. Aku tak mau kamu pingsan lagi sepert
Read more
Bab 43 Mas Hakim Tak Ingin Privat Lagi
Semua kisah ini menjadi hikmah dalam hidupku. Ujian yang datang kuarungi dengan sabar. Hingga tiba waktunya aku dapat bahagia. Mungkinkah selama ini suamiku ingin punya keturunan. Sampai ia bisa berbuat buruk kemarin. Aku tetap sabar apapun itu Kenyataannya. "Kamu butuh makan apa?" Tanya Mas Hakim. Aku terdiam sejenak. Hanya melongo mendengar ia bertanya. Tak biasanya mas Hakim menanyakan ini. Bahkan jarang, itulah sebabnya aku heran. "Butuh makan, maksudnya Mas?" Tanyaku kembali."Kamu mau makan apa?""Aku lagi kepingin makan yang asem, Mas.""Asem? Rujak maksudnya?""Ya.""Kalau bisa kamu jangan makan yang pedas. Tak baik buat kandunganmu. Kamu harus jaga kandunganmu. Jangan sampai keguguran lagi. Ingat, kandunganmu itu lemah.""Ya, Mas.""Kamu jangan capek-capek dulu. Harus istirahat total di rumah!""Istirahat total?""Ya.""Bagaimana kerjaanku, Mas?""Oh iya. Kamu bisa minta cuti gak?""Gak bisa kayaknya. Aku kan masih baru.""Kalau aku kasih pilihan. Kamu mau fokus dengan ka
Read more
Bab 44 Kembali Terluka
Akhirnya aku menjalani hari seperti biasa. Sudah beberapa hari ini aku tak masuk kerja. Mas Hakim pulang malam. Namun, kepulangannya tak setiap malam lagi. Ia benar-benar menepati janjinya . Kini ia banyak meluangkan waktunya. Tak seperti dulu lagi. Soal pekerjaanku, aku hanya bisa pasrah. Aku memberi alasan sakit pada pimpinan. Kurasa takkan lama disana. Firasatku pekerjaan ini takkan bertahan. Mas Hakim telah mengekangku untuk bekerja disana. Mas Hakim pulang larut malam. Tak biasanya gelagatnya seperti orang bingung. Apa karena ia kelelahan. Ia telah membantuku selama ini. Beberapa tugas rumah yang berat, mas Hakim melakukannya. Kadang aku tak tega dengannya. "Mas baru pulang?""Ya."Aku melihat mas Hakim langsung mengambil handuk. Tampaknya ia hendak mandi. "Mas mau mandi?""Ya gerah.""Sudah hampir jam 9 malam. Mas mau kumasakkan air hangat untuk mandi?""Biar aku saja. Kamu istirahat. Jangan kecapekan atau banyak pikiran!""Ya."Rasanya sulit, saat ini masih mengganjal pikira
Read more
Bab 45 Mengadu Kepada Ayah
Aku merasa tak bisa melanjutkan hubungan ini. Hampir setiap hari muncul keinginanku untuk berpisah. Namun, aku harus memikirkannya lagi. Masih ada hati yang harus aku jaga. Keluargaku bisa malu jika aku pisah. Sebelum itu, aku harus minta saran dari orang tuaku. Ayahku, dialah yang akan kutanyakan. Tentang bagaimana nasibku ini. Siang ini saat tak ada mas Hakim, aku berniat menelpon ayahku. Niatku ingin menceritakan semua padanya. Aku harus minta nasehat darinya. Akan tetapi, aku masih belum siap mengungkapkan keinginan bercerai. Keluargaku akan malu. Bila semua orang tahu aku akan bercerai. Apalagi kondisiku tengah mengandung. Aku semakin curiga dengan mas Hakim. Ia seperti memiliki hubungan dengan murid privatnya."Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam.""Ayah. Bagaimana kabarnya sekarang?""Alhamdulillah baik-baik saja. Kamu bagaimana disana?""Alhamdulillah. Walau keadaan apapun, tetap aku jalani Ayah.""Kenapa jawabanmu seolah meragukan?""Aku tak kenapa.""Ada yang kamu tutupi se
Read more
Bab 46 Sikapnya Berubah-ubah
"Awas kalau aku tahu kamu telepon ayahmu lagi. Mulai sekarang, kamu harus izin padaku. Beri tahu aku, bila kamu mau telepon ayahmu.""Kenapa aku harus kasih tahu dulu? Jika ada hal yang mendadak. Lalu kamu tak menjawabnya bagaimana? Apa aku masih bisa telepon dalam keadaan darurat. Jika darurat, aku lantas tak minta izin dulu kan?"Mas Hakim langsung memukul meja. Ia mendobraknya dengan sangat keras. Sehingga aku tak kuat mendengarnya. Jantungku serasa berdetak kencang. Jangan sampai karena ini, kondisi kandunganku terbawa. Aku tak mau kehilangan calon anakku lagi. "Mas, aku minta tolong. Jaga perasaanku. Aku sedang hamil. Aku minta selama hamil saja. Tidak terlalu lama. Setelah aku hamil, silahkan marahi aku sesuka hatimu.""Kamu ini bicara apa sih? Sebaliknya kalau kamu sayang dengan janin yang ada dalam kandunganmu, tak lantas kau bersikap emosional. Kamu seharusnya menjaga hatimu. Aku tidak mau lagi anakku kamu bunuh lagi. Awas saja kalau janinmu bermasalah lagi!""Astaghfirullah
Read more
Bab 47 Menghubungi Ayah Berujung Buruk
Setiap hari aku menerima perlakuannya. Mas Hakim yang kadang baik. Kadang bersikap kasar pula. Aku tak ingin banyak menuntutnya. Sebaliknya aku sadar. Sebagai istri masih belum sempurna. Namun, aku berusaha agar bisa menjadi istri yang baik.Saat menghadapi sikap kasarnya, ada keinginanku menghubungi ayahku. Sangat terbatas sekali keinginanku untuk menghubunginya. Akhirnya itu hanya menjadi hasratku saja. Keinginanku kini kian terpendam. Sampai aku tak mampu menahannya. Hampir setiap hari aku menangis. Terkadang aku rindu pada ayahku. Namun, seolah menelepon saja jadi mimpiku. Setiap aku sedih, ingin rasanya menelepon ayahku. Tapi jika aku izin terlebih dahulu, mas Hakim pasti menanyakan alasannya. Aku tahu, inilah alasannya memintaku izin terlebih dahulu. Supaya dia tahu masalah yang kuceritakan pada ayah. Entah mengapa aku sangat ingin menghubungi ayahku. Jika kutelepon, aku akan berdosa. Maka kuputuskan untuk minta izin padanya. Kukatakan saja bila aku sedang rindu pada ayahku. "Ma
Read more
Bab 48 Terkekang
Semua tak dapat kuhindari. Mas Hakim telah membuatku kecewa. Ia tak menaruh rasa iba. Sesekali ia baik, kadang tidak. Aku merasa tak ada artinya mengandung. Ia tak kasihan dengan janin di dalam rahimku. Bagaimanapun ini darah dagingnya pula. Tak ada kepedulian dalam dirinya.Aku merasa sangat terkekang. Ingin sekali pergi dari sini. Namun, aku tak punya daya. Mas Hakim tentu tak mengizinkan. Apalagi dengan kondisi hamil muda, tak semudah itu untuk pergi. Aku mengerti pula keadaanku. Sebab itu aku masih ragu untuk pulang. Ingin kuceritakan pada ayah. Mas Hakim telah mencuci otaknya. Dia buat ayahku hilang kepercayaan padaku. "Kamu kenapa melamun?""Tidak ada apa-apa.""Kapan periksa ke puskesmas?""Hari senin.""Kamu jawabnya kayak gak senang gitu.""Aku biasa aja, Mas.""Biasa aja ngomongmu."Aku terus berpikir. Takut bila benih dalam kandunganku bermasalah. Percuma jika aku makan yang sehat. Vitamin untuk hamil juga kuminum. Namun, psikisku kian buruk. Sementara ibu hamil tak boleh
Read more
Bab 49 Terus Tertekan
"Apa ini, Mas?""Ini ditanda tangani surat pembatalan talak!"Aku menatap secarik kertas. Kubaca tiap lembarannya. Tempo hari mas Hakim telah menalakku. Walaupun itu talak satu, masih tetap harus diurusi pembatalannya. Kalau bukan karena kehamilanku, mas Hakim belum tentu membatalkannya. Ia berubah sikap. Itu karena aku tengah hamil anaknya. Meskipun sempat ia ragukan, aku bisa meyakinkannya jika ini benih darinya. Lalu aku menandatangani surat itu. Kubaca semua tiap pernyataan Kutarik nafas dan menghela perlahan. Jika aku tak hamil, mungkin kami berada di pengadilan saat ini. Namun, mas Hakim lekas memproses pembatalan talak. "Selanjutnya apa lagi, Mas?""Kau laksanakan saja apa yang kuperintah. Semua ini aku yang urus. Paham?""Ya."Pernyataannya kujawab dengan lirih saja. Rasa enggan aku bicara dengan mas Hakim. Hampir setiap hari aku mendengar mas Hakim menelepon muridnya. Apalagi Cynthia. Bahkan aku sengaja mendengar di depannya. Sikapku seperti ini agar ia tahu aku mendengark
Read more
Bab 50 Kecewaku
Aku terbangun pagi ini. Lelah yang kurasakan seketika menghilang. Namun, rasa sakit ini masih ada. Kupegang perutku yang terasa nyeri. Aku tak bisa melakukan apapun. Minum obat sembarangan tak mungkin. Kata dokter, ibu hamil tak bisa minum obat biasa. Hanya ada vitamin hamil. Air mataku masih saja keluar. Padahal sudah coba kutahan. Kutatap mas Hakim. Ia masih tertidur saat ini. Aku baru sadar ini hari ahad. Nanti ia masih tetap privat. Tentu saja bersama murid kesayangannya. Siapa lagi kalau bukan Cynthia. Ia tak segan meneleponnya. Sangat mesra terdengar di depanku. Walau ia menyebut nama antara murid dan guru. Akan tetapi kalimatnya tak wajar untuk mereka. "Mas ada yang telepon!"Kudengar ponsel mas Hakim berdering lagi. Kupanggil ia, namun tak ada jawaban. Kucari ia disekitar tak ada. Akhirnya kuputuskan untuk mengangkatnya. Kalau saja ada hal penting dari penelepon tersebut. Saat kulihat, murid mas Hakim yang melakukan panggilan. Dia seorang perempuan. Itu bukan Cynthia. Aku la
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status