Semua Bab Devil Beside You : Bab 11 - Bab 20
95 Bab
Bab 11. Aku Tidak Mengorbankan Nyawaku Demi Dirimu!
Tembakan demi tembakan menghujani bersamaan dengan turunnya salju. Posisi Sergio masih dalam posisi mendindih tubuh Hazel. Keadaan genting, ada korek kecil yang merupakan granat bisa dia ledakan untuk membalas musuhnya, namun jika dia meledakan di tempat umum, akan banyak korban yang berjatuhan.Hazel yang berada di bawah tubuh Sergio hanyut akan kepanikan di wajah pria tampan itu. Harusnya Hazel ketakutan, tapi fakta yang ada adalah Hazel tidak takut sama sekali meski banyak baku tembak yang dia dengar.Lalu … tiba-tiba tatapan Sergio menatap terkejut dari jarak jauh melempar granat ke arahnya. Dia sudah menghindar menggunakan granat, tapi musuhnya yang sialan itu berani-beraninya menggunakan granat.Sergio langsung memeluk erat Hazel, berguling menjauh dari tempat itu. Tepat di kala Sergio menjauh—suara ledakan terdengar menghancurkan kafe. Untungnya tidak ada orang di sana. Sergio bangkit berdiri seraya mengulurkan tangannya membantu Hazel untuk berdiri. Hazel menyambut uluran ta
Baca selengkapnya
Bab 12. Kejadian Tadi Tidak akan Terulang
“Ah, sakit sekali.” Hazel terbangun seraya menyentuh rahangnya yang sembab. Sialnya, pukulan komplotan penjahat itu membuat rahangnya sulit untuk bergerak. Dia menyibak selimut, turun dari ranjang seraya mengikat asal rambutnya.Hazel merasakan tenggorokannya kering. Dia ingin minum, tapi di atas meja hanya ada air putih saja. Dia ingin minuman segar. Itu artinya dirinya harus pergi ke dapur untuk mengambil minuman segar.Sebenarnya, Hazel bisa saja meminta pelayan untuk mengambilkan minuman segera di dapur, tapi dia malas memerintah. Hazel lebih suka berjalan sendiri ke dapur. Mungkin ada sedikit cemilan yang bisa dia makan.Saat Hazel menuju dapur, pintu ruang kerja Sergio sedikit terbuka. Sedikit cahaya terlihat dari dalam. Rasa penasaran dalam diri Hazel tak tertahankan. Wanita cantik itu mendekat—mengendap-endap persis seperti maling.Hazel memilih untuk bersembunyi di balik pintu. Dia tidak mau sampai ada yang mencurigainya. Dia melihat jelas di mana Sergio tengah berbincang den
Baca selengkapnya
Bab 13. Semakin Menarik
Hazel tidak habis pikir dengan Sergio. Pria gila dan tak waras itu. Pantas saja tadi ada yang berniat membunuhnya. Ternyata semua itu karena kegilaan Sergio! Sungguh Hazel menyesal membantunya. Andai dia tahu pokok permasalahannya, dia akan mendorong Sergio sekeras mungkin dari jurang kematian.Hazel mondar-mandir tidak jelas di dalam kamar. Sekitar sepuluh menit lalu, Sergio baru saja pergi. Kejadian kemarin di mana Hazel menguping adalah tindakan yang memalukan. Untungnya tadi pagi, Sergio sudah tidak lagi membahas.Hanya satu pesan yang Sergio katakan, yaitu dia meminta Hazel untuk tak banyak terlalu penasaran. Dalam hidup, ini pertama kalinya Hazel berada di posisi seperti sekarang ini. Posisi yang membuatnya menjadi bimbang.Hazel tak seharusnya tinggal di rumah seorang pembunuh. Jika saja keluarganya tahu, maka pasti dia akan ditarik paksa untuk pulang. Hal tergila dalam hidupnya sejak di mana dirinya mengenal Sergio. Hazel tahu cara jalan untuk keluar, namun entah kenapa kakiny
Baca selengkapnya
Bab 14. Kau Membunuh FBI?
Hazel menatap jam dinding—waktu menunjukkan pukul dua belas malam. Baru sekitar sepuluh menit lalu, Hazel keluar kamar—dan ternyata Sergio belum pulang. Harusnya dia tidak peduli, tapi entah kenapa hatinya malah memikirkan Sergio.“Shit! Hazel, kau ini bodoh sekali? Kenapa kau memikirkan pria sialan itu? Biar saja, dia tidak pulang. Sekalian saja, dia tenggelam di dalam lautan.” Hazel berkata dengan nada ketus.“Aku pernah tenggelam di laut, dan aku mampu selamat. Tenanglah, kematian masih takut menghampiriku.” Sergio muncul, sontak membuat Hazel terbelalak terkejut.“Ya Tuhan! Kau ini datang tiba-tiba seperti hantu! Ini sudah malam! Kenapa kau berada di kamarku?!” sembur Hazel sambil bertolak pinggang, dan mendelik menatap tajam Sergio.Ada dua hal yang Hazel rasakan saat ini. Dia kesal karena Sergio masuk ke dalam kamarnya, namun di sisi lainya dia tak mengerti lega melihat pria itu pulang. Ah, sial! Hazel membenci perasaannya yang dilemma seperti ini.Sergio tersenyum tipis mengaba
Baca selengkapnya
Bab 15. Ditakdirkan Menjadi Milikku
“Kau sudah berhasil menemukan siapa dalang di balik pengaduan kejadian hari ini?” Kalimat pertama yang ditanyakan Sergio, di kala sang asisten sudah berada di hadapannya. Untuk pertama kalinya seorang Sergio Blanco dikejar oleh FBI. Hal tersebut juga yang membuatnya sangat marah dan dendam. Benton mengangguk. “Sudah, Tuan. Pelaku masih sama yaitu Daze Edgardo. Dia dendam pada Anda. Dia ingin Anda hancur, Tuan. Dia mengadukan pada FBI bahwa Anda terlibat dalam jual beli narkoba skala besar.”Sebelumnya, Benton sudah menyelidiki tentang ini semua. Pasalnya selama ini pekerjaan Sergio selalu mulus, tidak ada halangan sama sekali. Sangat aneh rasanya, jika sekarang ini tercium oleh FBI. Pastinya ada dalang di balik semua ini. Dan Benton, sudah mencari tahu dengan tepat.“Fuck!” umpat Sergio kasar. Aura kemarahannya jelas terlihat. Pria tampan itu marah, karena kondisinya dia mengajak Hazel. Jika saja, dia tidak sedang mengajak Hazel, maka dia tidak akan sampai semarah ini. Benton menata
Baca selengkapnya
Bab 16. Rasa Khawatir yang Mendera
“Berengsek!” Daze Edgardo mengumpat kasar, mendapatkan informasi dari sang asisten bahwa salah satu mansion miliknya diledakan oleh anak buah Sergio. Umpatan kasar, dan makian tak henti-hentinya lolos di bibirnya. Kemarahan terlihat jelas melingkupi dirinya.“Tuan, sepertinya Anda harus menyudahi dendam Anda pada Sergio Blanco. Sergio Blanco akan melakukan tindakan lebih dari ini, Tuan,” ujar sang asisten memberikan nasihat pada Tuannya—untuk tak lagi melanjutkan dendam pada Sergio Blanco.Daze mencengkram kuat gelas berkaki tinggi di tangannya. “Pria sialan itu harus tetap aku berikan pelajaran. Aku tidak akan tinggal diam!”“Tuan, tapi—”“Jangan mengaturku! Aku tahu apa yang harus aku lakukan!” sentak Daze keras. “Kau cukup temui asisten pribadi Sergio. Aku ingin bicara empat mata dengan pria sialan itu.” Lanjutnya memberikan perintah.Sang asisten mengangguk patuh, tak berani membantah apa yang diminta oleh Tuannya.***Hazel salah tingkah melihat Sergio yang tengah sarapan bersama
Baca selengkapnya
Bab 17. Jangan Berani Menyentuhnya!
Sergio duduk seraya mengetuk-ngetuk jemarinya di kursi, menatap dingin dan tajam Daze Edgardo yang sejak tadi melayangkan tatapan tajam, penuh permusuhan padanya. Dua pria tampan itu saling menghunuskan tatapan. Hanya saja Sergio nampak jauh lebih tenang dan santai—seolah tak sama sekali menghadapi musuh.“Jadi, apa yang kau inginkan? Kenapa kau ingin bicara denganku? Aku tidak suka berbasa-basi.” Sergio berkata dingin dan tegas, tanpa sama sekali basa-basi. Dia menuruti keinginan Daze, yang ingin bicara empat mata dengannya.“Berani sekali kau meledakan mansion-ku! Apa kau bosan hidup, Blanco!” seru Daze dengan tatapan penuh kemarahan.Sergio tersenyum tipis seraya menggerak-gerakkan gelas sloki di tangannya. “Kau yang mulai duluan. Kau mengadukan transaksi penjulan narkobaku pada FBI. Well, jika kau tidak mencari masalah denganku, maka aku tidak akan pernah masalah. Aku sangat simple, kau menyerang, maka aku akan menyerang. Jika kau tidak menyerangku, mana mungkin aku menyerangmu, k
Baca selengkapnya
Bab 18. Jangan Lagi Menyelamatkanku!
Suasana menjadi tegang dan genting di kala Sergio mendekat. Terutama ancaman Sergio yang mengancam Daze, untuk tak menyentuh Hazel, membuat anak buah Daze langsung bergerak cepat menyodorokan pistol ke kening Sergio. Hazel terkejut di kala pistol disodorkan ke kening Sergio. Dia bermaksud ingin menolong, tapi kondisi sulit, karena posisi kedua tangannya telah ditahan oleh anak buah Daze Edgardo. Hazel tidak tinggal diam. Wanita cantik itu mencoba berontak, tapi berujung sia-sia.Benton hendak ingin menyodorkan pistol ke anak buah Daze Edgardo, tapi sayangnya Sergio menahan. Sergio memberikan isyarat agar Benton tidak bertindak gegabah. Ya, terpaksa Benton menuruti keinginan bosnya untuk tak melakukan serangan balik.“Lepaskan dia, Edgardo. Kau memiliki urusan denganku. Jangan libatkan dia!” seru Sergio mengingatkan dengan sorot mata tajam yang tak main-main. Amarah Sergio menyulut, tapi tetap dia berusaha untuk tenang. Dia sama sekali tidak menyangka Hazel menyusulnya. Umpatan dan
Baca selengkapnya
Bab 19. Merasa Bodoh
“Kita bicara lagi besok. Ini sudah malam. Tidurlah.”Kalimat pertama yang Sergio katakan, di kala sudah tiba bersama Hazel di penthouse-nya. Banyak pertanyaan muncul di kepalanya, tapi dia memilih untuk menunda bertanya pada esok hari. Hazel terdiam sebentar, menatap Sergio dengan tatapan curiga. “Kau ingin pergi lagi?” tanyanya secara spontan. Ah, sial! Harusnya Hazel tak peduli, Sergio ingin pergi lagi atau tidak, tapi sialnya malah tidak bisa dirinya bersikap acuh.Sergio mendekat, menarik dagu Hazel, dan mengecup bibir wanita itu. “Aku tidak akan pergi. Sekali pun aku pergi, jangan mencemaskanku. Aku akan pulang dalam keadaan selamat. Istirahatlah.” Lalu, pria itu melangkah pergi meninggalkan Hazel yang bergeming di tempatnya. Manik mata Hazel tak lepas menatap bayang-bayang Sergio yang mulai lenyap dari pandangannya. Jemari lentiknya tanpa sadar menyentuh bibirnya yang sejak tadi dicium oleh Sergio.Hazel hanyut akan kenangan ciuman itu. Memori ciuman yang ditinggalkan sangatla
Baca selengkapnya
Bab 20. Memberi Makan Harimau
*Nona, apa saya boleh datang ke tempat Anda tinggal?* Neva mengirimkan pesan pada Hazel di nomor baru Hazel. Ya, wajar saja, karena pastinya Neva khawatir akan keadaan Hazel. Sampai detik ini, Hazel masih menjadi buronan keluarganya. Hazel nampak berpikir sejenak, hingga akhirnya dia memutuskan membalas pesan sang asisten. Dia mengizinkan Neva untuk datang. Pun dia memberikan alamat penthouse Sergio. Tapi ada syarat penting yang wajib dipatuhi sang asisten, yaitu tidak boleh ada yang tahu keberadaannya. Hazel meletakan ponselnya ke tempat semula. Dia memilih keluar dari kamar, dan berjalan-jalan. Dia jenuh di dalam kamar. Pun dia yakin pasti Sergio sudah pergi. Biasanya pagi-pagi seperti ini Sergio pasti pergi.Pelayan menyapa sopan Hazel, dan tentunya Hazel membalas sapaan sang pelayan. Dia hendak menuju ke ruang kolam renang, namun langkahnya terhenti melihat Sergio berpapasan dengannya.Hazel menelan salivanya susah payah, melihat tubuh kekar Sergio. Tubuh basah nampak sangat sek
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status