Lahat ng Kabanata ng Devil Beside You : Kabanata 31 - Kabanata 40
95 Kabanata
Bab 31. Kekhawatiran Sergio
“Aw—” Hazel merintih kesakitan di kala didorong ke dalam sebuah ruangan oleh pria yang membawanya. Pria berkulit hitam itu kini keluar mengunci rapat pintu ruangan di mana Hazel disekap.“Hey! Lepaskan aku, Berengsek!” Hazel menahan sakit di bokong dan kakinya. Dia bangkit berdiri seraya menggedor-gedor pintu—meminta untuk dibukakan. Akan tetapi, hasil yang didapatkan adalah nihil.Hazel mengumpat dalam hati seraya mengembuskan napas panjang. Dia mengendarkan pandangannya—berusaha mencari celah untuk melarikan diri. Namun, sayang jendela di ruangan itu telah dipasang besi kokoh dan kuat. Tidak mungkin bisa Hazel melarikan diri. Hazel berusaha untuk tenang. Dia yakin bahwa pasti Sergio tidak akan mungkin tinggal diam, dirinya diculik. Pasti Sergio akan bertindak. Hal yang harus dilakukannya sekarang tetap berpikir positive. Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Langkah kaki melangkah mendekat ke arah Hazel. Tampak seorang pria paruh baya dengan wajah khas timur tengah—menghampiri
Magbasa pa
Bab 32. Tertembak
Lampu remang-remang membuat ruangan di mana Hazel berada, tampak menyeramkan. Akan tetapi, sebisa mungkin Hazel berusaha untuk tenang—dan tidak takut berada di ruangan ini. Lukisan menyeramkan dan beberapa pajangan yang meninggalkan kesan seram—sempat membuat nyali Hazel menciut.Bohong rasanya jika Hazel baik-baik saja. Pasti ada rasa takut yang menyelimutinya. Dia memang bisa bela diri, tetapi lawan dari anak buah Abdul Kumar, tak bisa dipandang sebelah mata. Anak buah Abdul Kumar memiliki kelicikan tinggi.Tangan Hazel berkeringat dingin. Ruangan itu memiliki AC, tapi sayangnya rasa dingin yang keluar dari AC tidak terasa akibat kepanikan menyelimuti. Hati dan pikirannya hanya tertuju pada Sergio.Hazel tidak bisa benar-benar tenang. Dia memang yang diculik. Harusnya dia memikirkan kondisinya. Namun, faktanya dia jauh lebih takut. Kata-kata Abdul Kumar yang mengatakan di depan ada ranjau yang bisa saja menjebak Sergio—membuat kecemasan Hazel meningkat ribuan kali lipat.“Sergio, ak
Magbasa pa
Bab 33. Amukan Sergio
Tubuh Sergio membeku di kala mendengar suara pistol. Dia tak merasakan sakit apa pun di punggungnya. Tatapannya kini menatap nanar darah yang mulai menetes ke lantai. Aura wajahnya menyeramkan layaknya singa hutan yang akan murka.“S-Sergio.” Tubuh Hazel lemah, nyaris tumbang—refleks Sergio segera menangkap tubuh Hazel. Sorot mata pria tampan itu terhunus tajam menatap lengan Hazel yang mengeluarkan banyak darah.Sergio sigap mengambil sapu tangan dari balik jaketnya, dan menekan luka tembak di lengan Hazel. “Kenapa kau melakukan semua ini, Hazel!” geramnya dengan emosi tertahan.Hazel tersenyum lemah seraya menyentuh tangan Sergio. “Aku tidak suka melihatmu terluka, Sergio. Jangan khawatir, a-aku tidak apa-apa. L-luka ini tidak akan membuatku mati.”Kilat mata Sergio menggelap, melihat darah Hazel terus menetes. Kemarahan dan emosi layaknya api yang sedang membakar Sergio Blanco. Terdengar suara tawa dari Abdul Kumar. Tawa renyah yang seolah menunjukkan ledekan puas.“Hazel Afford. R
Magbasa pa
Bab 34. Bisa Mendengar Suara Dalam Hati
Sergio berada di depan ruang pemeriksaan Hazel, dengan raut wajah gelisah. Beberapa kali dia mengembuskan napas kasar, dan memejamkan mata singkat. Hal yang dia benci adalah Hazel mengorbankan diri, agar dirinya tidak terluka. “Ck! Kenapa kerja dokter di sini lama sekali?!” seru Sergio tidak sabar.Sergio ingin berada di dalam, tapi sayangnya perawat tak memberikan izin. Peluru bersarang di lengan Hazel. Pastinya dokter melakukan tindakan operasi untuk mengambil peluru yang bersarang di tubuh wanita itu.Sergio sudah terbiasa terkena peluru di tubuhnya. Namun, berbeda dengan Hazel. Dia yakin seribu persen, Hazel belum pernah terkena luka tembak. Bisa saja respon tubuh Hazel akan sangat parah akibat peluru.“Shit!” Sergio mengusap wajahnya kasar, di kala rasa panik dan khawatir menyerang dirinya. Dia sulit untuk tenang. Sialnya, dia tak boleh masuk ke dalam. Jika saja, dia mendampingi Hazel, maka pasti hatinya bisa sedikit lebih tenang.“Tuan…” Benton melangkah menghampiri Sergio. Se
Magbasa pa
Bab 35. Ciuman Melumpuhkan
Hazel tidak betah berada di rumah sakit. Luka masih belum kering, tapi dia sudah merengek meminta untuk keluar dari rumah sakit. Lebih tepatnya, dia tak suka makanan rumah sakit yang berbau hambar tidak ada rasa. Wanita cantik itu bersikukuh ingin ke luar dari rumah sakit, meski sebenarnya belum diperbolehkan. Tak lagi terhitung berapa kali perdebatan Hazel dengan Sergio, akibat sifat keras kepalanya. Hazel bersikukuh ingin ke luar dari rumah sakit, tapi Sergio tak mengizinkan karena kondisi Hazel belum sepenuhnya pulih.“Sergio, aku ingin pulang sekarang.” Hazel kembali merengek, meminta pulang.“Hazel, kau kan tahu—”“Tuan!” Benton menerobos masuk ke dalam ruang rawat Hazel. Tampak jelas kepanikan di wajah Benton.“Ada apa, Benton?! Kenapa kau berlari seperti itu?!” seru Sergio seraya menatap Benton yang berlari mengejarnya.Hazel ikut menatap Benton yang tampak panik. “Benton, apa ada masalah?” Benton gelisah dan cemas. “Tuan Sergio, Anda harus segera meninggalkan Dubai. Ada bebe
Magbasa pa
Bab 36. Jadikan Aku Milikmu
Bern, Swiss. Hazel dan Sergio telah tiba di Bern. Setelah perjalanan panjang, akhirnya mereka sampai di penthouse. Hazel masih tinggal dengan Sergio. Wanita cantik itu malah seolah enggan kembali ke apartemennya. “Hazel, kau istirahatlah. Aku akan pergi sebentar,” ucap Sergio di kala sudah masuk ke dalam kamar, bersama Hazel.Hazel menggeleng tegas dan memeluk lengan Sergio. “Kau tidak boleh pergi ke mana-mana. Kau harus di sini saja.”“Hazel, aku tidak akan tertangkap.”“Tidak, aku tidak percaya padamu. Aku tidak mau tahu kau harus tetap ada di sini.”“Hazel—”“Jika kau pergi, aku ikut denganmu.”Sergio mengembuskan napas panjang sambil tersenyum melihat tingkah Hazel. “Aku baru tahu, kau benar-benar sangat keras kepala.”Hazel mengangguk tanpa ragu. “Aku memang seperti ini.”Sergio membelai lengan Hazel yang diperban. “Perbanmu harus diganti. Aku akan membantumu.”“Aku bisa sendiri.” Hazel tak ingin merepotkan.“Aku akan menggantikan perbanmu.” Sergio mengecup lengan Hazel. Lalu d
Magbasa pa
Bab 37. Tidak Mungkin Melukai Wanitaku
Sergio membelai Hazel yang terlelap pulas dalam pelukannya. Pria tampan itu terbangun di tengah malam. Hazel masih tertidur, setelah percintaan panas dengannya. Dia memberikan kecupan di seluruh wajah Hazel—dan memberikan pelukan hangat pada wanita itu.“Hmmm…” Hazel menggeliat dari dalam pelukan Sergio. Perlahan mata wanita itu mengerjap beberapa kali, dan perlahan matanya sudah terbuka. Senyuman di wajah Hazel terlukis indah menatap Sergio yang tengah memeluknya.“Maaf membuatmu terbangun,” bisik Sergio seraya membelai rambut indah Hazel.Hazel membenamkan wajahnya di dada bidang Sergio. “Aku sudah tidak lagi mengantuk.”Sergio tersenyum samar. “Ini masih malam. Kau harus tidur.”“Tunggu sebentar. Biarkan seperti ini. Aku ingin memelukmu seperti ini sampai aku tertidur lagi.”“Yang kau inginkan akan aku turuti.”“Sergio?”“Hm?”“Apa kau akan menuruti semua keinginanku?”“Ya, tentu saja asalkan keinginanmu bukan memintaku pergi, maka aku akan menurutimu.” Sergio memeluk erat Hazel, s
Magbasa pa
Bab 38. Ancaman dari Orang Asing
*Nona, bagaimana kabar Anda? Saya harap Anda baik-baik saja.* Pesan singkat dari Neva, sang asisten, membuat Hazel yang berdiri di tepi kolam, menghela napas dalam. Jika sang asisten menanyakan kabarnya, pasti ibunya mulai khawatir padanya. Meski Hazel mengatakan dirinya baik-baik saja, tapi tetap ibunya akan selalu menanyakan dirinya.Tanpa pikir panjang, Hazel memutuskan untuk menghubungi sang asisten.“Nona Hazel?” sapa Neva lebih dulu kala panggilan terhubung. “Ibuku menanyakanku padamu?” tanya Hazel to the point.“Iya, Nona. Ibu Anda menanyakan Anda. Beliau sangat mencemaskan Anda. Saya sudah bilang Anda baik-baik saja, tapi tetap saja beliau masih khawatir.” Hazel tersenyum di kala dugaannya benar. “Katakan pada ibuku, kau sudah menghubungiku, dan memastikanku baik-baik saja.”“Baik, nanti saya akan sampaikan, Nona. Hm, Nona, a-apa Anda masih tinggal dengan p-pembunuh itu?” “Dia Sergio, punya nama. Hargai dia seperti kau menghargaiku, Neva.” Hazel memberikan teguran tegas.“
Magbasa pa
Bab 39. Rindu yang Tak Tertahankan
Hazel terbangun di tengah malam, menoleh ke samping tidak ada Sergio. Keningnya mengerut dalam bingung. Tadi sebelum dia bangun tidur, dia mengingat bahwa Sergio berada di sampingnya—memeluknya dengan erat. Namun, kenapa sekarang pria itu tidak ada di sampingnya?Hazel mengalihkan pandangannya, menatap masih pukul dua pagi. Rasanya tak mungkin Sergio pergi di pagi buta tanpa bilang padanya. Hazel memutuskan untuk turun dari ranjang—mengikat rambutnya—melangkah menuju ruang kerja Sergio.Setibanya di ruang kerja Sergio, tatapan wanita itu teralih pada sosok pria tampan yang berdiri ke arah kaca besar. Dia mendekat dan memberikan pelukan dari belakang ke tubuh kekar Sergio.Sergio tersenyum menatap dari pantulan kaca Hazel memeluknya. “Ini masih malam. Kenapa kau sudah bangun, hm?”“Aku terbangun, karena aku merasakan sudah tidak ada pelukanmu,” bisik Hazel sambil menciumi punggung kekar Sergio.Sergio membalikkan tubuhnya, mengangkat tubuh Hazel, terduduk di atas meja. Pria itu merapat
Magbasa pa
Bab 40. Wanita yang Kau Ganggu adalah Milikku!
Sergio duduk di sebuah kafe yang jauh dari pusat kota. Di samping Sergio ada Benton yang siaga di berdiri. Dia menyesap vodka di tangannya, menatap sosok pria paruh baya yang baru saja tiba. Pria itu menuruti keinginan client-nya yang ingin bertemu dengannya di tempat yang jauh dari pusat kota.“Aku sudah melakukan pembayaran! Kenapa kau belum juga membunuh targetku!” seru pria paruh baya itu, dengan nada penuh kemarahan tertahan.Sergio menggerakkan gelas di tangannya. “Targetmu adalah seorang putri billionaire ternama di New York. Caraku tidak terburu-buru. Tentu semua harus melalui pemikiran yang matang dan tepat, Tuan Engelson.”Trevor Engelson, pria paruh baya yang memakai jasa Sergio, sudah tak lagi bisa sabar. Sorot matanya tajam, membendung emosi. “Jika kau tidak mampu membunuh anak dari musuhku, maka aku akan mencari orang yang mampu!”Raut wajah Sergio berubah mendengar apa yang dikatakan oleh Trevor. Pria itu meletakan gelas ke atas meja. Kilat matanya sedikit menajam, teta
Magbasa pa
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status