Semua Bab Terjebak Di Ranjang Tuan Muda : Bab 11 - Bab 20
130 Bab
11. Ancaman Dion
"Katakan apa yang kamu inginkan," ucap Davin setelah dia duduk dengan nyaman di depan laki-laki yang mengancamnya sesampainya di kafe merah. "Davin, kenapa kamu sangat terburu-buru? Aku yakin istrimu yang sedang kesal tadi tidak akan menunggu kepulangan mu." Laki-laki yang mengundang Davin tampak tersenyum remeh. "Dion, aku tidak punya waktu untuk berbicara omong kosong denganmu. Katakan yang kamu inginkan." Tidak ada keramahtamahan di wajah Davin ketika berucap. Pria yang bernama Dion terkekeh menangkap kekhawatiran di wajah pria tampan yang dia tekan. "Apa kamu takut?" tanyanya pelan dengan nada mencibir. Kini senyum seringai terbit di bibir manis Davin, dan berkata. "Jangan terlalu percaya diri, aku hanya khawatir kamu akan kecewa karena aku tidak datang. Tapi ternyata aku hanya menyia-nyiakan waktu saja." Davin beranjak dari duduknya, hendak pergi. Tapi langkahnya terhenti ketika Dion membuka suara. "Berikan proyek desain hotel yang ada di Bali untukku." Salah satu alis Dav
Baca selengkapnya
12. Negosiasi
"Vida, setidaknya pakailah, busana yang pantas saat keluar dari dalam kamar." Teguran nenek Rumi menyadarkan Vida yang tengah tertegun menatap laki-laki bermulut kotor, tiba-tiba sudah ada di kediaman Wijaya pagi-pagi begini. Seketika Vida menjadi malu sekaligus kesal melihat tatapan mesum laki-laki yang tak beralih dari tubuhnya yang berbalut busana yang sangat kekurangan bahan. Vida segera berbalik urung mengadu pada nenek Rumi. Dia tidak tahu jika Davin sudah sampai di belakangnya, hingga saat dia berbalik, Vida langsung menubruk tubuh Davin. "Yaaak!" Vida memekik terkejut, dan nyaris jatuh di anak tangga jika tangan Davin tidak cepat meraih pinggangnya. Dengan gerakan slow motion, rambut hitam panjang Vida melambai di udara seiring gerakan tangan Davin yang menyentak menarik ke pelukannya. Beberapa detik Davin dan Vida membeku dengan kilat mata saling menyatu, memicu lengkungan senyum geli di bibir nenek Rumi. Melihat ada kain warna krem mengkilat berbahan satin di tangan k
Baca selengkapnya
13. Tak Ingin Pergi
Davin berdiri hendak meninggalkan Dion yang masih duduk dengan wajah gusar. Tapi mata elangnya mendadak menyipit mendapati Vida yang berjalan riang menuruni tangga. Wajahnya sudah terlihat segar, dengan tubuh ramping yang dibalut busana kasual namun terlihat modis, juga tas ransel warna putih yang melekat di punggungnya. "Kamu ingin pergi kemana?" tanya Davin sembari meraih pergelangan tangan Vida. Tidak mungkin Vida kuliah, disaat ini adalah hari minggu. "Aku ada janji dengan Erick dan Rion ke toko cat." Entah kenapa emosi Davin langsung tersulut begitu mendengar nama dua pria itu disebut. "Tetap di rumah, aku tidak mengizinkanmu pergi!" tegas Davin tak ingin Vida pergi. Tentu saja raut wajah Vida seketika menjadi suram, sudut bibirnya tertarik ke samping karena kesal. "Aku bawa motor sendiri, tidak dijemput Erick." Vida menegaskan. "Aku tetap tidak mengizinkanmu pergi. Katakan saja keperluanmu, aku akan menyuruh seseorang untuk membelikannya untukmu," raut wajah Davin masih te
Baca selengkapnya
14. Serakah
Kecupan-kecupan itu terus menyapu leher Vida tanpa ampun mengabaikan pekikan dari mulut kecil yang berusaha menolak."Kak, hentikan! Jika kita tidak pernah melakukan kesalahan, maka kita tidak perlu mengulanginya lagi." Vida berusaha keras mendorong tubuh Davin meski hasilnya nihil.Davin masih tidak mengindahkan pekikan Vida, dan melanjutkan aktivitasnya menambah bercak merah keunguan yang belum hilang sejak Davin menghukum Vida di mobil tempo hari.Vida sungguh tidak menyukai ketidakberdayaannya, begitu rapuh, layaknya perempuan lemah, di saat Davin memaksakan kehendak dan tidak mau menghargainya. Kilat embun menyapa manik hitam yang terpaku dengan binar kesedihan."Kak, hentikan! Aku akan mematuhi apa yang kamu katakan, asal kamu tidak menyentuhku." Suara Vida tak lagi lantang, kala bulir kristal ikut hadir menyertai kepedihan.Gerakan Davin terhenti merasakan cairan hangat yang luruh menyentuh pipi, dia terpaku untuk beberapa detik, tapi salah satu sudut bibir manis itu malah ter
Baca selengkapnya
15. Rindu
Meja kokoh berbentuk U terlihat jelas di mata Davin yang duduk dengan tenang pada kursi kebesaran kala memimpin rapat, namun kilat matanya tampak kosong dengan jari telunjuk mengetuk-ngetuk pelan meja yang berlapis kaca hitam di depannya, jelas pikiran Davin sedang tidak fokus terhadap kepala divisi keuangan yang tengah melaporkan hasil kinerjanya. Kesibukan membuat Davin tak lagi bisa mengantar jemput Vida beberapa hari ini, hingga rasa rindu itu hadir mengusik ketenangan. Kepala divisi keuangan sudah menyelesaikan laporannya, dan kini berdiri dengan sedikit gemetar menunggu tanggapan dari Davin selaku pimpinannya, menunggu pria itu memberinya tatapan dingin ketika mengoreksi kesalahan yang harus dia perbaiki. Tapi menunggu cukup lama Davin tak kunjung bergerak menyentuh berkas yang sudah dia serahkan tepat di depan Davin, hingga alisnya mulai mengernyit bingung melihat sikap pimpinannya. Kepala divisi lain juga tampak celingukan melihat sikap diam Davin, detik berlalu begitu saja
Baca selengkapnya
16. Curiga
Senyum Davin mengembang saat dia menutup panggilan. Perlahan dia menurunkan ponsel yang menempel di sisi telinga. Entah mengapa tiba-tiba hatinya berdebar dan bergemuruh dengan berisik, seakan puluhan kembang api tengah meletus di dalam sana. Tapi senyumnya luruh seketika, kala dia menyadari sesuatu tak lazim tengah terjadi padanya. 'Cih ... Sangat menjengkelkan! Bahkan dia juga merusak jantungku.' Davin menyimpan ponselnya ke dalam saku, dan berbalik mendapati Iko yang berdiri tegak dengan ekspresi datar, kemudian sedikit membungkuk penuh hormat kepadanya. "Kamu ingin melaporkan sesuatu?" Davin membuka pertanyaan. "Benar, Pak. Tapi sepertinya Anda sudah mengetahuinya." Davin memutar bola mata. Mendengar nada bicara Iko, Davin yakin sekretarisnya sudah cukup lama menunggu. Meski ruangan Davin cukup luas, namun ruangan itu terasa sunyi dan senyap. Dalam keadaan tenang, mustahil Iko tidak mendengar suara Vida dari ujung telepon. Davin menaikan kedua alis, kemudian bertanya. "Dia ad
Baca selengkapnya
17. Mencoba Menahan
Kesibukan kantor masih terlihat ketika jari-jari kokoh menari dengan lihai di atas keyboard berwarna hitam. Mata tajam yang dibingkai dengan kacamata anti radiasi masih tampak fokus menatap perangkat lunak di depannya dengan teliti, ketika laki-laki yang mengenakan setelan jas rapi menyambanginya."Pak, ini dokumen yang harus Anda sahkan."Perlahan Davin menegakkan wajah menatap Iko sekilas, kemudian meraih dokumen yang baru saja diserahkan padanya.Sembari membubuhkan tanda tangan, Davin bertanya. "Bagaimana kabarnya?"Mata Iko melebar mendengar pertanyaan atasannya, kemudian mengerjap beberapa kali. Ini sudah terjeda beberapa jam, apakah Davin masih memikirkan istrinya?Lama Iko tidak menjawab, membuat Davin kembali menegakkan wajah, tatapan davin dingin seperti menuntut jawaban darinya."Nyonya masih menunggu, Pak. Satu antrian lagi adalah giliran perusahaan FN," terang Iko sedikit menarik napas, karena tatapan Davin terlihat begitu tajam.Begitu mendengar jawaban Iko wajah Davin t
Baca selengkapnya
18. Menunjukkan Skill
Ucapan Davin seakan memecahkan masalah Fino, senyum lebar hinggap di bibirnya, kemudian menatap Vida. "Vida, aku harap kamu tidak mengecewakan pak Davin," ucapnya mantap, sangat percaya diri dan malah membuat Vida terbengong untuk beberapa detik. "Tapi, Pak ...." Vida ingin menunjukan keberatannya, tapi segera disangkal oleh Fino. "Tidak ada tapi-tapian, Vida. Kamu adalah harapan perusahaan FN saat ini, jangan kecewakan aku." Fino sama sekali tidak ingin menerima bantahan, dan segera pamit undur diri untuk menyelesaikan urusan pribadinya yang mendesak. Davin tersenyum tenang, tapi detik berikutnya wajahnya terlihat dingin dan tegas ketika menatap Vida. "Jelaskan padaku kenapa aku harus melirik desain dari perusahaanmu? Bukankah tema sudah ditentukan, dan bukan aku yang menilai setiap desain yang mengikuti kompetisi. Kamu ingin meraup keuntungan dariku, dengan statusmu sebagai istriku?" Davin tidak ingin berbasa-basi, pengalamannya di dunia bisnis tentu saja bisa membaca setiap per
Baca selengkapnya
19. Simpan Perhatian Palsumu!
"Hah?" Vida terkesiap dan mendongak menatap suaminya yang jauh lebih tinggi darinya, membeku cukup lama menilik wajah tampan yang hanya berjarak beberapa mili darinya.Terkejut? Tentu saja, 'jadi semua kemarahan kak Davin hanya perkara makan siang? Sejak kapan dia memperhatikanku dengan begitu detail?'"Apa kamu kurang kerjaan? Hingga harus menguntitku sepanjang waktu? Sungguh sangat menjengkelkan mempunyai suami yang mengidap gangguan narsistik sepertimu. Asal kamu tahu aku tidak, emmh ...." Omelan Vida tercekat karena terbungkam oleh ciuman Davin.Menolak? Sudah pasti diusahakan, tapi tetap saja tangan kokoh Davin lebih mendominasi, ketika menekan kepala bagian belakang Vida dengan kuat. Ciuman itu begitu dalam, hingga Vida terengah-engah ketika Davin melepaskannya.Beberapa detik Vida terdiam, untuk menstabilkan pernapasan, setelah bisa bernapas dengan baik kekesalan kembali hadir, hingga tak bisa menahan diri untuk memukul dada bidang suaminya dengan jengkel."Berhenti memaksakan k
Baca selengkapnya
20. Mulut Tajam
Mata pekat itu sudah menjelaskan sebab musabab kemarahan Vida. Tidak ingin menjeda lebih lama Davin segera berdiri dan menghampiri Vida yang mengemasi barang-barangnya dengan grusa-grusu. Paras cantik yang tadinya seperti anak kucing yang menggemaskan kini berubah menjadi suram diliputi kemarahan, membuat Davin tak bisa menahan diri untuk menarik tangan Vida guna mencegahnya pergi."Vida, jangan berlagak seperti istri yang cemburu, ingat perjanjian kita, bahwa kamu tidak akan mempermasalahkan hubunganku dengan Fani selama kita menjalani perjanjian kontrak pernikahan." Davin menarik pergelangan tangan Vida, sungguh tak rela jika istrinya pergi."Karena itu, jangan berlagak seperti suami yang perhatian kepadaku. Kamu sudah melihat desain arsitektur perusahan kami, aku anggap urusan kita sudah selesai hari ini, aku harus kembali ke kantor." Vida menebarkan tatapan dingin dan menusuk seakan hanya ada kebencian, kebencian, dan kebencian di manik hitamnya yang berkilat indah.Tidak ingin ban
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status