All Chapters of Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik: Chapter 11 - Chapter 20
184 Chapters
Bab 11. Bayaran Pulang
Diva terdiam sesaat, memerhatikan wajah Elvan. Pria itu memang tidak melihat ke arah Diva, tapi dia bisa merasakan ucapan Elvan ini tidak main-main. Karena Diva tidak berbicara, Elvan pun melanjutkan, “Waktu itu, aku hanya fokus dengan tujuanku saja tanpa mempertimbangkan perasaanmu.” Saat itu juga, Diva menyadari kalau Elvan sedang membahas ciuman itu. Dia memalingkan wajah ke depan, menghindar dari menatap wajah Elvan karena wajahnya mulai memerah ketika mengingat kembali momen tersebut. “Selama kamu tidak melakukan hal gila lagi, kumaafkan.” Diva berkata singkat. Sebenarnya, bukan tanpa alasan Diva merelakan ciuman pertamanya begitu saja. Akan tetapi, kalau dirinya tidak mendapatkan bantuan dari Elvan tadi di pesta, mungkin dirinya sekarang akan menjadi cemoohan sekantor dan bisa dibayangkan betapa buruknya lingkungan kerjanya nanti. Bukan hanya Nadya semakin merajalela dan Nico mempersulit pekerjaannya, tapi bisa jadi orang-orang akan terus menggunjing dan menghinanya. Membay
Read more
Bab 12. Sosok Elvan Sebenarnya
“Kamu kenapa?” tanya Lukman, ayah Diva, saat melihat putri keduanya itu masuk ke dalam rumah dengan wajah merona. “A-ah? Nggak apa-apa, Yah. C-capek mungkin.” Diva menjawab dengan agak terbata. “P-Prisya mana, Yah? Kok nggak keliatan?” ucapnya, mengalihkan topik. Lukman memicingkan mata, tapi kemudian mengedikkan bahunya acuh tak acuh. “Tadi keluar sebentar, bilangnya mau beli sesuatu,” jawab Lukman seiring kembali fokus pada tontonannya. Mulut Diva membentuk huruf ‘O’, tapi tidak menimpali lagi. “Ya udah, Diva ke kamar dulu ya.” “Hmm.” Seperti yang sebelumnya sudah disebutkan oleh Nico, keluarga Diva bukan dari golongan kelas atas, mereka hanya keluarga menengah saja. Ayahnya seorang PNS, sedangkan ibunya hanya ibu rumah tangga biasa. Diva anak kedua dari empat bersaudara. Clarisa, sang kakak pertama, sudah menikah, sedangkan Ratri, anak ketiga, tidak tinggal di rumah karena sebuah alasan. Yang terakhir, Prisya, sudah bekerja, dan menjadi saudara yang paling dekat dengan Diva
Read more
Bab 13. Pertengkaran Nico dan Nadya
Melihat putranya mematung di tempat, baru menyadari seberapa fatal kesalahannya, Hardan pun mendengus dan berbalik. “Sudah! Papa malas bicara sama kamu,” ucapnya. “Dibandingkan bahas hal ini, lebih baik kamu cari cara memperbaiki hubunganmu dengan Elvan. Kalau perlu, suruh Nadya yang jadi dalang masalah kemarin untuk minta maaf kepada Elvan!” “Loh, kok jadi Nadya, Pa?” tanya Nico bingung. “Kan Mira yang cari masalah sama Diva dan berujung membuat kita ditegur Elvan?” Hardan mendelik. “Apa kamu bodoh!? Kamu kira tanpa dorongan dari Nadya, pegawai kamu itu berani bertindak!? Pakai otakmu!” Setelah mengatakan itu, pria itu langsung pergi meninggalkan Nico sendiri di sana. Sebelum pergi, dia memaki dengan suara rendah, “Punya anak nggak punya otak!” Mendengar ucapan Ayahnya barusan membuat Nico mengepalkan tangan. Dia berusaha memikirkan kembali ucapan ayahnyat. Memang benar, Mira selaku seorang pegawai tidak mungkin akan bertindak sampai sejauh itu kalau tidak ada yang lebih kuat di
Read more
Bab 14. Mengundurkan Diri
Keesokan paginya, pagi-pagi sekali Diva sudah tiba di kantor. Sengaja dia melakukan itu untuk merapikan semua barang-barang pribadinya, memasukkannya ke dalam box besar untuk dibawa pulang. Saat baru saja selesai, mendadak Diva menerima sebuah pesan. [Sudah selesai beresin barangnya?] Melihat pesan itu, tanpa sadar Diva tersenyum. Dia mengetikkan balasan. [Sudah. Sisa ngasih surat resign.] Tak sampai dua detik, Diva mendapatkan balasan. [Mau dijemput?] Membaca kalimat itu, Diva tertawa kecil. Dia cepat memberikan balasan lagi. [Nggak usah. Memangnya CEO L Tekno nggak ada kerjaan sampai bisa asal jemput-jemput karyawan perusahaan lain?] Usai mengirimkan balasan itu, Diva menggelengkan kepala. Sungguh tidak bisa dia sangka kalau dirinya bisa berakhir saling mengirimkan pesan sesantai itu dengan bujangan paling diincar satu negara. Ya, orang yang sedari tadi saling mengirimkan pesan dengannya adalah Elvan! Sejak blokirannya dibuka, Elvan terus mengiriminya pesan. Dan karena me
Read more
Bab 15. Diva dan Nadya
Nico terlihat panik. Dia membaca sekilas surat itu dan langsung terkejut. Diva sungguh ingin mengundurkan diri! Akan tetapi, dengan situasi hubungannya dengan Elvan, Nico tidak bisa membiarkan wanita itu berhenti sebelum semua masalahnya diberikan solusi! “Diva, kenapa kamu seperti ini, kamu masih sangat dibutuhkan di sini, kamu–” “Dibutuhkan kamu bilang?” ulang Diva dengan ekspresi mencemooh. Tidak percaya omong kosong seperti itu bisa keluar dari mulut Nico. "Setelah semua yang kamu lakukan, apa kamu kira kamu bisa memanfaatkanku lagi?" tanyanya. "Konyol!" maki Diva sebelum akhirnya membalikkan badannya dan melangkah pergi. “Diva tunggu!” Nico tidak terima Diva pergi begitu saja, dia kembali mencegah Diva dengan menarik tangannya. Hal tersebut membuat Diva kehilangan keseimbangan. Menyadari hal itu, Nico dengan cepat meraih pinggang Diva agar wanita itu tidak terjatuh ke lantai. Dengan posisi yang begitu dekat, Nico bertanya, “Kamu baik-baik saja?” Mata Diva mendelik. “Lep–”
Read more
Bab 16. Hubungan Diva dan Lux Tech Group
“Kakek ….” Diva berkata dengan suara yang tercekat. Kata “Kakek” yang lolos dari mulut Diva ini membuat orang-orang terdiam, terutama Nico! Pria ini tidak menyangka bahwa Diva memanggil petinggi Lux Tech Group itu dengan sebutan kakek! Orang-orang biasanya akan memanggil Hartono dengan sebutan Pak atau Tuan, sebagai bentuk penghargaan. Akan tetapi, Diva malah memanggilnya dengan panggilan “Kakek”, sebutan untuk merujuk kepada keluarga. Apa itu artinya Diva berhubungan dekat dengan Lux Tech Group?! “Apa yang terjadi di sini?” Hartono mendekat dengan wajah marah. Diva sedikit cemas. Apa mungkin kakek Elvan ini termakan tudingan Nadya padanya!? Belum sempat Diva membuka suara, Nico langsung menjawab dengan terbata, “Pa-pak Hartono, ini hanya kesalahpahaman saja.” Lidahnya yang biasa dengan mudah mengeluarkan kata-kata sanjungan mendadak kelu. Dia melihat ke arah Diva untuk meminta pertolongan, tapi wanita itu membuang wajah dan hanya diam. “Kesalahpahaman ya?” Hartono berkata d
Read more
Bab 17. Pria 50 Juta
Di dalam Maserati hitam yang melaju dengan kecepatan sedang ini, Diva terlihat duduk dengan kaku. Dia tidak berani asal bicara, apalagi suasana cukup hening karena pria tua yang duduk bersebelahan dengannya itu masih belum membuka pembicaraan. Diva memainkan ujung blazer yang dia pakai dengan jarinya, dia jelas sangat gugup. ‘Ya Tuhan, kesalahan masa lalu seperti apa yang kuperbuat sampai harus mendapatkan situasi rumit seperti ini?’ batin Diva. Diva lalu merogoh kantong dan mengeluarkan ponselnya, dia mengetikkan sesuatu di sana dan berharap seseorang itu bisa menyelamatkan keadaan, bagaimanapun juga ini berhubungan dengannya, siapa lagi kalau bukan Elvan. “Sudah selesai memberi tahu Elvan?” Suara Hartono tiba-tiba memukul gendang telinga Diva tanpa wanita itu ada persiapan, membuat tubuhnya tersentak kaget dan menjatuhkan benda pipih yang sedang dia pegang ke pangkuannya. “A … ah?” Diva tiba-tiba merasakan sekarang dia dibawa masuk dalam sebuah ruangan interogasi! Mendadak perta
Read more
Bab 18. Lowongan Pekerjaan
Diva mendapati hal tersebut langsung terdiam, tatapan Hartono seolah ingin menguliti Diva hidup-hidup. Jelas Hartono mempertanyakan hubungan macam apa yang terjadi diantara mereka. ‘Diva! Bodoh sekali, kenapa kamu tidak memberi nama yang semestinya, sih?!’ “Apa maksudnya?” Hartono sangat penasaran. Diva terlihat memucat, tetapi detik berikutnya dia tersenyum melihat ke arah Hartono dengan senyuman yang sangat mengembang. “Itu … Kakek, kupikir keromantisan kami tidak perlu dijelaskan ke orang lain.” Diva berkata dengan sedikit hati-hati. Hartono hanya diam melihat Diva tanpa ekspresi berarti. “Kebetulan sekali rumahku sudah dekat, Kek, di setelah belok kiri rumahku ada di sebelah kanan.” Diva mengatakan hal itu, juga memberi navigasi pada pengemudi yang duduk di depannya. “Kamu ternyata cukup cerdik juga ya.” Hartono cukup tenang mengatakannya. Diva tidak terlalu ambil pusing dengan ucapan pria itu barusan yang penting setelah ini dia terbebas dari jerat pria tua yang mematikan i
Read more
Bab 19. Orang Spesial
Setelah telpon dimatikan oleh kakeknya, Elvan baru membaca beberapa pesan yang dikirim oleh Diva padanya, tadi dia buru-buru menelponnya karena dia dengar kabar kalau Hartono sedang ada di keranjangku, dia hanya ingin Diva tidak bertemu dengan kakeknya, itu saja. Tetapi sayangnya, wanita itu malah berakhir satu mobil dengan sang kakek. Elvan terlihat sedang mengetuk-ngetukkan jarinya ke atas meja, membuat irama atas sentuhan itu. Dia tahu apa yang dimaksud oleh Kakeknya, pria itu pasti akan mengintrogasinya kembali terkait hubungannya dengan Diva. “Kakek … selalu saja mencampuri urusanku.” Elvan memegang pelipisnya yang sedikit berkedut. Dia lalu menutup separuh wajahnya dengan telapak tangannya berusaha untuk memikirkan cara apa yang akan dia lakukan saat di rumah kakeknya itu. Dia berusaha menimbang-nimbang apa yang harus dia lakukan. Mengatakan dengan lantang kalau mereka berpura-pura tentu tidak mungkin. Elvan tahu kakeknya sudah mencurigai kepalsuan hubungannya. Atau mungkin,
Read more
Bab 20. Teman Makan Mama
Ketika jam makan siang akhirnya tiba, Elvan yang baru saja merapikan semua berkas untuk pergi mendadak didatangi oleh Dania. “Pak Elvan,” panggil wanita itu. “Ada apa?” tanya Elvan yang sebenarnya berniat untuk pergi makan siang. “Barusan Nyonya Anita menghubungi saya dan meminta Bapak menghubungi beliau segera.” Ucapan Dania membuat Elvan menautkan alis. “Kenapa tidak langsung telepon saya saja?” Dania memasang wajah tak berdaya dan berkata, “Katanya … Bapak tidak menjawab panggilan Nyonya.” Mendengar hal itu, Elvan langsung mengeluarkan ponselnya. Dia terkejut mendapati ada begitu banyak missed call dari sang ibu. “Oke … saya mengerti. Terima kasih, Dania.” ucapnya seraya memberikan anggukan kecil sebelum kembali melangkahkan kaki pergi. Belum ada dua langkah, Dania kembali memanggilnya, “P-Pak!” Elvan menghentikan langkahnya dan menoleh. “Ya?” Pria itu melihat Dania memasang wajah bersalah. “Saya … saya mau minta maaf tentang yang tadi, saya tidak tahu kalau Anda ingin mak
Read more
PREV
123456
...
19
DMCA.com Protection Status