Semua Bab Janda Lugu tapi Palsu: Bab 11 - Bab 20
38 Bab
Yang Pertama
Janda Lugu Tetanggaku 11Bab 11Langka“Gaes, besok presentasinya, ya, suapan mental baik-baik.” aku memberi semangat pada team-ku. Adi menunjukkan ibu jarinya, pertanda siap. Reta menaikkan kedua alis dengan matanya tertuju ke arahku. Dia juga sudah siap.“Mbak Dian sudah selesai?” Tanya Adi pada Mbak Dian yang sedang serius menatap layar komputer. “Tinggal dikit, nanti malam aku selesaikan. Ras, pinjam dulu macbook-mu, ya?” Mbak dian melempar pandangan padaku. Aku terdiam sejenak. Sudah dua hari meminjam, belum selesai juga? “Gapapa, kan, Ras?” Ulang Mbak Dian. Aku mengulas senyum lalu mengangguk. Gapapa, lah, nanti aku bisa pakai laptop Mas Azka. Saat makan siang, aku, Rere dan Mbak Dian makan bareng di cafe depan kantor. Di sini lumayan enak tempatnya. Kalau jam makan siang dipadati sama karyawan kantoran yang menempati Menara Satura, gedung dua puluh delapan lantai tempat kantorku bernaung. Tak hanya kantorku, di gedung ini ada ratusan perusahaan yang membuka kantornya di sini
Baca selengkapnya
Ide yang sama?
Janda Lugu Tetanggaku 12Bab 12Ide yang sama?“Coba dong, biar Azka sendiri yang jawab, masak seganteng itu belum pernah pacaran?” Mbak Dian mengulum senyum. Mas Azka menatap lurus sedangkan aku merasa senang dengan pertanyaan Mbak Dian. “Memang Azka ini nggak pernah punya pacar sebelumnya. Tante tahu itu soalnya belum pernah ada yang serius dikenalin ke Tante selain Laras.” Mama yang menjawab. “Kalau pas di Semarang gimana, Ka? Masak nggak punya pacar juga?” Nada suara Mbak Dian lemah lembut tapi, pertanyaannya itu seperti mencecar suamiku. Apa Mbak Dian nggak percaya kalau Mas Azka ini memang tidak pernah punya Mantan sebelumnya?Mas Azka tak pernah mau membuka mulut meski dicecar Mbak Dian. Beruntung, Mama selalu punya jawaban. Seperti halnya aku, Mama pun yakin kalau Mas Azka anak baik, tidak bandel dan punya hoby mengoleksi mantan. “Azka ini anak baik dari kecil.” Mama melihat Mas Azka yang wajahnya ditekuk dari tadi. Suamiku ini sudah sejak lama menunjukkan ke tidaksukaannya
Baca selengkapnya
Teman atau Ular?
Janda Lugu Tetanggaku 13Bab 13Serigala berbulu DombaMata Pak David menyipit menatapku. Aku menelan ludah karena detak jantungku yang berlipat. Selama bekerja di sini tak pernah sekalipun aku mengecewakan Pak David. Bisa dibilang aku ini staf andalan Pak David di divisi marketing.“Apa maksudnya belum siap, Laras? Bukannya kau sendiri yang merencakan meeting ini? Seharusnya kau yang paling siap.” Pak David menegur. Ya, meskipun Pak David baik denganku tetapi beliau tetap profesional. Sebagai atasan, pak David terap akan menegur bila aku bersalah. Bola mataku bergerak melirik Mbak Dian. Perempuan itu masih sibuk sendiri dengan catatannya seolah mengabaikan diriku yang kebingungan dan mendapat teguran dari Pak David. “M-maksud saya … materi presentasi saya belum final, Pak.” aku mengangguk dan mengembuskan nafas. Hatiku sedikit lega karena merasa mendapatkan jawaban yang masuk akal. “Saya kecewa sama kamu, Laras.” Pak David menatapku, “kalau ternyata belum siap, jangan request mee
Baca selengkapnya
Karir Melesat
Janda Lugu Tetanggaku 14Bab 14Karir melesat“Mbak, maaf, ya, aku mau tanya.” Mbak Dian seketika menghentikan bicaranya yang menggebu-gebu. Dia menatapku. “Kenapa, ya, aku yakin kalau materi yang Mbak Dian presentasikan tadi menjiplak milikku?” Aku berhati-hati dalam merangkai kalimat, takut menyinggung perasaan mbak Dian. Perempuan di depanku membisu. Wajahnya berubah sendu dan pandangannya menunduk. “Maaf, ya, Ras, aku memang menjiplak idemu …” akhirnya dia mengaku meskipun dengan suara lirih yang mungkin hanya dia sendiri yang mendengar. Malu kah?“Kenapa tidak bilang kalau menjiplak, Mbak?” Aku menghindari kata ‘mencuri’ dengan menggantinya dengan ‘menjiplak’ agar lebih halus. Sekali lagi, aku tak ingin mempermalukan orang meskipun di sini tak ada orang selain aku dan Mbak Dian. Hiks … hikss. Terdengar pelan suara tangisan Mbak Dian. Aku jadi kasihan, apa aku terkesan mencecarnya? “Kau tahu kan, Ras … sebagai orang baru yang minim pengalaman aku merasa rendah diri berada di
Baca selengkapnya
Keluar aslinya/ POV Dian
Janda Lugu Tetanggaku 15Bab 15PoV DianaSatu SatuGeram banget rasanya sepulang dari rumah Laras. Apaan sih dia, berani-beraninya menegur aku. Aku kan cuma meminjam materinya untuk presentasi? Salahku di mana coba? Begitu saja marah. Dasar pelit. Katanya pintar, anak emas Pak David, ketua team? Masak nggak punya ide yang lain? Materi itu kan nggak aku curi, masih ada tuh di MacBook nya. Kecuali aku mengkopinya kemudian menghapus permanen datanya, baru dia boleh marah. Ngeselin tuh Laras o’on, Huh! Awas kamu Laras, aku akan membalasmu!“Bik Ipah!” Aku memanggil pembantu sekaligus pengasuh anakku ini. Tergopoh-gopoh wanita paruh baya itu kekuar dari kamar Lova. Aku memang menyuruhnya tidur bersama Lova setiap hari karena aku tak mau repot membuatkan susu anakku. Aku sudah bekerja banting tulang sepanjang siang, jadi harus cukup istirahat di malam hari. Lagi pula kalau kurang tidur gara-gara begadang merawat bayi akan berimbas pada kulit wajahku. Keriput akan datang lebih cepat, kantu
Baca selengkapnya
Salah Menilai
Janda Lugu Tetanggaku 16Bab 16Ternyata Mbak Dian adalah ….“Bontot lauk untuk siapa, Mbok?” Tanyaku pada pembantu di rumahku saat melihatnya membungkus telor dasar, orek tempe pedas dan mie goreng buatannya. “Ini, Non, buat pembantu depan rumah kasihan,” jawab Mbok Wati seraya mengareti bungkus kertas minyak berwarna coklat. “Pembantunya siapa?” Aku menaruh gelas bekas minum air putih di wastafel. Mbok Wati melirik kanan kiri, “Bik Ipah, yang momong Lova,” ucapnya pelan. Keningku mengerut dalam, “kenapa emangnya?” Setahuku, Bik Ipah pembantunya Mbak Dian baik-baik saja.“Suka nggak ditinggalin lauk, Non, cuma beras doang, kasihan saya.” Bik Ipah mengambil tas plastik hitam lalu memasukkan bungkusan kertas ke dalamnya. “Apa nggak ada telor atau mie instan seperti di di sini, Mbok?” Aku membandingkan dengan dapur rumahku. Di kulkas selalu ada telor, daging ayam, ikan, sayuran meskipun dikit. Mie instan, makanan kaleng seperti sarden dan kornet juga ada di kabinet dapur. Aku membe
Baca selengkapnya
Jaga Jarak
Janda Lugu Tetanggaku 17Bab 17Jaga Jarak“Hai Lova ….” Sepulang kerja, aku mendapati Lova yang sedang digendong oleh Bik Ipah, pengasuhnya. Sudah cukup lama tak bertemu, bocah kecil itu tampak semringah bertemu denganku. Badannya melunjak-lonjak dalam gendongan pengasuhnya. “Mau ikut Tante?” Tanyaku sembari menoel pipinya. Lova semakin girang, mulutnya meracau bahasa bayi yang aku tidak mengerti. “Lova sudah mulai ngoceh, ya, Bik?” Aku bertanya sembari mengambil Lova dari gendongan bik Ipah. “Iya , Non, udah mulai pinter manggil orang. Seringnya mana gol Mama, gitu.” Bik Ipah tersenyum sembari menatap Lova yang sekarang berpindah dalam dekapanku. Lova senang sekali melihat wajahku, dia berkali-kali menjerit kegirangan. “Mamanya ke mana, Bik?” Tanyaku saat tak melihat mobil Mbak Dian di halaman rumahnya. “Oh, Ibu belum pulang. Nanti malam,” sahut bik Ipah. Hm, bukannya jam kantor sudah selesai? Seharusnya Mbak Dian juga sudah sampai di rumah. “Semenjak punya mobil, Ibu pulangn
Baca selengkapnya
Mulai Curiga
Janda Lugu Tetanggaku 18Bab 18Mulai curigaSudah lama aku tidak berkunjung ke rumah Mbak Dian. Dengan membawa sekotak biskuit bayi yang kubeli kemaren di minimarket, aku mendatatangi rumah Mbak Dian. Sebenarnya aku tak sekedar ingin berkunjung tetapi ada sesuatu yang ingin aku lihat sebagai bukti untuk meyakinkan hatiku. Berjalan di samping mobil merah Mbak Dian yang moncongnya menghadap ke jalan, mataku melihat ke dalam. Hm, keren juga interiornya. Mobil second full variasi. Selera Mbak Dian boleh juga. Sebagai perempuan yang sudah terbiasa memiliki dan menyetir mobil sendiri sejak SMP, aku sedikit banyak paham tentang interior mobil. Aku juga tau barang bagus. “Lova …” aku memanggil dari depan pintu. Terdengar tawa riang bocah kecil yang usianya hampir satu tahun itu. Melepas alas kaki, akupun memasuki rumah mbak Dian. “Eh, ada Tante Laras, tuh,” ucap Bik Ipah menunjuk padaku. Lova yang sudah berdiri itu melonjak-lonjak kegirangan melihatku. Bik Ipah yang memegangi badannya dar
Baca selengkapnya
Percaya
Janda Lugu Tetanggaku 19Bab 19PercayaLangkah cepat tadi menuju kemari. Aku, Felicia dan Reta terdiam menatap pintu. Wajah mbak Dian menyeruak masuk. Kedatangannya membuatku kaget. Mbak Dian tak mempedulikan keberadaan kami. Sempat kulihat tahu matanya yang memerah karena tangis. Tak sapaan dari Reta maupun Felicia. Kedua temanku itu seperti membeku melihat Mbak Dian. Mbak Dian membuka lokernya lalu mengambil barang-barang miliknya dengan cepat. Masih terdengar isak lirih tangis dan juga helaan nafasnya. Pasti ini adalah hari yang berat untuk Mbak Dian. “Kamu tidak apa-apa, Mbak?” Tanyaku pelan. Mbak Dian membisu, tangannya memasukkan barang-barang ke dalam paperbag yang dibawanya. “Sudah pasti dia malu dong, ketahuan selingkuh dengan suaminya Bu Direktur. Hahah.” Reta tertawa. Rupanya temanku itu tak punya rasa empati atas musibah yang menimpa Mbak Dian. Mataku melotot pada Reta, menyuruhnya diam. “Makanya Dian, jadi orang tuh nggak usah ambisius. Jadi menghalalkan segala car
Baca selengkapnya
Mbak Dian nekat
Janda Lugu Tetanggaku 20Bab 20Mbak Dian nekat“Mau ke mana, Mas?” Tanyaku saat melihat Mas Azka memakai jaket dan mengambil kunci mobil. Tak biasanya dia keluar malam-malam tanpa mengajak aku.“Ke luar bentar,” katanya sambil mendekat dan mencium pucuk kepalaku. “Aku mau ke minimarket depan, bareng dong?” Mas Azka menatapku sejenak. “Kamu naik ojol dulu, gapapa? Soalnya aku sudah ditungguin teman,” katanya sambil menengok jam di tangannya.“Ok, deh.” aku mengangguk. Setelah mengunci pintu, aku kembali ke kamar dan memesan ojol melalui aplikasi dan segera berganti baju dengan celana jeans dan kaos. Kamarku ini letaknya di depan dengan jendela menghadap ke jalan berseberangan dengan rumah yang dihuni Mbak Dian. Aku tak perlu ke teras untuk menunggu ojol, dari sini akan terlihat jika sepeda motor dan Abang ojolnya datang. Saat menarik tirai korden untuk menutupnya, tak sengaja aku melihat mobil mbak Dian yang berjalan pelan meninggalkan rumahnya. Dari balik korden, aku mengawasi.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status