All Chapters of Bukan Selingkuhan Pak Bos! : Chapter 11 - Chapter 20
60 Chapters
11. Sebenci itu kah?
Rossa menghela nafas. Padahal masih pagi. Dia menutup pintu setelah menandatangani bukti penerimaan paket. Dan lihat, kamarnya sudah hampir penuh dengan kotak kiriman Tristan. “Kali ini apa lagi?” Tas Dior yang baru saja rilis. Rossa menarik nafas dalam, mengeluarkan tas harga ratusan juta itu dan menatap catatan di dalam kotak. Isinya lagi-lagi sama. Permintaan maaf Tristan. Padahal rasa kesalnya sudah hilang, tapi karena setiap hari di kirimi hadiah mulu, Rossa jadi kesal lagi. Dia menatap pesan WA yang baru saja masuk. Kebetulan Tristan masih dinas di luar kota, dan itu memberikan kebebasan untuknya. Rossa mengabaikan pesan itu dan segera mengenakan pakaian trainingnya. Hari minggu seperti ini enaknya jogging, apalagi dia sudah cukup lama tidak olahraga karena sibuk mengejar urusan duniawi. Tas itu Rossa masukkan kembali ke dalam kotak. Dia tidak pernah menggunakan hadiah itu sama-sekali. Bukannya tidak suka, jangan ditanya. Itu barang branded semua, tapi Rossa sadar di
Read more
12. Pingsan
Tristan tersenyum dari ruangannya sambil menikmati pemandangan indah dari balik kaca ruanganya. Tepatnya dimana Rossa sedang sibuk dengan layar di hadapannya. Itu terlihat seksi dan juga membuat otaknya kadang tidak bisa bekerja dengan baik. Bahkan Jake yang sejak tadi menjelaskan progres proyek mereka diabaikan. Membuat Jake pada akhirnya ikut menoleh ke belakang, dan langsung menghela nafas kesal. Ingin menghujat, tapi dia hanyalah budaak korporat. Salah dikit potong gaji. Nasib…nasib. “Bos, lo dengar gak sih?” “Eh? Apa tadi?” Wajah Jake masam, dia meletakkan laporan bulanan itu di meja Tristan dan langsung berdiri. “Et dah, kesel banget gue. Ini lo baca aja sendiri, dari tadi gue ngomong lo gak dengar sama-sekali.” “Lah, lo bosnya?” Jake langsung duduk kembali dan menjelaskan dari awal. Untungnya kali ini Tristan mendengarnya, jika tidak, maka Jake benar-benar gondok. Mau dia hanya kacung, dia tidak akan peduli. Kadang bekerja dengan Tristan itu butuh ekstra kesab
Read more
13. Empuk Ros
Sepanjang jalan menuju ke apartemen, Rosa diam saja. Tidak mengatakan apapun, tapi sesekali matanya melirik ke arah Tristan yang diam saja. Dia tidak punya pilihan selain pulang bersama Tristan. Padahal dia ingin kembali ke kantor untuk mengambil barang-barangnya. Tapi namanya Tristan ya…begitulah. Kadang membuat naik darah. Kadang juga membuat Rossa berpikir keras. Apa yang sebenarnya dilihat seorang Tristan darinya? Wajah? Jangan ditanya. Wajah Rossa pas-pasan kok, standar pada umumnya. Ya intinya lengkaplah. Tubuh molek? Aduh. Apalagi itu. Tinggi Rossa hanya 158 cm dengan berat badan 55 kg. Sudah tau lah ya seperti apa bentuk tubuhnya. Untungnya Rossa itu bisa memoles wajah dan cakap dalam berpakaian. Namun detak jantung Rossa sejak tadi tidak bisa di ajak serius. Padahal Tristan sedang dalam mode kalem, tumben-tumbennya tidak banyak tingkah atau tidak menjahilinya seperti biasa. Ada yang salah. Dunia sepertinya lagi tenang. Tapi. Itu tidak baik untuk kesehatan jantung
Read more
14. Ketahuan
“Trist, balikin woi.” “Gak.” “Gila lo, ini namanya perampokan. Mau lo apain sih koper gue. Orang udah gue packing juga.” “Ntar gue packing lagi. Pokoknya lo gak boleh bawa bikini atau baju seksi-seksi. Gak boleh. Titik.” “Wah, udah gila lo ya. SHIBAL.” Rossa sudah tidak kuat menggedor pintu kamar Tristan yang kabur membawa kopernya. Dia benar-benar tidak bisa berkata-kata. Rossa memang ikut dalam acara ke Bali dan tadi pagi pengumuman itu baru dia dapatkan. Seharian ini Tristan tidak kelihatan. Lebih tepatnya sejak subuh, setelah mereka berpelukan di taman. Rossa memang sedikit kepikiran, namun tidak sejauh itu. Tingkah Tristan di taman itu sudah jelas menunjukkan bahwa lelaki itu memang ada masalah. Rosa berusaha bertanya, tapi jawaban Tristan selalu saja sama. “asal kamu ada disisi gue, everything will be okay, Ros.” Karena excited liburan ke Bali, Rosa pulang-pulang langsung mengemas barang-barangnya untuk berangkat besok. Dia juga sudah memasukkan beberapa biki
Read more
15. Promise Me
Sejak ada kasus Rosa diantar oleh atasan aka Tristan, langsung ke Rumah Sakit perkara datang bulang doang, ternyata dampaknya besar sekali. Selama perjalanan ke Bali, banyak anak-anak satu divisi Rossa yang terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya. Untungnya, Gusti Cs selalu mengatakan ‘gak usah didengar’ kata orang. Bahkan Rossa sampai terharu, sebab satu unit kerjanya itu mengkhawatirkan keadaannya. Termasuk mbak Lis. Walau mulutnya lemes naujubilah, tapi dia ternyata se-care itu pada Rossa. Membuatnya terharu. “Ros, kamu harus banyak konsumsi herbal alami deh. Jangan nanti kalau sudah terlanjur jauh, baru disesali. Masalah haid ini memang kadang kelihatannya sepele, tapi gak boleh dibiarin aja.” “Iya, mbak. Makasih juga buat nasehatnya.” “Nice, mbak mau ketemu sama si bos dulu. Lo sama anak-anak aja, biar gak ada yang sinisin.” Rossa mengangguk dan bergabung ke sofa, dimana Gusti dkk sedang tertawa keras. Entah apa yang lucu. Mereka sedang menunggu giliran cek-in
Read more
16. Permainan
Agenda mereka hari ini adalah acara keakraban kantor divisi. Semua sudah mendapat tim masing-masing. Dan Rossa kebagian setim dengan anak-anak dari tim divisi lain. Semuanya diacak, satu tim di kantor, tidak boleh setim di permainan mereka. “Eh, lo dari tim utama ya?” Seorang pemuda, berusia tidak berbeda jauh dari Rossa baru saja menyapanya. Rossa tersenyum mengangguk. Umumnya dia bukan tipe yang introvert, tapi karena melihat Tristan dari kejauhan sedang memantaunya. Rossa jadi merasa kurang nyaman. “Lo dari tim apa di kantor?” Rossa akhirnya memulai pembicaraan, dia tidak bisa terus-terusan diam saja, “gue jarang lihat lo soalnya.” “Dari Tim E, maklum kalo lo jarang lihat. Tim gue biasanya turun ke lapangan. Oh ya, gue Rudian, panggil Rudi aja. Lo Rossa kan?” “Eh, lo kenal gue?” “Nama sama muka lo kesebar di grup kantor soalnya, makanya gue kenal.” Menghela nafas, Rossa hanya bisa tersenyum kikuk. Dia tahu sefatal apa jika sudah berurusan dengan Tristan dan ketah
Read more
18. Lo yg Nyuri Kan?!
Tidak, bukan Rossa namanya jika dia adalah seorang wanita yang mudah mengeluh, tergoda, dan menyerah akan hal yang berbaur dengan kehidupan. Sebagai anak yang pernah kehilangan kedua orang tua dalam waktu bersamaan, dan bahkan pernah hanya makan nasi tambah kecap doang, Rossa itu bukan tipe cewek lemah. Apalagi dengan game berhadiah jalan-jalan ke luar negeri. Beh. Tidak usah diragukan lagi dan jelas itu kelihatan dari hasil akhir. Kelompok Rossa berhasil memenangkan juara utama dan ya, mereka mendapatkan tiket gratis itu. “Lo hebat banget, padahal tadi kayak biasa aja mainnya.” Rudi terkekeh, “but, thanks. Ini pertama kali tim gue menang.” “Ini bukan karena gue doang, tapi karena kerja sama tim kita.” Rudi tersenyum tulus, “nanti malam, lo available ga?” “Kenapa?” “Anak-anak dari tim lain ngajak makan di daerah sini, mungkin bisa gue kasih rekomendasi juga. Siapa tau lo tertarik buat ikut, sekalian ajak anak-anak dari tim utama. Biar pada kenalan juga, dan mengurangi
Read more
18. Naked?!
Tatapan Rossa menyipit sambil menatap kantong yang sudah berada di tangannya. Lebih lagi manusia yang memberinya adalah Tristan. Sosok yang masih membuatnya merasa kesal hingga detik ini. “Apa nih?” “Buka aja.” “Lo gak naro bahan beracun kan?” “Ya Ampun, Ros. Segitunya sama gue? Sejahat-jahatnya gue, gak mungkin gue maling juga.” Rossa menarik nafas dalam. Dia sudah mendapat rekaman CCTV hotel dari Jake tadi malam setelah dia pulang dari club. Dan memang bukan Tristan yang masuk ke dalam kamarnya. Tapi seorang petugas kebersihan yang kini sedang di proses. Dan rasanya tau seperti itu membuat Rossa malu karena sudah secepat itu menuduh Tristan hal yang tidak-tidak. Padahal lelaki itu tidak ada salah sama-sekali. Rossa menghela nafas panjang. Ingin minta maaf juga segan. Harga dirinya jauh lebih tinggi jika sudah berhadapan dengan Tristan. “Oh, okay. Makasih.” Tristan menyipitkan matanya mengamati ekspresi Rossa yang tidak excited menerima bikini yang baru dia belika
Read more
19. Sekarang
Masih di Bali. Dan juga hari terakhir mereka di sana. Rossa pagi ini sudah bersiap dengan bikini yang baru dibelikan Tristan. Moodnya sudah jauh lebih baik. Dan nuansa pagi sambil berjemur memang tidak ada yang mengalahkan. Dan perkara pencurian bikininya. Pihak hotel sudah mencari tahu seluruh pekerja, tapi bukan salah satu dari mereka. Jadi itu masih menjadi misteri dan sedang diselidiki. “Anjir, demi apa, Ros? Lo kayak kembang desa.” Wajah Rossa langsung ditekuk begitu mendengar ucapan Gusti. Lelaki itu mengenakan baju tema pantai. Dan catat, tidak berhenti menatapnya sejak tadi. Padahal Rossa mengenakan kain putih untuk menutupi bagian bawahnya, serta cardigan rajut untuk menutupi bagian atasnya. Tapi namanya mata lelaki, tetap saja semuanya terlihat transparan. “Udah, Gus. Lama-lama itu mata jadi tembus pandang. Semuanya udah ready? Biar kita langsung ke pantai sebelah. Lihat bule-bule lagi berjemur.” Lis menengahi, dan beruntungnya tidak ada yang bawel. “Ros, gue m
Read more
20. Kakak Ipar
Liburan di Bali sudah usai dan semua orang sudah kembali ke pekerjaan awal. Termasuk Rossa yang pagi ini sedang berkemas dengan baju-bajunya. Masih libur, jadi masih ada waktu untuk istirahat sejenak. “Babe, lihat CD gue gak?” Rossa yang sedang memasukkan cucian ke mesin cuci langsung menatap Tristan sinis. Dia masih kesal dengan manusia satu di hadapannya ini. Untungnya, mereka ini di ruangan tertutup. “Bab…beb, bisa minggir gak sih? Gue lagi sibuk. Urusan CD lo mana gue tau pea.” Tristan mayun. “Yahh…kirain aja kamu sembunyiin.” Telinga Rossa langsung panas. “Demi apa gue nyembunyiin CD lo anjir, mikir dikit dong.” “Ya kan siapa tau aja. Emang kamu nyembunyiin punya gue?” “GAK LAH.” “Nah tinggal jawab itu aja kan.” Rossa menghela nafas. Padahal masih pagi juga, tapi Tristan sudah membuatnya naik pitam. Rossa tidak ambil pusing dan mulai mengoles roti dengan selai coklatnya. Tapi baru saja baru memasukkannya ke dalam mulut, sudah diambil lebih dulu oleh Tristan.
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status