Semua Bab Buncitnya Jenazah Kakakku: Bab 31 - Bab 40
112 Bab
Bab 31: Bryan dan Naila Se-Hotel
[๐˜š๐˜ฆ๐˜ด๐˜ข๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ช๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข๐˜ณ, ๐˜‹๐˜ฆ๐˜ฏ ๐˜‰๐˜ณ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ด๐˜ถ๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ด๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ซ๐˜ถ ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ต๐˜ช. ๐˜—๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ช๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ช ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ด๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฌ๐˜ถ๐˜บ๐˜ถ๐˜ฑ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ณ๐˜ถ๐˜ด ๐˜ด๐˜ฆ๐˜จ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ช๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ต๐˜ช. ๐˜š๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜จ๐˜ช ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜จ๐˜จ๐˜ถ ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ซ๐˜ถ ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ต๐˜ช ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ, ๐˜‹๐˜ฆ๐˜ฏ ๐˜‰๐˜ณ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜จ๐˜ช ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ด๐˜ช๐˜ฉ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ต๐˜ถ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ฉ ๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข๐˜ณ ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ช. ๐˜“๐˜ข๐˜ฏ๐˜ต๐˜ข๐˜ด, ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ถ๐˜ข๐˜ณ ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ถ๐˜ฌ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ. ๐˜”๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ข๐˜ต ๐˜ด๐˜ข๐˜บ๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ช๐˜ฌ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ช๐˜ฉ๐˜ข๐˜ต ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ.][๐˜š๐˜ข๐˜บ๐˜ข ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ญ๐˜ช ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ช๐˜ฌ ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ต๐˜ช๐˜ณ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ณ ๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ถ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข ๐˜ณ๐˜ข๐˜ถ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜จ๐˜ฆ๐˜ต๐˜ข๐˜ณ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ซ๐˜ช๐˜ธ๐˜ข. ๐˜›๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฑ๐˜ข ๐˜ด๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข๐˜ณ, ๐˜ด๐˜ข๐˜บ๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ญ๐˜ข๐˜ณ๐˜ช ๐˜ฌ๐˜ฆ ๐˜‹๐˜ฆ๐˜ฏ ๐˜‰๐˜ณ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ. ๐˜”๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข. ๐˜‹๐˜ฆ๐˜ฏ ๐˜‰๐˜ณ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ฑ๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜บ๐˜ข ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ถ๐˜ฎ ๐˜จ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ช ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ, "๐˜ด๐˜ถ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ถ ๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ฉ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ค๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ต๐˜ช๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฏ?
Baca selengkapnya
Bab 32: Dianiaya di Penjara
Bab 32: Dianiaya di PenjaraSemua mata melirik tajam ke arah diri ini, sedangkan aku mundur perlahan seraya mengusap kepala dan kedua pipi. Rasanya begitu perih akibat cengkeraman kuat dari wanita yang sedang terkulai lemas di lantai keramik tersebut. Mendengar keributan yang terjadi di ruang keluarga, membuat Bi Inah ikutan datang kemari. Dia tergopoh dengan wajah panik. Saat melihat salah satu teman arisan Nyonya Arelia terkulai di lantai dengan bersimbah darah, sontak membuat wajah Bi Inah tegang. Dia melirik takut ke arahku, seolah-olah ingin menanyakan bukan aku yang melakukannya. "Kalau sampai Jeng Diana kenapa-napa, awas aja kamu!" Seorang wanita bertubuh agak tambun berdiri sembari mengacungkan telunjuknya. "Jeng Arelia, kok, cari ART yang tidak sopan begini, sih? Liat, Jeng Diana yang jadi korbannya!" Wanita lainnya ikut memanasi keadaan. Mereka semua menatap nyalang ke arahku, sedangkan Nyonya Arelia terdiam di tem
Baca selengkapnya
Bab 33: Ditolong oleh Bryan
Bab 33: Ditolong oleh BryanSuara lembut seseorang menyapa indra pendengaran, membuat alisku yang menempel pada lutut mengernyit. Dalam hati aku bertanya-tanya, siapa orang tersebut. Siapa yang datang mengunjungikku?"Nilfan ...." Lagi, suara lembut itu memanggil namaku. Tangannya yang diletakkan di pundakku, sedikit diguncangnya. Aku masih sama, menenggelamkan wajah di antara kedua lutut. Belum ingin mendongak melihat siapa si pemilik suara. Pikiranku masih mencari-cari, siapa orang yang datang tersebut. Terdengar seperti familier. "Nilfan, kau mendengarku?" Dia kembali bersuara. Tangannya kembali mengguncang pundakku. Perlahan, aku mendongak. Menatap pria yang sedang berlutut di hadapanku itu dengan tajam dan mata basah. Sang pria yang yang mengenakan pakaian dinas dan dibalut dengan jaket kulit itu langsung tercengang melihat wajahku. Mata cokelatnya itu membulat sempurna kala melihat kondisi wajahku yang pastinya babak be
Baca selengkapnya
Bab 34: Malaikat Penolong
Air bercampur darah sontak menyembur dari mulutku. Membasahi dashboard mobil Bryan. Aku terbatuk kala minum terlalu cepat. Rasanya kerongkonganku begitu kering pasca penganiayaan tadi. "Hati-hati, Nilfan!" Bryan menyapu-nyapu punggungku. "Ahhk!" ringisku. "Maaf, maaf ...." Bryan menarik tangannya menjauh. "Mereka memukul punggungmu juga?" tanyanya dengan raut kasihan. Aku benar-benar muak melihat wajah teduh yang penuh dengan kemunafikan itu. Memilih hanya untuk mengangguk pelan merespons pertanyaannya. Bryan merogoh saku jaketnya, mengeluarkan sebuah sapu tangan berwarna oranye. Lantas, dia membuka dashboard. Mengeluarkan sebuah botol berisi cairan. Terlihat seperti botol infus, tetapi lebih kecil daripada yang ada di rumah sakit. Bryan menuangkan air dalam botol tersebut ke sapu tangan, lalu dia mendekat pada diri ini. Aku menatapnya waspada yang sedang datang mendekat. "Aku bantu bersihin lukamu, yah?" ucapnya
Baca selengkapnya
Bab 35: Argumen Kedua Saudara
Mata menyipit kala mendapat sorotan menyilaukan dari lampu LED mobil di depan mobil Bryan. Suara klakson-nya pun belum di hentikan. Justru malah bertambah nyaring, menekan-nekannya beberapa kali, lalu menekannya lama. 'Beep, beep, beep, beeeeppp!'Suara klakson mobilnya begitu memekakkan telinga. Membuatku meringis dengan suara tersebut. Bryan ikutan membunyikan klakson mobilnya seraya menatap tajam di depan sana. Membuat mereka seolah-olah sedang bertarung menggunakan suara klakson. "Berisiiiiik!" Aku meringis panjang seraya menutup kuping. Bryan melirikku yang sedang meringis seraya menutup kuping. Dia menghentikan klakson pada mobilnya. "Kurang ajar! Anak itu suka sekali mengajakku bertarung tanpa lihat kondisi terlebih dahulu!" Bryan berucap kesal, lalu keluar dari mobil. Aku mengangkat telapak tangan, menghalangi silau lampu mobil yang begitu sangat terang tersebut. Lantas, mengintip sedikit. Melihat siapa si
Baca selengkapnya
Bab 36: Berebut Ingin Membantu
Bab 36: Berebut Ingin MembantuZhafran berseru mendengar perkataan Bryan, sedangkan aku mengangkat kepala. Melirik ke arah Bryan yang sedang menatapku lembut. "Kenapa lo mau bawa dia ke apartemen lo? Mau lo apain dia?" Zhafran bertanya dengan nada sinis. Aku masih menatap Bryan dengan alis mengernyit. Bertanya-tanya di dalam hati, kenapa petugas kepolisian itu mau membawaku ke apartemennya? Bryan terlihat mengembuskan napas kasar. "Untuk sementara, biar Nilfan tinggal dulu di apartemenku. Mamah lagi kesal dan nggak mau nerima dia gara-gara kejadian hari ini. Setelah amarah Mamah membaik, baru aku akan bawa lagi Nilfan ke rumah," jelas Bryan sembari menatapku lembut. Aku mengangguk tipis mendengar penjelasan Bryan. Justru hal itu bagus bagiku. Jika aku tinggal di apartemen Bryan, maka sedikit demi sedikit aku akan mengenal sifat, sikap, kebiasaan, dan mungkin juga rahasia miliknya. Aku akan tahu perangai asli petugas kepolisi
Baca selengkapnya
Bab 37: Apartemen Bryan
Untuk sesaat, aku tertegun mendengar kode sandi apartemen ini menggunakan angka kelahiran Kak Naila. Namun, aku gegas menetralkan perasaan. Jemariku langsung menekan tombol, 990909--angka kelahiran Kak Naila. Benar saja, apartemennya bisa dibuka menggunakan angka kelahiran Kak Naila. Aku langsung mendorong pintu bercat putih itu, memberikan jalan untuk Bryan masuk. Menampilkan ruangan yang bernuansa abu-abu dengan beberapa interior aksesoris kepolisian yang dipajang di dinding. Terlihat sederhana dan maskulin. "Tunggu sebentar, yah." Bryan mendudukkanku di sofa berwarna krem. Lantas, membuka jaket kulit hitamnya. Melemparkan pakaian itu ke sofa di hadapanku. Setelah itu, Bryan menuju ke ruangan arah jam tiga. "Sakit sekali ...." Aku meggerakan tubuh, terasa seluruh tubuh memerih. Terlebih lagi di wajah yang sakitnya terasa berat. Bryan kembali dengan membawa sesuatu. "Aku kompres pakai es dulu, yah, leba
Baca selengkapnya
Bab 38: Pacar Bryan
Alisku mengernyit menatap wanita dengan mini dress biru muda membalut tubuh rampingnya. Dress-nya begitu pendek, hingga memamerkan paha putih mulusnya. "Hello ... gue bilang, lo itu siapa?" Wanita itu bertanya lagi. "Sa-saya, saya Nilfan," jawabku sedikit gelagapan. Pasalnya, aku bingung dengan kehadirannya yang tiba-tiba di sini, sedangkan apartemen ini dikunci dan dipakaikan kode sandi. Siapa wanita itu, sampai dia tahu kode sandi apartemen Bryan? "Maksud gue, lo siapanya Bryan? Kok, bisa ada di apartemen Bryan?" Wanita itu memutar bola mata malas. Dia mendekat. "Muka lo kenapa?" tanyanya lagi seraya menyentuh tulang pipiku yang memar, "lo kriminal, yah?" Matanya menyorotiku tajam. Aku benci dengan kehadiran wanita yang diperkirakan umurnya sekitar 25 tahun itu. Dia membuatku jengkel dengan semua pertanyaannya. Aku memilih mundur beberapa langkah, menarik kepalaku. Menjauhi tangan lentik wanita itu yang masih me
Baca selengkapnya
Bab 39: Mulai Dekat Dengannya
"Sama dengan ibuku? Maksud kamu apa, Bry?" Sambil mengusap-usap lututnya yang memerah, Diandra bertanya dengan alis mengernyit. Begitu pun juga denganku, mengernyit mendengar apa yang barusan Bryan lontarkan. Sama dengan ibu siapa maksudnya? "Kamu tau, apa penyebab gadis malang ini sampai mengalami babak belur separah itu?" Bryan menunjukku, tetapi masih tetap menatap serius ke Diandra yang terduduk di lantai. Diandra melirikku sekilas, lalu membuang muka. "Dia seperti itu gara-gara dilaporkan oleh teman-teman ibumu untuk memenjarakannya. Dan lebih parahnya lagi ialah, salah satu teman ibumu membayar beberapa polisi untuk meng-aniyaya dia di penjara!" terang Bryan dengan berat. Mendengar keterangan yang diucapkan oleh Bryan, Diandra tertegun menatapku. Sesaat kemudian, timbul seringai di bibirnya disertai tatapan tajam. "Owh, jadi yang udah nyelakain ibu gue itu, lo?" Matanya nyalang, dia bangkit berdiri dengan tangan yang terkepal erat. "Seperti hal yang kamu lakuin sama dia ta
Baca selengkapnya
Bab 40: Terjebak di Lift Bersama Pria Berandalan
Tubuhku ditarik paksa masuk ke lift. Aku memberontak dan hendak melayangkan bogem mentah ke hidung si penarik itu. Namun, kepalanku terhenti di udara saat mengetahui siapa si pelaku yang tanpa aba-aba menarik tanganku dengan kasar tersebut. Dia mendorong tubuhku ke pojok lift, sementara kakinya yang terbungkus oleh sepatu boots hitam diarahkannya ke tombol lift. Menekan tombol lift-nya asal agar pintunya tertutup. Mataku membulat mendapat serangan tiba-tiba dari Zhafran. Apa yang ada di pikiran pria berandalan itu sampai menarikku paksa masuk ke dalam lift. "Zhaf---""Shuuttt ...."Ucapanku terpotong kala Zhafran menempelkan telunjuknya di bibir mungilku. Tatapannya begitu intens menatap dalam mataku. Jarak kami saat ini begitu dekat, dengan wajah Zhafran yang berada sekitar satu jengkal dari wajahku. Aku menahan napas di tenggorokan, merasa tidak nyaman berada sedekat ini dengan Zhafran, apalagi dengan tatapan elangnya itu yang menghujam diri ini. Perlahan, Zhafran menurunkan tel
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status