[๐๐ฆ๐ด๐ข๐ฎ๐ฑ๐ข๐ช๐ฏ๐บ๐ข ๐ฅ๐ช ๐ฌ๐ข๐ฎ๐ข๐ณ, ๐๐ฆ๐ฏ ๐๐ณ๐บ๐ข๐ฏ ๐ญ๐ข๐ฏ๐จ๐ด๐ถ๐ฏ๐จ ๐ฎ๐ฆ๐ฎ๐ฆ๐ด๐ข๐ฏ ๐ฃ๐ข๐ซ๐ถ ๐จ๐ข๐ฏ๐ต๐ช. ๐๐ข๐ฌ๐ข๐ช๐ข๐ฏ ๐ฌ๐ข๐ฎ๐ช ๐ฃ๐ข๐ด๐ข๐ฉ ๐ฌ๐ถ๐บ๐ถ๐ฑ ๐ฅ๐ข๐ฏ ๐ฉ๐ข๐ณ๐ถ๐ด ๐ด๐ฆ๐จ๐ฆ๐ณ๐ข ๐ฅ๐ช๐จ๐ข๐ฏ๐ต๐ช. ๐๐ฆ๐ญ๐ข๐จ๐ช ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐ถ๐ฏ๐จ๐จ๐ถ ๐ฃ๐ข๐ซ๐ถ ๐จ๐ข๐ฏ๐ต๐ช ๐ฅ๐ข๐ต๐ข๐ฏ๐จ, ๐๐ฆ๐ฏ ๐๐ณ๐บ๐ข๐ฏ ๐ฑ๐ฆ๐ณ๐จ๐ช ๐ฎ๐ฆ๐ฎ๐ฃ๐ฆ๐ณ๐ด๐ช๐ฉ๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ต๐ถ๐ฃ๐ถ๐ฉ ๐ฅ๐ช ๐ฌ๐ข๐ฎ๐ข๐ณ ๐ฎ๐ข๐ฏ๐ฅ๐ช. ๐๐ข๐ฏ๐ต๐ข๐ด, ๐ฌ๐ฆ๐ญ๐ถ๐ข๐ณ ๐ฉ๐ข๐ฏ๐บ๐ข ๐ฅ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ข๐ฏ ๐ฉ๐ข๐ฏ๐ฅ๐ถ๐ฌ ๐ด๐ฆ๐ฑ๐ช๐ฏ๐จ๐จ๐ข๐ฏ๐จ. ๐๐ฆ๐ฎ๐ฃ๐ถ๐ข๐ต ๐ด๐ข๐บ๐ข ๐ฎ๐ฆ๐ฎ๐ฆ๐ฌ๐ช๐ฌ ๐ฎ๐ฆ๐ญ๐ช๐ฉ๐ข๐ต ๐ฃ๐ข๐ฅ๐ข๐ฏ๐ฏ๐บ๐ข ๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ด๐ฆ๐ต๐ฆ๐ฏ๐จ๐ข๐ฉ ๐ต๐ฆ๐ญ๐ข๐ฏ๐ซ๐ข๐ฏ๐จ.]
[๐๐ข๐บ๐ข ๐ฌ๐ฆ๐ฎ๐ฃ๐ข๐ญ๐ช ๐ฎ๐ฆ๐ฎ๐ฆ๐ฌ๐ช๐ฌ ๐ฌ๐ข๐ญ๐ข ๐ฑ๐ฆ๐ต๐ช๐ณ ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐บ๐ข๐ฎ๐ฃ๐ข๐ณ ๐ฅ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ข๐ฏ ๐ด๐ถ๐ข๐ณ๐ข ๐ณ๐ข๐ถ๐ข๐ฏ๐จ๐ข๐ฏ๐ฏ๐บ๐ข ๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐จ๐จ๐ฆ๐ต๐ข๐ณ๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ซ๐ช๐ธ๐ข. ๐๐ข๐ฏ๐ฑ๐ข ๐ด๐ข๐ฅ๐ข๐ณ, ๐ด๐ข๐บ๐ข ๐ฃ๐ฆ๐ณ๐ญ๐ข๐ณ๐ช ๐ฌ๐ฆ ๐๐ฆ๐ฏ ๐๐ณ๐บ๐ข๐ฏ. ๐๐ฆ๐ฎ๐ฆ๐ญ๐ถ๐ฌ๐ฏ๐บ๐ข. ๐๐ฆ๐ฏ ๐๐ณ๐บ๐ข๐ฏ ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐ข๐ต๐ข๐ฑ๐ฌ๐ถ ๐ด๐ฆ๐ณ๐ข๐บ๐ข ๐ต๐ฆ๐ณ๐ด๐ฆ๐ฏ๐บ๐ถ๐ฎ ๐จ๐ฆ๐ญ๐ช ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ข๐ต๐ข๐ฌ๐ข๐ฏ, "๐ด๐ถ๐ข๐ณ๐ข๐ฎ๐ถ ๐ญ๐ฆ๐ฃ๐ช๐ฉ ๐ฌ๐ฆ๐ฏ๐ค๐ข๐ฏ๐จ ๐ฌ๐ฆ๐ต๐ช๐ฎ๐ฃ๐ข๐ฏ?Aku menatap langit-langit kamar tanpa berkedip. Sekarang sudah dini hari, tetapi mataku takkunjung tertidur. Pikiranku terngiang-ngiang dengan perkataan yang terlontar beberapa jam yang lalu. โSaya maunya sama kamu, Zhafran. Nggak mau sama yang lain!โUcapan itu spontan keluar, tidak lupa juga aku memeluk lengannya. Sontak saja hal itu mengundang tawa Bryan dan yang lainnya. Rasanya sangat memalukan saat Zhafran mengatakan aku โcewek agresifโ. Setelah kejadian itu, aku kabur ke kamar. Namun, beberapa menit kemudian, kembali lagi ke ruang tamu untuk memberikan bantal juga selimut pada kedua saudara itu, tentunya tampa berani menatap wajah Zhafran. Angel dan Kesya kuajak tidur bersama di kamarku. Sementara Bryan dan Zhafran tidur di ruang tengah. Aku meminta mereka untuk menginap saja, sebab tidak ada penginapan di dekat kampungku ini. Dengkuran Kesya membuyarkan lamunanku. Aku memunggunginya, memilih memeluk Angel. Kuharap, m
Ibu berjalan pelan sambil memandang lekat kedua pemuda yang sebagai anggota kepolisian itu. Tangan Ibu perlahan terangkat ke udara, aku pikir Ibu akan menampar Bryan, tetapi ternyata dia mendaratkan telapak tangannya di bahu sang polisi itu.โTerima kasih, Nak. Kalian begitu baik.โ Sebuah usapan kecil, Ibu berikan di pundak yang tegap itu. Aku mengembuskan napas lega. Sepertinya Ibu telah paham dengan semua yang terjadi. Beberapa hari yang lalu saat membantunya memasak di dapur, aku menceritakan garis besar selama kehidupanku di kota. Aku juga bercerita tentang Zhafran dan Bryan yang selalu membantuku dari masalah. Aku juga bercerita bahwa yang menghamili Kak Naila adalah Pak Burhan---ayah tiri kedua pemuda anggota polisi tersebut. Waktu aku bercerita hari itu, Ibu tidak merespon apa pun. Aku maklum, mungkin Ibu masih marah atau entahlah. Tapi malam ini, aku perhatikan kemarahan Ibu sudah sirna semua. Syukurlah. โNilfan!โAku tersentak
Iblis itu, dia yang mengakibatkan tewas dan hancurnya hidup Kak Naila ada di sini. Dia muncul dari balik pintu dengan senyuman sinis yang menjijikkan. Bersama Jaki dan beberapa pria bertubuh tegap khas seorang bouncer. โApa kabar, Nilfan?โ Pak Burhan mendekat. Sementara anak buah Jaki menutup pintu. Aku menelan ludah susah payah, takut mereka sampai menyakiti Ibu. Pandangan ini menoleh ke Angel, hatiku terasa diremas mengetahui para iblis ini dia yang membawanya. Pantasan saja dia meminta alamat rumahku tempo hari. โMaafin gue, Nil. Ketika kami nyari pekerjaan di mall-mall, kami ditangkap sama anak buah Jaki. Mereka nyandra Kesya.โ Lirihnya menatapku dengan mata basah. โGue nggak ada pilihan lain buat nyelametin hidup Kesya.โAku termenung mendengar penjelasannya. โTerus, sekarang gimana keadaan Kesya?โ tanyaku turut prihatin. โDia sekarang disekap di gudang klub.โ Angel menatapku dengan mata basah. Terjawab sudah keanehan y
Pekikan Erlin yang sebab kupelintir tangannya, mengundang beberapa pasang mata untuk melihat. Teman-teman Erlin hanya meringis melihat ketua geng mereka memerah wajahnya menahan rasa sakit yang kuberikan.โKalau kamu berani bicara sembarangan lagi soal ibuku, saya patahkan tangan kurusmu ini!โ Aku menyentak tangan Erlin, membuat wanita itu terempas menubruk para teman-temannya.Seorang ibu-ibu datang mendekat dengan mata mendelik tajam, dia ibunya Erlin. โHeh, Nilfan! Kamu baru pulang kampung, udah bikin ulah aja. Apa itu yang kamu pelajari selama di kota?!โ Ucapan ibu itu disahuti beberapa orang tua lainnya. โIya.โ Aku menyahut santai, lalu membuang pandangan. Tidak ada gunanya meladeni mereka semua. Keadaan ibu jauh lebih penting sekarang. **โAsalamualaikum.โ Aku mengetuk pintu rumah. Lantas, menerobos masuk. Andy sudah mengirimkan pesan sebelumnya, bahwa rumah ibu tidak dikunci. Andy menungguku pulang d
Hari sudah menjelang malam, bunyi azan berkumandang merdu dari masjid sekitar. Aku memutuskan untuk menghadap sang Maha Pencipta terlebih dahulu, baru melanjutkan perjalanan ke apartemen Bryan. Setelah berpikir sejenak tadi, aku memutuskan untuk meminta perlindungan pada kepolisian saja, dan masih akan tetap berada di kota. Bekerja dan membayar utang-utangku. "Kalian nggak mau ikut sholat, Kes, El?" Aku menatap kedua sahabatku yang hanya berdiri jauh dari bangunan masjid. Sesekali Kesya menarik rok mininya agar menutupi paha putihnya. Dia terlihat risi datang ke tempat seperti ini dengan pakaian seksinya. "Nggak usah, lain kali aja kami, Nil." Angel menyahut, lalu menarik pergelangan tangan Kesya pergi duduk di warung bakso di seberang jalan.Aku mengembuskan napas panjang. Tidak apa, nanti aku akan usaha membujuk mereka untuk salat. Maklum, pasti mereka malu untuk menghadap Sang Maha Pencipta, seperti aku kemarin. Segera aku melaksan
"Sialan!" Pak Sopir yang memakai kemeja biru itu mengumpat. Dia kesusahan untuk mengendalikan laju mobilnya. Sementara kami bertiga yang duduk di kursi penumpang, saling pandang ketakutan. Menyadari mobil siapa yang menyerempet taksi ini. Mobil Jaki. "Jalan terus, Pak. Mereka itu para perampok!" Angel mendesak sambil menepuk cepat bahu Pak Sopir. Aku menoleh ke belakang, terlihat di kejauhan sana beberapa kendaraan bermotor juga datang mendekat. Astaga โฆ seaksi inikah nasibku sekarang? Harus kabur seperti seorang buronan. "Stop! Woy, stop!" Kaca mobil dipukul-pukul oleh salah satu pengendara bermotor. "Mereka tau dari mana sih, kalau kita ada di mobil ini?" Kesya sangat panik. "Kemungkinan besar sedari kita ninggalin klub malam tadi, mereka semua udah ngikutin kita." Angel menjawab sambil mengeluarkan sesuatu dari tas tangannya. Sebuah botol parfum. Lantas, menurunkan kaca mobil dan menyemprotkannya ke pengendara