All Chapters of Terjerat Pesona Putri Gelap Tuan Konglomerat: Chapter 101 - Chapter 110
145 Chapters
Pengendara Misterius
"Aku? Apa yang mau diceritakan? Hidupku biasa-biasa saja," elak Claudia. Tentu saja Putri tak akan 'membeli' omong kosongnya. Meski baru setahun kenal Claudia, sedikit-banyak dia bisa membaca gestur tubuh temannya. "Kamu jangan coba-coba menipu. Ada jantan yang tertarik denganmu, kan? Hayo ngaku... ."Lagi-lagi Claudia berusaha mengelak. Dan tentu saja responnya ini bikin Putri makin curiga. "Ayolah cerita. Masak aku bisa terbuka sedangkan kamu pakai rahasia-rahasia... ."Awalnya Claudia terus berkilah, namun bukan Putri namanya bila langsung menyerah. Akhirnya setelah tarik-ulur yang alot, Claudia pun buka mulut. "Kamu kenal sama produser kita, nggak" Claudia memulai ceritanya. "Soni maksudmu? Kenapa lagi dia?"Pada saat ini detak jantung Putri sangat cepat. Nama itu serupa teror yang menghantui dalam sudut tergelap dan mimpi buruknya. Memunculkan rasa takut tak kasat. "Ternyata beliau sangat bai
Read more
Murka
Pada hari keberangkatan menuju lokasi syuting, Putri bangun pagi-pagi betul. Setelah memastikan semua barang bawaannya lengkap, dia kembali duduk dengan perasaan galau. Kejadian kemarin masih terngiang-ngiang dalam benaknya. Lebih dari satu orang yang menguntitnya, pengendara motor dan pengemudi mobil. Dua-duanya orang asing yang tidak dia ketahui seperti apa wujudnya. "Aduh, apa aku harus menghubunginya?"Lagi-lagi Putri bingung harus berbuat apa. Kemarin dia habis bertengkar dengan Heru gara-gara tidak menghubungi sang kekasih usai ketemuan dengan Claudia. Padahal dirinya cuma tak ingin Heru repot sebab bekerja dari pagi sampai malam, sudah cukup melelahkan. Rupanya, kekasihnya itu menanggapinya berbeda. Menurut Heru, dia seperti tak menganggapnya ada. Gara-gara masalah ini mereka jadi perang dingin. Tadinya Putri masih ingin berdiam diri, membiarkan Heru menyadari betapa konyol sikapnya itu. Namun, kejadian kema
Read more
Melawan
"Hei girl! seru Claudia yang baru keluar dari toilet sebelum matanya meneliti roman muka Putri lebih dekat. "Kutu busyet! Jelek betul wajahmu."Putri yang masih sebal bercampur kaget tidak menanggapi ocehan sahabatnya. Dia malah duduk lemas pada salah satu kursi di ruang duduk. "Hei, kamu kenapa, sih?" Claudia kembali mendesak seraya duduk di sisinya. Menghela nafas panjang, Putri menyahut, "maaf friend, belum bisa cerita sekarang. Pikiranku masih mumet."Sebab bingung menghadapi sahabatnya, Claudia hanya bisa pasrah. Tetapi dia tak kehabisan akal. Cepat-cepat dikeluarkannya coklat stik yang kerap jadi camilan anak-anak. "Ehem." Dia berdehem lalu memulai atraksinya, menirukan gaya selebritis di layar kaca. "Mmmm, rasakan sensasi kehangatan yang memikat... kelezatan coklat berpadu nikmat dengan gurihnya susu... hmmm, kepuasan yang tiada tara... panjang, besar... ."Putri yang sejak tadi menahan diri untuk mengabaikan lelucon an
Read more
Desa Nelayan
Nyaris dua jam berkendara, Putri masih memikirkan bunyi pesan Arya. Sebab bingung harus merespons apa, akhirnya dia membalas sekenanya. [Bukan urusanmu]Lalu mematikan ponsel, mencoba melupakan soal pria tengil yang masih mengusik pikirannya. Dia fokus memejamkan mata seperti yang dilakukan Claudia. Sayangnya, bayang-bayang Arya lebih kuat menarik, hingga kantuk tak kunjung menyapa. Setengah gusar, Putri kembali meraih gawai yang diletakkan sembarangan, lalu membukanya. Sesuai dugaan, pesan baru dari Arya kembali bertengger. [Akan jadi urusanku kalau kalian melakukannya tepat di depanku]Hah! Melakukannya? Melakukan apa? Putri nyaris mengerang. Ingin sekali memaki-maki Heru dan Arya pada saat bersamaan. Pria yang satu menyosor sembarangan sedang yang satu lagi memberi pernyataan ambigu. Dia tergoda bertanya pada Arya maksud dari pesannya, tapi takut pula bila jawabannya nanti soal ciuman yang memalukan itu.
Read more
Dewi Amor
Sore itu akhirnya berlalu tanpa insiden berarti, kecuali perintah aneh Soni yang meminta mereka berpakaian cantik untuk makan malam bersama. Meski agak risih, Putri tak punya pilihan selain menurut. Berlawanan dengan ekspektasinya, justru Claudia nampak senang. "Kamu tak sadar kalau Dirga dan yang lainnya juga bakal ikut?"Putri tersenyum masam. Pesona lawan mainnya itu memang tak diragukan lagi. Akan tetapi semenjak insiden tahun lalu, dimana Dirga membiarkannya dipermalukan Putri habis-habisan, bikin respeknya pada aktor muda itu menurun drastis. "Ya, dan Davinka juga di sini. Kamu tahu sendiri, dia sudah lama naksir Dirga," sahut Putri kalem. "Ah, kamu memang perusak pesta," ledek Claudia sebelum melanjutkan penuh arti, "lagipula aku tak takut dengan penyihir betina itu."Dan begitulah, malam pun tiba dan kedua puluh satu manusia dewasa berkumpul di halaman belakang rumah. Meja panjang diletakkan di tengah-tengah. Di atasn
Read more
Mencekam
"Kamu kemana aja semalam?" gerutu Claudia saat Putri kembali ke kamarnya keesokan hari. "Tidur sama kak Dewi, habis kalian lama betul tidur. Aku takut sendirian di kamar."Claudia menatapnya heran sebelum mengedik tak acuh. "Yah, kamu sih terlalu cupu. Masak jam sembilan udah tidur. Padahal kami semalam seru berpesta.""Pesta apa?""Biasa, anak muda kekinian. Nyanyi, barbeque, sambil minum-minum bir."Gerakan Putri yang sedang sibuk melipat selimut langsung berhenti. Dia mengamati raut wajah Claudia dengan seksama, namun tak menemukan sesuatu yang janggal. "Kenapa lihat aku kayak gitu? Dih, kayak nggak pernah lihat orang aja," protes Claudia"Nggak, kupikir kamu nggak minum alkohol."Sebelum Claudia merespon, tawa jahat Davinka langsung memenuhi kamar kecil itu. Setelah aktris muda ini puas memuntahkan kelucuan yang dia rasakan, ditatapnya Putri dengan ekspresi sinis. "Hari gini, aktris mana yang tid
Read more
Keliru
Apa yang dia saksikan di dalam sana membuat darah Putri berdesir seketika. Seorang wanita muda yang tengah hamil, tampak diikat bagian kaki dan tangannya. Wajahnya kuyu dan letih. Selain rambut yang tak terurus, dasternya juga nampak robek di sana-sini. Sebab pencahayaan terlalu minim, muka wanita itu tak terlihat dengan jelas. 'Lari sekarang juga!'Putri ingin mengikuti kata hatinya tapi kakinya seperti tertancap ke tanah. Seolah ada yang menahannya untuk tetap berdiri di sana. Saat Putri tengah asyik mengamati, pintu kamar tiba-tiba berderit. Masuklah seorang pria dengan sebuah piring kaleng dan golok di tangannya. "Nah, makan. Jangan banyak tingkah atau perutmu itu bakal kuinjak lagi."Tangan Putri mengepal. Butuh pengendalian diri yang kuat agar tidak sampai menerjang dinding rumah dan menghantam laki-laki kejam tersebut. Sialnya, pada saat ini pula pria berwajah bengis itu menatap ke tempatnya berdiri hingga ma
Read more
Predator
Bab perselisihan antara Putri dan Claudia akhirnya ditutup dengan rangkulan erat dan janji persahabatan. Meski Putri tetap merasa ada yang janggal dengan sikap sahabatnya. Sebab tak ada waktu, akhirnya Putri membiarkan setiap pikiran yang masih mengganjal hatinya di belakang layar dan fokus dengan adegan yang sekejap lagi bakal dia lakoni. Sebab adegan kali ini tentang percakapan Yanti dan ibunya, maka pengambilan gambar dibuat dalam sebuah rumah reyot yang terletak tak jauh dari pantai. Berperan sebagai kedua adiknya adalah anak lokal yang usianya sekira sembilan dan dua belas tahun. Berhubung mereka sudah reading adegan semalam, dialog antara Dewi dan Putri berjalan lancar hingga akhirnya masuk adegan Yanti menangis pilu di dalam kamar. "Kenapa... ."Hanya itu dialog yang terucap dari bibir Putri, selebihnya dia hanya terbaring dengan tatapan menerawang dan air mata yang terus berlinang. Wajah Putri tampak cantik alami, ta
Read more
Ancaman
Serta-merta Putri menyalakan senter ponselnya, bersamaan dengan itu dia juga menekan tombol lain yang kelak bisa dipakai membela diri bila terjadi hal tak diinginkan. "Hai, pak Soni. Ada apa malam-malam ke toilet wanita?"Suara Putri begitu tenang padahal telapak tangannya sudah keringat dingin. Menurut pelajaran yang dia dapat waktu kelas kepribadian kemarin, seharusnya tetap tenang dalam situasi terdesak. Terlebih karena predator macam Soni lebih bernafsu bila mangsanya tampak ketakutan. "Hahaha...menarik! Anak ayam kecil itu tidak lagi mencicit."Seraya mengucapkan kalimat ini, Soni mendekat perlahan, mengitari Putri, dan mengendus-endus mirip anjing kelaparan. "Tidak usah bertele-tele. Sekarang katakan apa mau Anda?" tegas Putri dingin. Soni berhenti. Dia menatap Putri dalam kegelapan yang kian pekat. Sementara sorot lampu mengarah ke depan, Soni berdiri dengan jarak satu langkah di sisi kanan gadis muda itu. "A
Read more
Tega
"Maaf, aku nggak bawa jam, jadi lupa waktu."Sesudah jawaban singkat ini, Putri langsung melangkah, tanpa peduli tatapan tajam Windy. Saat dia kembali ke rumah utama, rupanya makanan sudah tersaji di meja panjang. Tak menunggu lama, Putri langsung menyantap makanan itu secepat yang dia bisa kemudian bergerak menuju lokasi syuting. Adegan kali ini mengambil set di pabrik pembuatan terasi dan ikan asin. Putri akan tampil sebagai buruh pemotong ikan. Untuk kepentingan syuting, dia sudah berlatih menggunakan pisau sejak dua minggu terakhir. Dan hasilnya cukup memuaskan. Dia bisa memotong ikan dengan cepat dan presisi, seperti gadis nelayan pada umumnya. "Bagus sekali, Putri." Sutradara kembali memuji meskipun dia syuting bersama Claudia dan yang lain.Tak bisa dipungkiri, Claudia dan seorang figuran lain nampak kikuk memegang pisau. Beberapa kali tangan mereka nyaris tersayat hingga pengambilan gambar harus take beberapa kali. Us
Read more
PREV
1
...
910111213
...
15
DMCA.com Protection Status