All Chapters of Terjerat Pesona Putri Gelap Tuan Konglomerat: Chapter 1 - Chapter 10
145 Chapters
Casting
"Peserta nomor dua belas, silakan masuk," ujar seorang pria berwajah kelimis dari ambang pintu. Bersamaan dengan itu, seorang gadis dengan tampilan trendy dan tubuh tinggi masuk ke dalam ruangan. Sejak tadi, wanita ini sudah mencuri perhatian Putri karena pembawaannya sangat berbeda dari peserta lain. Selain terlihat santai, tubuhnya pun mengenakan barang branded dari atas sampai ke bawah yang tak mungkin bisa dijangkau oleh artis yang tengah merintis karir. Putri kembali menatap nomor antriannya dengan gelisah. Di atas kartu itu tertulis angka tiga puluh dua, yang berarti ada dua puluh kandidat lagi yang mesti maju sebelum tiba gilirannya. "Eh, dengar-dengar kita casting cuma formalitas lho. Semua peran yang dibutuhkan sudah terisi." Seorang peserta yang kebetulan duduk di sebelah Putri mulai bergosip dengan rekannya. "Ah, masak sih sekelas Bharata group curang?" Temannya menanggapi skeptis. "Pelankan suaramu, bodoh."Setelah itu keduanya bicara sangat pelan hingga suara mereka
Read more
Petaka
Kamu sudah pulang? Kok cepat?" sapa Sophia yang tengah duduk sambil menonton TV di ruang tengah begitu Putri membuka pintu. "Aku ... aku gagal Kak. Tak jadi ikut casting karena mereka keburu dapat peran yang cocok."Sophia, yang dikira Putri bakal murka terlebih karena perdebatan mereka soal kostum yang dipakainya tadi pagi, nyatanya cuma tersenyum miring. "Sudah kubilang, modal akting saja tak cukup di sini. Selain cantik dan berbakat, kamu juga harus berani.""Iya, Kak." sahut Putri lemah. Matanya yang indah mengerjap tak berdaya menatap Sophia. Selama tinggal bersama rekan satu unitnya dua bulan ini, Putri sedikit-banyak tahu kalau wanita yang punya nama lengkap Sofyani ini bukanlah perempuan naif. Tujuh tahun malang-melintang di tengah getirnya dunia hiburan ibu kota, bisa mengubah wanita lugu manapun jadi agak picik. Kalau tak begini, mana mungkin Sophia mampu membiayai hidup glamornya dengan tawaran kerja yang bisa dihitung pakai jari. "Nah, kalau kau berani, peran yang lepa
Read more
Tersesat
Anehnya, tak ada sahutan apapun. Pada saat ini sadarlah Putri kalau yang tinggal di ruangan ini cuma dirinya dan Sony. Perlahan pria bertubuh gempal itu mendekatinya dan berkata penuh kelembutan, "Sayang, mereka sudah keluar. Saatnya pertunjukan kita dimulai.""Ap--apa maksud Anda?"Bukannya menanggapi, Soni malah terkekeh geli, "Hahaha, kau begitu lugu bikin aku tak sabar ingin beraksi."Sekali sentak, tali yang mengikat kimono Soni pun terlepas, menampakkan perut yang buncit serta dada yang ditumbuhi bulu-bulu lebat. Pemandangan tak senonoh ini bikin Putri hampir muntah. "Pergi... Men--jauh dariku," geramnya marah.Dengan gerakan lamban, gadis malang itu beringsut menjauhi Soni yang mendekatinya seraya menyeringai nakal. Tingkah produser kawakan itu persis ular yang sedang mengincar mangsa."Pergi kubilang! Pergi!"Putri berteriak histeris, namun tindakannya justru bikin Soni makin bergairah.Biasanya, pria paruh baya ini memadu kasih dengan calon artis muda yang selalu memberika
Read more
Konfrontasi
Cahaya mentari yang menimpa wajahnya adalah hal pertama yang disadari Putri ketika terjaga keesokan harinya. Setelah itu, kepalanya yang agak pusing, lalu ...rasa nyeri di bagian pribadinya.Kesadaran ini menghantam dirinya dengan hebat.Panik dia menatap sekeliling hingga netranya tertumbuk pada sosok tampan yang duduk tak jauh darinya bersama secangkir kopi di atas meja. "Akhirnya kau bangun." sapa Arya pada gadis yang nampak gugup itu.Reaksi Putri bikin Arya heran, mengingat betapa liar percintaan mereka semalam. Sambil menatap gadis itu penuh minat, Arya berhitung dalam kepalanya. 'Satu, dua tiga... Action!'Pertama: mereka akan menangis. Namun yang terjadi, Putri cuma menatapnya tanpa ekspresi lalu memunguti bajunya yang terlempar menyedihkan. Setelah itu dia mengenakannya di depan Arya tanpa rasa canggung sedikitpun. Dua: Mereka akan minta pertanggungjawaban.Di luar ekspektasi Arya, Putri yang sudah selesai berpakaian malah duduk angkuh di depannya seperti seorang ratu. Tak
Read more
Insiden
"Putri, tolong kamu letakkan tas ini di display utama."Putri cepat-cepat mengiyakan perintah atasan barunya sambil mengangkat tas yang dimaksud dalam sebuah tray khusus. Sudah sebulan sejak peristiwa pahit kemarin, dia mulai belajar menerima kenyataan. Selain pindah tempat tinggal, atas rekomendasi atasannya yang lama, dia juga bekerja di salah satu cabang resmi brand ternama di dunia. Bentuk fisik dan pembawaannya yang menarik, membuat Putri diterima langsung oleh atasannya sekarang. "Selamat siang bu Putri, ada yang bisa kami bantu?"Telinga Putri yang awas menangkap suara rekan kerjanya saat dia tengah sibuk memajang tas limited edition itu pada display. "Ya, saya mau tas keluaran terbaru. Hari ini kekasih saya sedang senang dan mau membelikan saya hadiah, iya kan Beb?"Sahutan pria yang dipanggil 'beb' itu tak terlalu jelas di pendengaran Putri namun mendengar klien baru ini punya nama yang sama namun kehidupan yang jauh berbeda dengannya, jadi memantik rasa penasaran. Putri
Read more
Drama
Sontak Putri terhenyak mendengar permintaan yang berlebihan ini. Lewat sudut matanya, dia juga bisa melihat kekagetan yang sama pada raut wajah kedua laki-laki dewasa yang duduk di ruang tunggu elegan itu."Cukup Sayang, sebaiknya kita pulang. Jangan suka berlebihan." Akhirnya Arya memecah keheningan, mukanya yang tampan nampak rikuh menahan malu. Tanpa menunggu persetujuan Marion, dia langsung bangkit berdiri. "Kalau begitu, kami pulang dulu. Saya tunggu kabar baiknya," pungkas Marion seraya melempar tatapan mematikan pada Putri. Putri dan manajer toko mengantar kepergian kedua tamu istimewa itu sampai hilang dari pelupuk mata. Setelah Marion dan Arya tak terlihat lagi barulah manager toko menoleh pada Putri dan bertanya, "sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa mbak Putri sampai marah sama Kamu?"Putri menelan ludah susah payah, terlalu bingung menceritakan kisah yang dia sendiri tak mengerti ujung pangkalnya. Kalau dia mengatakan ada k
Read more
Salah Orang
Arya tengah sibuk berkutat di depan laptop kpetika panggilan masuk dari Bram mengganggu ketenangannya. Ogah-ogahan dia mengangkat telepon sang asisten sebelum mimik wajahnya berubah drastis. "Apa kamu bilang? Dia menolak?"Suara Bram terdengar sangat kesal dari seberang sana. "Tak cuma menolak, dia juga meneriakiku orang cabul, bayangkan!""Hahahaha." Arya yang awalnya mendelik kini tertawa keras membayangkan asisten sekaligus sahabat masa kecilnya dikatai orang cabul. Sebagai lajang berkualitas, belum pernah ada kaum Hawa yang berani mempermalukan mereka. "Kenapa ketawa, Bos? Puas melihat kemalanganku?" Suara Bram jelas bersalut rasa kesal. "Easy, easy. Let's hold it now. Nanti kita pikirkan cara lain." Arya menyahut kalem dengan seulas senyum di bibirnya. "Bos, kenapa harus repot mengurusi cewek sok jual mahal? Kalau memang sungkan, Bos bisa kasih uangnya untukku. Dengan senang hati aku pasti memaafkanmu mewakili
Read more
Siasat
"Oh?" Surya mengerling menatap sahabatnya sebelum tawanya meledak, "Hahaha, ya mana mungkin bisa ingat. Koleksi pacarmu saja jauh lebih banyak dari ubanku."Ledekan sahabatnya membuat Arya tersenyum miring. Kedengaran berlebihan walau tak sepenuhnya salah. Gara-gara kelakuannya yang hobi gonta-ganti pacar ini pula maka sang ibu ngotot mendekatkannya dengan Putri Marion. "Jadi bagaimana bisa gadis itu bekerja di sini? Setahuku waktu terakhir kemari, aku tak melihatnya." Arya berucap santai padahal jantungnya agak berdegup menanti jawaban Surya. Dia tak mau sahabatnya ini mengendus sesuatu yang kelak bisa dijadikan bahan ejekan di komunitas mereka. "Aku kurang tahu. Manajer kami yang merekrutnya sekitar dua bulan lalu. Tapi dia cuma bisa bekerja dari sore sampai malam," beber Surya sembari meneguk cocktailnya dalam satu sesapan. Arya nampak manggut-manggut sementara hatinya meringis pilu. Kalau benar Putri bekerja di sini juga, berarti gadis itu
Read more
Keluarga
Suara ini membuat langkah Putri berhenti nyaris seketika. Tubuhnya berdiri kaku dengan posisi membelakangi meja yang diduduki Arya dan teman-temannya. "Kamu kenapa berdiri saja? Kalau dipanggil, ya menyahut. Tatap muka yang memanggil."Mendengar atasannya langsung ikut menimpali, Putri perlahan berbalik dan bergerak menuju meja. Waktu jaraknya hanya tinggal dua meter lagi, dia mengangguk sekilas dan berkata, "ya Pak, ada yang bisa saya bantu?""Kamu perempuan yang bilang aku orang cabul, iya kan?" sambar Bram telak. Sepertinya, penghinaan yang dia terima sore tadi masih bikin darahnya mendidih hingga detik ini. Pernyataan Bram sukses mengundang gelak tawa di meja itu, bahkan Surya sampai terpingkal-pingkal. "Mukamu memang cabul, Bram.""Si cantik ini hanya bilang yang sebenarnya.""Sepertinya kau bisa memulai karier di dunia film panas, tak ada kata terlambat Bram... ."Muka Putri memerah mendengar semua cand
Read more
Perselisihan
Arya yang jadi pusat perselisihan tetap melanjutkan makannya dengan tenang seolah apa yang dibicarakan ibu dan kakaknya tak punya hubungan apapun dengannya. "Arya, apa kamu akan terus mengabaikan orang yang bicara padamu?" tanya nyonya Bharata menahan kesal. Mukanya yang cantik nampak murka menyaksikan gelagat putra keduanya. Hilang kesabaran dengan anggota keluarganya, Arya cepat-cepat memasukkan kunyahan terakhir ke mulutnya, lalu meneguk segelas susu sampai tandas. Perlahan dia mengusap mulutnya dengan serbet basah lalu mengedarkan pandangan pada setiap wajah yang ada di meja makan. Ada enam orang yang duduk mengelilingi meja, termasuk sang kakak ipar, Rabina. Semua wajah, kecuali tuan Bharata, menatap Arya penuh minat. Bersiap menanti jawaban yang akan diberikan penguasa Bharata Entertainment itu. "Saranku, sebaiknya kakak fokus dengan Bharata Textile. Bukankah nilai sahammu terus turun di bursa?" cetus Arya dengan ekspresi menjengkelkan.
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status