All Chapters of Kejutan Anniversary : Chapter 11 - Chapter 20
111 Chapters
Bab 11
"Kamu siapa? Berani-beraninya bicara seperti itu!" Dani membusungkan dadanya. Menantang Zayyan yang terlihat santai saja menanggapi. "Anda punya istri baik, tapi menikah lagi. Itu pun dengan menyia-nyiakan dia. Anda sadar enggak, kalau Anda sudah tidak berlaku adil pada Dia sebagai istri Anda juga." Zayyan seolah tak takut dengan Dani yang siap melayangkan tinjunya di rumah sakit itu."Apa? Jangan sok tau kamu!" Dani langsung emosi dan mendorong dada bidang Zayyan. Dani yang menyerang lebih dulu lantas ditarik tubuhnya oleh Imran. Suasana depan kamar itu berubah mencengangkan. Imran memanggil dua perawat yang tak jauh darinya lalu meminta mereka membawa Dani turun ke bawah. Dani meronta tak mau dipegang. Ia langsung pergi tanpa dipaksa lagi. Setelah serangkaian kejadian itu, mereka pulang ke rumah dan menjalani prosesi pemakaman Aqila. Waktu berjalan dengan cepat, kini Dia dan keluarganya menabur bunga pada makam dengan tanah yang masih basah itu. Batu nisan putih tertulis nama Aq
Read more
Bab 12
"Kenapa dia ada di sini, Mas?" Dia berdiri mematung tak mau melangkah maju. "Sayang, kita masuk dulu. Kau akan tau apa yang akan terjadi nanti." Tangan Dani menyentuh pinggang Dia lalu menariknya agar ikut dengannya. Tak punya pilihan lain selain mengikuti apa kata Dani. Diandra berjalan dan tak mau menatap Dewi yang segera menghadang mereka. Tampak gelang yang sempat dilihat oleh Dia saat itu di koper suaminya, kini gelang itu ada di tangan Dewi. Dia merasa menyesal telah ikut suaminya pulang. Luka yang belum kering itu serasa kembali mengoyak batinnya. "Mas, kenapa kamu lama sekali? Anak kamu nangis terus ini loh!" Dani menghela napas panjang. "Maaf, Wi. Lain kali aku akan lebih cepat."Wanita berwajah muram itu menghentakkan kakinya ke lantai seraya masuk ke dalam rumah. Seharusnya Dia yang masuk lebih dulu karena dahulu kata Dani, rumah itu adalah untuknya. Baru sehari ditinggal, Dewi yang pindah ke sana langsung bersikap layaknya tuan rumah. Dani menggandeng tangan Dia dan
Read more
Bab 13
Hujan gerimis yang disertai oleh angin dan petir membuat sekujur tubuh Diandra menggigil. Ia berjalan terus tanpa henti. Tujuannya masih sangat jauh. Bahkan mungkin besok pagi pun ia belum akan sampai. Namun, Dia tetap berjalan sembari membuang luka yang membuatnya semakin bodoh. Hanya karena ucapan manis Dani, ia akhirnya luluh. Akan tetapi, kini tinggal penyesalan saja yang ia dapatkan. Dua kali termakan keluguan sendiri, Dia harus menanggungnya sampai waktu yang tak bisa ditentukan. Sebuah mobil lewat dengan kencang, ban menggelinding melewati genangan air dan akhirnya mengenai tubuh Dia. Sudahlah basah, ditambah kotor pula. Dia ingin marah. Kali ini kembali sebuah mobil dari belakangnya sana menyorot lampu. Mobil tersebut berjalan pelan lalu kaca samping kiri terbuka. "Ya Allah, Dia!" Zayyan langsung menghentikan mobilnya saat lelaki itu mengenali siapa yang berjalan di tengah hujan itu. Lelaki itu melepas jas hitamnya lalu memalingkan pada wanita yang ia temui pertama kali d
Read more
Bab 14
"Ck, bisa aja. Makasih, Bang, sudah menghiburku." Dia tersenyum. Zayyan ingin mengungkapkan perasaannya, tetapi ia paham kalau Dia masih dalam proses penyembuhan lukanya. "Kamu mau enggak, kalau udah enakan, gabung sama perusahaan aku? Biar enggak kepikiran sama masalah kamu terus.""Abang hebat, bisa tau pikiran aku. Sudah sejak kapan lalu, sejak Aqila pergi, aku sebenarnya ingin mencari kesibukan lain. Cuman saat itu Mas Dani enggak mengizinkan.""Tapi, selesaikan dulu hubungan kalian di pengadilan. Aku yakin, pasti Allah sudah menyiapkan hadiah besar di balik ujianmu.""Iya, Bang. Cuman, waktu enam tahun berumah tangga itu enggak sebentar. Aku trauma dengan sebuah hubungan dan rasanya semua lelaki sama saja seperti Mas Dani. Aku sudah sangat percaya dengan dia. Tapi, dia malah begitu."Zayyan menghela napas. "Eh, jangan samain semua laki-laki sama, Di. Aku enggak gitu, kok." Lelaki tampan dengan bibir semu merah itu menahan senyuman. Lalu menunduk karena tak tahan ingin tertawa.
Read more
Bab 15
Ponsel terus berdering, Dani tetap ingin bicara dengan Dia. Pria itu kesal sampai membanting ponselnya di atas ranjang. Dasi yang mengalung erat, lantas ia renggangkan. Banyak sekali masalah yang belum terselesaikan. Kabarnya direktur tempatnya bekerja pun akan ganti. Jika masalah kerugian itu belum terselesaikan sampai bosnya ganti, maka Dani harus keluar dari perusahaan itu. Satu pekan sudah Dani membawa pulang putranya. Mereka tinggal di rumah yang dahulu Dia tinggal di sana. Sedikit demi sedikit, harta Dani terkuras untuk membayar kerugian yang diakibatkan oleh keteledorannya sendiri. "Ada apa sih, Dan?" Eni datang membawakan teh hangat untuk putranya. Dani menghela napas panjang lalu duduk. "Mah, benar apa kata orang. Kalau beda istri itu beda rezeki. Semakin hari, Dani semakin kehilangan apa yang Dani kumpulkan sejak lama.""Apa maksud kamu, Dan? Mama tidak paham. Jangan bilang kalau kamu menyesal menjatuhkan talak pada Diandra." Wanita tua itu ikut duduk dengan sorot mata pe
Read more
Bab 16
Empat bulan setelah perceraian mereka, Diandra berjalan dengan tegap pada lorong menuju ruangan meeting. Ia yang menghandel perusahaan milik Zayyan ketika pria itu sedang tidak bisa datang. Dengan senyuman manis, ia membalas perlakuan baik salah seorang karyawan di sana yang membukakan pintu untuknya. Dia segera masuk. Di dalam, ia sudah ditunggu oleh banyak petinggi perusahaan untuk memberikan presentasi. Jejeran pria-pria gagah dengan jas hitam menatapnya dengan serius. Dia mulai menjelaskan dengan detil seraya menunjuk pada papan putih yang terdapat proyektor menyala dengan tampilan produk dan rencana jalannya misi bisnis mereka. Semua orang tampak mengangguk dan menyetujui apa yang Diandra ajukan. Wanita itu telah berubah menjadi seorang wanita berkelas dan terlihat wajahnya lebih segar dari waktu itu. Zayyan tersenyum di balik ruangan yang lain. Ia menyaksikan Diandra dengan kepandaiannya menyampaikan ucapannya. Lewat sebuah kamera di ruangan meeting, Zayyan menatap layar la
Read more
Bab 17
"Kenapa diliatin terus sih! Masih nyimpen perasaan?" sindir Dewi ketika Dani sering melamun setelah pulang dari jalan tadi, karena mereka berpapasan dengan Diandra. Dani menghela napas panjang. Ia tak menjawab sepatah kata pun. "Mas!" sentak Dewi lagi. Sambil menepuk lengan kekar Dani ketika pria itu duduk sambil termenung di dalam kamarnya. "Wi! Bisa enggak sih sehari aja enggak bikin telingaku panas? Kamu ini bisa enggak bicara pelan-pelan, lemah lembut kayak Diandra?""Dia lagi Dia lagi. Dia aja terus. Sejak kalian bercerai, aku yang jadi korban. Mas lebih sering melamun terus. Pengeluaran membengkak, aku juga yang harus bantu nutupi kebutuhan." "Ya Allah, Wi. Kalau bukan kamu siapa lagi? Jangan cuman bisanya ngabisin duit laki aja! Aku berumah tangga sama Diandra itu enggak pernah begini. Selalu dia cukup-cukupin pemberian dariku. Padahal, yang uang aku kasih ke Dia lebih sedikit dari yang aku kasih ke kamu. Bahkan dia bisa buka bisnis sendiri tanpa bantuanku.""Semua ini kan
Read more
Bab 18
"Bang, kita mau ke mana?" Diandra terus mengikuti pria itu masuk ke dalam. Mereka langsung disambut hangat oleh pemilik toko berlian itu. Jejeran perhiasan dengan permata mengkilau itu terpajang pada patung-patung leher di atas etalase. Juga beragam cincin dan kalung mewah di sana. "Mbak, tolong yang itu!" tunjuk Zayyan pada salah satu benda di dalam etalase.Seorang wanita berseragam keabuan dengan sanggul rambut di bawah langsung mengambilkannya untuk pria itu. Zayyan langsung memperhatikan benda mengkilau itu dengan cermat. Tanpa menunggu kata lagi, ia meraih tangan Diandra lalu memasangkan cincin berlian itu di jari manisnya. Dia sendiri pun terperanjat sampai tak bisa berkata-kata. Ia tak mendapat izin mengutarakan pertanyaannya pada pria itu. "Suka enggak?" tanya Zayyan seraya menatap Dia yang masih bingung. "Ini buat saya?" "Bukan." Zayyan mencebik. "Ya masa buat saya. Tangan aku gede, Dia. Enggak bakal muat segini.""Terus buat siapa? Kenapa saya yang disuruh nyobain, Ba
Read more
Bab 19
Setelah malam itu, Zayyan lebih sering mengantar dan menjemput Dia ketika ke kantor mau pun saat waktu pulang tiba. Banyak yang membicarakan mereka karena tampak lebih dekat sering bersama. Sama seperti saat ini, ketika mereka baru saja datang dan keluar dari mobil yang sama."Keren mereka. Udah Pak Zayyan-nya ganteng, dapet Bu Dia yang juga cantik," celetuk salah satu karyawati. "Tapi, aku dengar Bu Dia itu janda. Bener kan?" Karyawati yang lain ikut nimbrung. Mereka berdiri di balik dinding dengan tatapan terus mengikuti langkah Dia dan Zayyan."Memang janda. Dan kudengar beritanya itu kalau Bu Dia cerai karena suaminya selingkuh. Ada juga yang bilang kalau mereka cerai karena anaknya mati.""Astaga, mati? Kenapa matinya? Aku enggak pernah denger kalo Bu Dia punya anak. Apa Pak Zayyan tau? Jangan-jangan pake guna-guna. Mana ada jaman sekarang laki-laki yang mau sama janda beranak.""Huust, jangan kenceng-kenceng! Nanti ada yang dengar. Banyak yang mau sekarang sama janda. Karena si
Read more
Bab 20
Setelah beberapakali sering telat, kini Dani tak mau lagi mengulangi kesalahan yang sama. Lelaki itu datang pagi-pagi sekali. Selain itu, yang ia lakukan adalah demi mendapatkan simpati dari Diandra, mantan istrinya yang sudah ia siapkan bekal sarapan pagi. "Pagi, Pak." Satpam jaga menyapanya. Dani pun membalas dengan hal yang sama. Pria itu tersenyum lalu kembali melangkah ke dalam. Suasana kantor masih sedikit sepi karena baru jam enam pagi. Meskipun begitu, Dani masuk terlebih dahulu ke dalam ruangan Diandra. Ia meletakkan kotak makan berisi sandwich di atas meja. Setelah itu ia keluar lagi dan pergi ke kursi tempatnya bekerja. Dani tak sabar Diandra datang lalu melihat hadiah kecil yang baru sekali itu ia berikan padanya. Dari tangannya sendiri ia membuat. "Hari ini Pak Zayyan enggak masuk kantor. Mungkin juga kita pulangnya agak siangan."Dani menajamkan telinganya ketika mendengar salah seorang karyawati lewat sambil mengobrol. "Kamu diundang?" tanya seorang wanita yang dud
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status