All Chapters of Ditalak Usai Akad: Chapter 71 - Chapter 80
84 Chapters
Part 71
“Ini, mau ke sini. Kamu belum siap juga tidur bareng sama aku-kan? makanya aku akan tidur di sini saja,” tunjuk Faiq di lantai sebelah kanan tempat tidur. Lalu dengan wajah ditekuk melangkah ke sebelah sisi kiri tempat tidurnya.Lelaki itu bergegas menggelar karpet kecil di lantai dan meletakkan bantal dan selimut di sana. Ela memandangi punggung suaminya yang tengah merapikan tempat tidurnya itu dengan perasaan tidak menentu antara senang dan sedih. Sebagai seorang istri, ia tahu tugas dan tanggung jawabnya, tapi di satu sisi ia belum siap berbagi tempat tidur dengan sang suami. Wanita itu merasa tidak enak hati, padahal pemilik kamar ini adalah lelaki itu. Kenapa dia yang tidur di lantai, harusnya dia dong sebagai pendatang dan menumpang di kamar ini. Ia tidak boleh egois dan membiarkan lelaki itu tidur di lantai, pasti dingin. Wanita itu terdiam tanpa kata, mengingat dugaannya salah, ia pikir suaminya mencari kamar lain di rumah ini. Tentu rumah semewah dan sebesar ini pasti pu
Read more
Part 72
Faiq mengukir senyum dikulum, bagaimana bisa wanita cantik ini memeluknya, padahal dari semalam dia yang melarang keras untuk tidak memeluk dirinya. Bahkan sempat-sempatnya dia menjaga tubuhnya dengan guling. wanita itu kini memeluknya dengan sangat erat. Ia perhatikan wajah itu yang tidur dalam keadaan pulas dan wajah itu tampak manis sedang mengukir senyum kecil.Wajah Ela berada tepat di sisi wajahnya, napasnya bahkan mengenai wajah lelaki yang tengah tersenyum smirk itu. Spontan tangan Faiq mengusap kepala Ela dan menyingkirkan beberapa helai rambut yang menghalangi pandangannya. “Bulu mata tebal dengan alis terukir indah, bukan ukiran palsu seperti yang sering ia lihat di wajah banyak wanita yang ditemuinya. Alis itu murni ciptaan Allah tanpa ada perubahan sedikit pun.Puas memandangi wajah cantik Ela, kini Faiq memindai area kamarnya. Sebenarnya ia tengah ketakutan, takut Ela bangun dalam pelukannya lalu wanita itu mengamuk padanya. Padahal jelas-jelas wanita itu yang mendatan
Read more
Part 73
“Perusahaan Genta Buana yang terkenal itu,” tanya Bu Widuri terperanjat kaget. Ia tak percaya kalau Faiq bekerja di sana. Bagaimana mungkin? Masuk ke sana itu tidaklah mudah, hanya orang-orang pilihan dengan nilai tinggi. Tak hanya itu, pelamar harus menguasai ilmu manajemen yang mumpuni baru bisa lolos dan diterima bekerja di sana. Tentu saja dengan gaji yang tinggi juga.“Iya Bu,” jawab Ela lugas.Kini ia baru mengerti mengapa kemaren itu Faiq bisa naik mobil.“Pantas saja kehidupannya sekarang lebih baik. Kemaren waktu melihat dia mengantarmu pakai mobil, saya sebenarnya sudah curiga. Ternyata kehidupannya sekarang makin baik dan mapan.”“Alhamdulillah, wa syukurilah!”“Apa ada orang dalam yang membantu Faiq bisa diterima bekerja di sana?” tanya Bu Widuri yang masih saja curiga dan tidak percaya begitu saja.“Kayaknya tidak ada Bu Widuri, kan kak Faiq emang udah pintar dari sananya.”Widuri mengangguk membenarkan perkataan Ela, “Kamu benar Ela, Faiq itu memang memiliki otak yang ce
Read more
Part 74
“Terus kamu akan mempertahankannya? Benar begitu? Bagaimana kalau suamimu sendiri yang ingin melepasmu dan kembali pada mantannya. Kita kan tidak tahu isi pikiran lelaki, lagian kalian juga baru kenal, kamu belum mengenal suamimu secara keseluruhan.” Farah berusaha membuka pikiran Ela dengan berbagai macam pertimbangan, agar tidak salah melangkah.Ela terdiam mendengar perkataan bijak Farah, benar juga. Bagaimana mungkin dia mempertahankan orang yang justru ingin melepasnya. Itu sama saja perbuatan yang sia-sia dan percuma. Tidak! Tidak, itu tidak boleh terjadi.Duh! bagaimana ini? “Tidak akan aku biarkan, lihat saja, aku akan pertahankan dia untuk tetap jadi suamiku.” Ucap Ela sangat yakin. Ela kembali terdiam, benarkah ia sanggup mempertahankan suaminya. Bagaimana kalau gagal? Ah Entahlah! Serahkan saja sama Allah apa yang terbaik menurutnya. Kini Ela kembali tenang, meskipun terkadang ketakutan itu muncul secara tiba-tiba.“Kamu yakin dan tidak akan menyerah. Ingat Ela! Lawanmu i
Read more
Part 75
Malam pun menjelang, kini Ela tengah berada di kamar menunggu suaminya pulang. Tadi suaminya menelepon dan memintanya tidak menunggunya makan malam, karena ia pulang larut malam ini. Ada meeting dengan perusahaan rekanan sang papa. Begitu juga dengan pak Ibnu sendiri, ada bersama anaknya di rapat penting itu.“Pa, ini sudah terlalu lama, mau sampai kapan kita menunggu?” tanya Faiq gelisah menunggu klien yang belum juga datang. Sebentar-sebentar matanya mengarah ke pintu, berharap orang yang ditunggu segera datang. Namun hanya kekecewaan yang ia dapatkan. Lelaki itu pun melirik arloji di pergelangan tangan kirinya. Sesaat matanya membola, karena jam menunjukkan pukul 21.00.Bukan karena apa-apa lelaki itu gelisah pulang telat hari ini, itu semua karena ia tidak mau membuat istrinya menunggu terlalu malam. Maklum pengantin baru, bawaannya ingin selalu dekat dengan istrinya. Apalagi membayangkan, malam ini akan berbeda seperti yang dijanjikan Ela kemaren malam itu. Ia sudah tak sabar men
Read more
Part 76
“Kamu kenal dengan lelaki muda itu,” tanya pak Handoko mendekati sang putra sambil tangannya menunjuk ke Faiq yang kini hanya kelihatan punggungnya saja.Sebenarnya dia penasaran, bagaimana bisa Faiq mengenal putranya, mereka tidak pernah ketemu secara langsung. Selama ini Erlangga juga tidak pernah menceritakan teman yang bernama Faiq. Makanya dari pada penasaran, mending dia tanya langsung pada Erlangga.“Kenal Pa, dia itu-kan Faiq. Suami baru Ela.”“Apa?” ucap Bu Waida dan pak Handoko tak percaya secara bersamaan karena saking terkejutnya. “Kapan mereka menikah, bukannya waktu itu calon suami barunya itu diculik sebelum akad nikah dilangsungkan.” Oceh Bu Waida tak percaya, karena dia masih berharap, dengan batalnya pernikahan itu, ia berharap masih ada harapan untuk Erlangga bersatu dengan mantan istrinya.Kini harapan wanita itu sirna seketika, ia tak menyangka pernikahan itu ternyata telah dilangsungkan. Kenapa ia tidak tahu mengenai perihal itu, kenapa juga Rosyida tidak mengund
Read more
Part 77
“Kamu belum jawab salamku, menjawab salam itu wajib, jika kamu lupa.” Ujar Faiq mengingatkan istrinya.“Waalaikumsalam,” sahut Ela cepat. Wanita itu masih tampak menetralkan napas yang memburu karena saking terkejutnya. Lalu mengulurkan tangan untuk Salim dengan suaminya.“Kamu kaget ya, sedang apa sih, asyik bener, hingga beberapa kali salamku tak kamu jawab.” Protes Faiq meletakkan tas berisi laptop dan map berisi berkas di meja samping tempat tidur. Lelaki itu menghempaskan bokong tepat di sebelah Ela.“Maaf Mas, aku tidak mendengar ucapan salammu.” Jawab Ela tak enak hati.“Tidak apa-apa, aku juga minta maaf telah membuatmu terkejut.”“Terus kenapa mas mengagetkan aku, coba bayangkan kalau aku jantungan dan mati, gimana coba?”“Maaf, maaf, janji tidak akan diulangi.” Ucap Faiq untuk kedua kalinya. “Kamu sedang apa sebenarnya? Kok sampai kaget gitu? Kamu tidak melakukan sesuatu hal yang mencurigakan bukan?”“Ya tidaklah Mas, biasa, aku lagi nulis,” bohong Ela. Padahal tadi dia seda
Read more
Part 78
“Mas lupa, pernikahan kita kan masih menjadi rahasia, masa aku bongkar di depan dosenku sendiri. Mana mungkin?” kilah Ela masam dengan wajah memberengut kesal."Eh iya, benar juga. Maaf lupa?" cengir Faiq tak enak hati.“Terus dia percaya?”“Iya, dia percaya begitu saja. Saat itu aku juga heran, kenapa dia bisa seyakin itu pada orang yang baru dikenalnya. Bahkan dia bilang begini, kamu adik angkat Faiq di panti ya, dia mencoba menebaknya.”“Terus kamu jawab apa?”“Aku jawab dengan anggukan saja.”“Terus yang membuatku merasa aneh dan bingung, kok dia bisa langsung bilang begitu ya, makanya aku curiga ada hubungan tak biasa antara mas Faiq dengan Bu Widuri. Karena wanita itu seperti sangat mengenal diri mas Faiq. Itu baru pikiranku yang pendek itu mas, belum tentu benar. Makanya sekarang aku beranikan tanya.”“Kapan kalian ketemu?”“Waktu aku masih tinggal bersama Abi dan umi, mas Faiq jemput ke rumah terus mengantarku ke kampus. Waktu itu dia melihat mas Faiq berada dibalik kemudi.”
Read more
Part 79
“Bukan begitu, sekarang sudah terlalu larut. Bagaimana kalau besok saja,” ucap Faiq bernegosiasi. Lelaki itu bicara tanpa beban, seolah sang istri tidak marah dituduh tidak virgin.Bukan tanpa alasan Faiq menunda sampai besok, malam ini karena sudah terlalu malam dan ia juga dari tadi menguap terus, maka tercetuslah ide menunda malam pertama itu sampai besok pagi.Lelaki itu berusaha membujuk Ela, tapi sayangnya Ela sudah terlalu kesal. Akhirnya ia bicara dengan ketus. Bahkan terkesan mengancam. Ela jelas tak bisa terima begitu saja, di mana harga dirinya. Kehormatannya dipertanyakan.“Sekarang! Atau tidak sama sekali,” ancam Ela tak terima dicurigai tidak perawan oleh lelaki yang baru beberapa hari ini sah menjadi suaminya.Sebagai wanita yang selalu menjaga kehormatannya, jelas kecewa dibuatnya.Sakit hatinya dituduh tidak perawan apalagi oleh suami sendiri. Rasanya Ela ingin menjambak rambut lelaki itu untuk melampiaskan kekesalan hati, tapi ia tak punya keberanian melakukannya. Si
Read more
Part 80
“Ela, Maaf! Tadi gak bangunin kamu, soalnya tidurmu pulas banget,” ucap Faiq menyesal seraya mendaratkan bokongnya di kursi tak jauh dari Ela. Lelaki itu menatap sang istri yang tak menoleh sedikit pun padanya.Sebenarnya tadi Faiq ragu untuk masuk ke dalam ruang keluarga, ulahnya semalam yang pura-pura pingsan membuatnya enggan bertemu dengan Ela. Ia khawatir Ela mengetahui kepura-puraannya dan bisa saja wanita itu menceritakan kepada orang tuanya. Tapi bila tetap diam dan menunggu di luar juga akan membuat kedua orang tuanya pasti bertanya-tanya. Makanya Faiq memberanikan diri masuk bergabung dengan istri dan kedua orang tuanya. Ia tak hiraukan, meskipun nanti pandangan buruk yang dilayangkan Ela.“Tidak apa-apa Mas.” Jawab Ela singkat, setelah terdiam cukup lama. Itu pun karena tak enak pada kedua mertuanya, bila Ela menampakkan kekesalan di depan sang mertua. “Oh iya Mas, nanti kita jadi pergi menemui Bu Widuri?” tanya Ela memastikan. “Kalau jadi, aku mau siap-siap sekalian mau ka
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status