All Chapters of Dalam Jeratan Bodyguard Tampan: Chapter 11 - Chapter 20
52 Chapters
Bab 11
Kara dan Kaisar sudah menunggu cukup lama tapi Anton tak kunjung keluar dari ruang kerjanya. Kara sampai mengantuk, matanya berkali-kali terpejam namun ia paksakan untuk tetap terjaga. Kaisar menyadari itu, ia meminta Kara untuk tidur saja tetapi jawaban gadis itu tetap sama, yaitu tidak. "Nona bisa bertanya pada tuan besok. Sekarang Nona tidur saja ini sudah malam,"ucap Kaisar. Kara hendak protes tapi terpotong oleh ucapan Kaisar. "Tidak ada penolakan. Pergi sendiri atau saya antar? "ucap Kaisar tegas. Ia menatap mata Kara dalam, membuat yang ditatap langsung salah tingkah. "A-aku bi-bisa sendiri!" Kara berjalan cepat menuju kamarnya untuk mengindari lelaki ini, lebih tepatnya menghindari tatapan matanya yang sangat dalam itu. Kaisar menatap punggung kecil itu yang perlahan menghilang dibalik tembok. Setelah memastikan bahwa Kara benar-benar masuk ke kamar, Kaisar keluar dari rumah. Tidak mungkin ia menunggu Anton keluar dari ruang kerjanya dan menanyakan apa isi dari kotak miste
Read more
Bab 12
Pagi ini suasana hati Anton tampak buruk. Tatapan matanya dingin serta tak ada senyuman seperti biasanya. Setelah minum secangkir kopi, ia bergegas pergi tanpa makan apapun. Niat Kara untuk bertanya tentang kotak misterius itu pun terurungkan. Kara memikirkan apa penyebab ayahnya menjadi sedikit berubah sifatnya akhir-akhir ini. Apakah karena kotak misterius itu atau mungkin Anton masih marah karena Kara menanyakan penyebab kematian ibu dan abangnya?Kara keluar rumah, ia melihat Kaisar yang tengah duduk sambil menyeruput kopi di teras rumah depan. Ia langsung menghampiri Kaisar. "Gimana tadi malam? Orangnya ke tangkap?" Kaisar menoleh ke arahnya lalu menggelengkan kepalanya. Kara duduk di kursi samping Kaisar. "Dia tidak datang, "ucap Kaisar. Matanya lurus ke depan, menatap halaman rumah yang luas. Perjuangannya tadi malam sia-sia, orang yang dia tunggu tidak datang. Satu teko kopi membantunya untuk tetap terjaga hingga saat ini, tapi tidak dengan Pak Adi, pria paruh baya itu te
Read more
Bab 13
Ternyata di ujung gang ada satu jalan yang mengantarkan mereka menuju hutan. Grita takjub karena ia baru tahu bahwa ada hutan di kota mereka, entahlah mungkin karena ia sibuk bekerja jadi tidak tahu dengan kotanya sendiri. Dodi dan Grita berjalan menelusuri jalan setapak masuk kedalam hutan. Sekeliling mereka hanya ada pohon-pohon besar tinggi. "Tentang lelaki tadi, kau bilang aku akan menjadi rekannya, maksudmu apa?"tanya Grita. Dodi menoleh, ia tersenyum kecil. "Maksudmu Iden? Dia salah satu anak buahku. Karena kau akan bekerja padaku itu berati dia juga akan menjadi rekanmu, "ucap Dodi. Grita menggerutu kesal, lelaki kasar nan menyeramkan itu akan menjadi rekannya? Oh sungguh malang sekali nasibnya. Grita menghela nafas kasar, Dodi menoleh dan menatap Grita kebingungan. "Ada apa?"Grita menggelengkan kepalanya, mengatakan bahwa tidak ada apa-apa. Dodi langsung melepaskan jas hitam miliknya dan memberikannya kepada Grita. Gadis itu menerimanya dengan raut wajah kebingungan. "U
Read more
Bab 14
Semenjak malam dimana kotak misterius ditemukan, sifat Anton jadi berubah dan ia lebih sering mengurung dirinya di kamar atau ruang kerjanya. Ia jadi jarang berinteraksi dengan anak satu-satunya, Kara. Anton sengaja pulang larut malam, pukul 1 malam ia baru pulang kerumah. Keadaan rumah sudah sangat sepi,tentu saja karena mereka semua sudah tidur. Hanya Kaisar dan Pak Adi yang masih terjaga di pos satpam. Anton membuka pintu ruang kerjanya. Ia menekan sakelar lampu dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah kondisinya sangat berantakan. Buku-buku yang seharusnya tertata rapi di rak berhamburan, serta foto-foto yang juga berhamburan dilantai. Anton berjongkok dan mengambil salah satu foto. Di foto itu terlihat istrinya, Widya tengah tersenyum lebar. Ia nampak sangat cantik dengan dres putih, tapi kecantikan itu tertutupi oleh coretan spidol merah yang menutupi wajah cantik Widya. Dibelakang foto terdapat tulisan yang juga ditulis dengan spidol merah. Pelacurmu mati! Hahaha. "Baj
Read more
Bab 15
"Tenang saja, dia hanya kelelahan."Semua yang ada di dalam ruangan itu bernafas lega, lalu sang dokter pamit pulang. Hanya menyisakan Kara, Bi Ina dan Anton yang masih terbaring tak sadarkan diri. Bi Ina mengusap punggung Kara, menenangkan gadis yang sedaritadi masih menangis. "Sudah jangan menangis, Tuan cuma kelelahan,"ucap Bi Ina. Kara mengusap air matanya. Bi Ina mengajak gadis itu untuk keluar dari kamar Anton, Kara awalnya menolak. Ia mengatakan ingin menemani ayahnya hingga siuman. Bi Ina dengan sabar mengatakan kepada gadis itu untuk jangan mengganggu Anton dan membiarkannya untuk istirahat dahulu, Anton pasti sangat kelelahan karena bekerja terus setiap hari. Kara akhirnya menurut. Dibantu oleh Bi Ina, gadis itu berjalan keluar kamar Anton dengan terpincang-pincang. Kaki Kara sudah diperban dengan baik, sudah tidak memakai sobekan kaos Kaisar lagi. Kara bersikeras ingin turun ke lantai bawah tapi Bi Ina menolak, kakinya sedang terluka. Menuruni tangga dengan kaki yang terl
Read more
Bab 16
"Sudah menunggu lama?"Grita menggelengkan kepalanya lalu tersenyum. Ia meminta Dodi untuk duduk di kursi didepannya. Tidak seperti kemarin, lelaki itu tidak mengenakan pakaian formal, sepertinya dia pulang ke rumahnya terlebih dahulu sebelum bertemu dengan Grita. Pakaiannya lebih santai, ia mengenakan pakaian serba hitam. Celana panjang yang dipadukan dengan kaos hitam yang dilapisi jaket kulit berwarna hitam juga. Sepertinya lelaki itu pecinta warna hitam. "Tidak, aku juga baru datang, "ucap Grita. Sekarang mereka tengah berada di warung kopi dekat apartement Grita. Ini tempat langganan Grita, dulu bersama Kaisar ia sering sekali nongkrong disini. Tapi setelah Kaisar pergi keluar kota, ia jadi jarang datang kemari. "Mau pesan apa? Biar aku pesankan, "tanya Grita. "Sama kan saja denganmu." Grita mengangguk, ia berdiri dan menghampiri penjual untuk memesan. Warung kopi ini tidak terlalu ramai, hanya ada Grita, Dodi dan 3 orang lelaki dewasa yang duduk tak jauh darinya. Warung ko
Read more
Bab 17
Kondisi Anton sudah mulai membaik, luka di jari tangannya juga sudah diobati. Lelaki itu siuman setelah hampir 15 menit pingsan. Kara yang tahu bahwa ayahnya sudah bangun, langsung menghampiri Anton dikamarnya. Tentu saja dengan bantuan Kaisar, karena ia kesusahan menuruni tangga. "Aku mau ngomong berdua sama Papah,"ucap Kara pada Kaisar saat mereka berada tepat di depan kamar Anton. Kaisar memapah Kara, gadis itu duduk di kursi samping ranjang Anton. Lalu Kaisar menunggu di luar kamar. "Pah, "Kara menggenggam tangan Anton, mata lelaki itu yang sebelumnya terpejam menjadi terbuka. "Kara minta maaf, "ucap Kara pelan. Anton nampak kebingungan."Untuk apa?"tanya Anton pelan. Suaranya terdengar lemah dan serak. Kara menunduk, tak berani menatap Anton. "Untuk semuanya, ini semua salah Kara."Anton menggelengkan kepalanya lemah, ia tidak ada tenaga sedikitpun. Anton mengusap kepala Kara dengan penuh kasih sayang. "Bukan salahmu,"ucap Anton. Mata Kara berkaca-kaca melihat kondisi Anton
Read more
Bab 18
Seperti dugaan Grita, Siska tidak masuk kerja. Kalau dia berangkat pun sudah pasti ia akan menjadi pusat perhatian dan bahan obrolan orang satu kantor. Malu sudah pasti Siska rasakan, aib nya sudah terumbar kemana-mana. Salah seorang teman Siska mengatakan bahwa nomor ponsel gadis itu tidak bisa dihubungi. Siska juga tidak membalas pesan. Ya tentu saja, jika Grita yang berada di posisi Siska ia juga akan melakukan hal yang sama. Bersembunyi seolah hilang ditelan bumi. "Sumpah sih, Ta. Gue masih kaget banget sama Siska,"ucap Luna. Gadis itu menyempatkan diri menghampiri Grita walaupun pekerjaannya belum ia selesaikan. Hanya untuk membicarakan tentang Siska, Luna sangat penasaran sepertinya. "Rumor itu bener berarti,"ucap Grita sambil menatap layar komputer, fokus pada pekerjaannya tanpa melihat kearah Luna sedikitpun. "Iya sih, tapi gue masih penasaran siapa yang nyebarin foto-foto Siska, "ucap Luna. Grita bersikap tenang, menyembunyikan fakta bahwa ialah orang dibalik menyebarnya
Read more
Bab 19
"Ada perkembangan?"Dodi mengangguk, ia duduk di sofa sementara Heru berada di kursi kerjanya. Mereka saat ini tengah berada di ruangan kerja Heru di kantor."Sedikit, tapi lebih baik daripada tidak sama sekali, "ucap Dodi. Ia menghisap rokok lalu menghembuskan asap nya keluar melalui mulutnya. Ia bebas mau merokok di mana pun. "Gadis itu bagaimana? Kita bisa mengandalkannya? "tanya Heru. Dia masih tidak begitu yakin dengan kemampuan Grita. Apa bisa gadis itu mengikuti semua rencana liciknya untuk menghancurkan perusahaan Anton, tempat dimana gadis itu bekerja. "Tentu, aku yakin kau akan puas dengan hasil kerjanya nanti, "ucap Dodi. Heru tak lantas percaya, ia butuh bukti yang bisa membuatnya percaya pada kemampuan gadis itu. Dodi menghembuskan asap rokoknya sebelum melanjutkan berbicara. "Gadis itu ternyata licik juga. Rencananya lumayan bagus, dan ku ikuti saja semua alur rencananya."Heru mengerutkan keningnya heran. Kenapa Dodi malah membiarkan gadis itu memimpin misi ini den
Read more
Bab 20
Siska sudah memakai pakaian rapi siap untuk berangkat ke kantor, tapi langkah kakinya tertahan karena melihat banyak sekali pesan di grup kantor. Siska penasaran, apa yang sebenarnya terjadi hingga grup yang semulanya sepi menjadi sangat ramai.Mata Siska terbelalak, ada seseorang yang mengirim foto-foto nya digrup. Foto saat ia tengah berada diclub bersama seorang pria paruh baya. Tak hanya satu foto, melainkan 4 foto sekaligus. Siska membaca pesan-pesan dibawahnya, kebanyakan dari mereka menghujat Siska dan mengatai gadis itu dengan kata-kata yang tidak pantas. Siska malu, sangat malu hingga rasanya ia ingin menangis sekarang. Siska tidak mengelak ataupun membuat klarifikasi, itulah yang membuat orang-orang yakin bahwa perempuan di foto itu memang benar dirinya. Daripada menjelaskan, Siska memilih untuk langsung keluar dari grup obrolan kantor. "BAJINGAN!"Siska membanting ponselnya hingga terjatuh dilantai lalu pecah. Gadis itu mengacak kamar apartementnya sendiri menjadi sangat
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status