All Chapters of Posesif My Husband : Chapter 31 - Chapter 40
92 Chapters
Chapter 32
"Apa? Apa maksudmu, Arthur?" Marren membelalak terkejut bukan kepalang. "Ya... Dia hanya memanfaatkan kamu! Seperti yang Saya bilang waktu itu." ''Apa maksudmu, Arthur?" ulang Marren dengan suara bergetar. ''Apa kau pikir Pria konglomerat seperti dia mau menikahi gadis gembel sepertimu tanpa ada maksud? Dia bisa membeli wanita mana saja yang dia mau! Bahkan para jalang brengsek mana pun juga rela menyerahkan diri begitu saja padanya!" ''HENTIKAN!'' "Jangan bertele-tele Arthur! Jelaskan apa maksudmul" Marren masih menahan emosinya yang terpendam. "Haahh... Ya! Si bajingan keluarga Ryzadrd itu ingin menguasai warisanmu! Jadi .....""'Warisan apa? Sayang tidak punya warisan apa pun!" Marren memekik bingung. "Sebenarnya hutang-hutang itu milik XYNZ COMPAR OFFICE, bukan milik pribadi kakekmu. Mereka memutarbalikkan fakta bahwa kakek dan Daddy mu yang berhutang. Karena kakek dan Daddy mu tahu yang sebenarnya, m
Read more
Chapter 33
Tiba-tiba terdengar suara seseorang menabrak pintu dengan keras, hingga membuat pintu itu terbuka dan rusak. Arthur tersentak dari aktivitasnya mencumbu Marren. Mereka berdua sama-sama terperanjat melihat tubuh seseorang yang terpelanting menabrak pintu karena sesuatu. Arthur perlahan bangkit dan menjauh dari Marren. Pria berbadan besar itu sedang merapikan celana panjangnya saat tiba-tiba Arsan berlari menyerbu masuk dan menendang Arsan, Mendapat serangan mendadak Arsan langsung terjungkal menabrak meja, menumpahkan segala yang ada di atas meja itu dan membuat Arthur tidak bergerak. Wajah Arsan yang telah menahan amarah makin meradang saat ia menemukan Marren yang menggigil di atas ranjang dengan wajah babak belur dan perban. Apalagi saat ia melihat baju yang dikenakan Marren telah koyak tak karuan. Arsan segera berlari memeluk Marren. ''Marren, Sayang..." Arsan memeluk Marren erat-erat. Dan entah bagaimana, Marren membala
Read more
Chapter 34
Marren terbangun dengan tersentak dari tidurnya, la celingukan melihat ke sekelilingnya. la melihat suasana kamar yang serba putih dan berbau desinfektan. Dan ia baru menyadari punggung tangan kirinya telah terikat oleh selang infus.''Rumah sakit? Apa ini benar di rumah sakit? Oh Arsan, di mana dia? Ke mana orang-orang? Arsan juga, mana dia?" Baru saja Marren bangkit dari tidurnya, ia yang berencana akan beranjak mencari Arsan, tiba-tiba harus kembali duduk karena merasakan kepalanya yang berdenyut-denyut. ''Kenapa kepala Saya? Oh iya benar, kondisi Saya juga sedang kacau. Kemarin habis kecelakaan dan kena culik. Dan Arthur, ya Tuhan... Kenapa dia jadi seperti itu? Atau memang itu sisi dirinya yang sebenarnya yang tidak pernah Saya tahu?'' Gumam Marren setelah teringat serangkaian peristiwa yang mereka alami.Wanita cantik itu menitikkan air matanya saat ia kembali teringat penuturan Arthur tentang semua rahasia di balik pernikahannya dengan Ar
Read more
Chapter 35
Arsan bergegas bangkit dari ranjang dan mendekati Arland dengan langkah-langkah panjang."Kenapa kau ada di sini? KENAPA?" Arsan menarik kerah kemeja Arland. ''Saya hanya mengantar Mommy Madya. Dia Mommy-nya Marren dan dia berhak tahu, Arsan!" bantah Arland dengan tetap bersikap tenang. Arsan mendorongnya menjauh dengan kesal. "KAU YANG MEMBUATNYA SEPERTI INI! KAU...!'' "CUKUUUUP!" pekik Madya histeris menghentikan pertikaian dua Pria bersaudara itu."Diam atau kalian pergi dari kamar ini! Lihatlah Marren!" lanjutnya di sela isaknya. Kedua Pria itu terdiam walau masih saling menatap penuh dendam. Mereka lebih memilih diam dan kembali mendekati ranjang di mana Marren kembali berbaring. Kedua pria itu berkaca-kaca saat menatap wanita paruh baya itu menciumi wajah pucat Marren yang makin terlihat makin kurus. ''Sayang... bangun, Nak. Ini Mommy, Sayang... Mommy mohon, Nak... Kamu satu-satunya kekuatan Mommy, N
Read more
Chapter 36
Marren terbangun dari tidurnya karena merasakan getaran yang berasal dari ponsel yang ternyata ada di bawah tangannya. Tanpa sadar ia meraih ponsel itu bahkan sebelum membuka matanya dengan benar. la memencet tombol penerima sambil mengerjap-kerjapkan matanya. "Tuan muda maaf mengganggu waktu Anda, lelaki itu mati Tuan. Kami gagal membuatnya buka mulut," Marren mengerjap lebih cepat dan melongo bengong. "Kabarnya dia bunuh diri Tuan!" ''APA? SIAPA?'' pekik Marren dengan suara bergetar. Seketika telepon tiba-tiba terputus. "Hallo? Hallo? Heiii... Hallooo?" Panggil Marren dan ia baru menyadari saat menatap benda itu baik-baik, rupanya ponsel yang dipegangnya adalah ponsel milik Arsan, yang kini terbangun karena suaranya dan menatapnya dengan wajah tidak bersahabat."Em... Maaf Saya tidak sengaja, Saya tidak tahu..." ucap Marren memberikan ponsel yang ada dalam genggamannya kepada Arsan yang telah mengulurka
Read more
Chapter 37
"Arsan, bagaimana kamu bisa tahu lokasi penculikan Saya saat itu? Sejak kemarin Saya ingat, saat itu ponsel Saya hilang entah ke mana, dan ya Saya... mulai ingat sedikit demi sedikit tentang apa yang terjadi," tanya Marren yang telah bersiap berjalan-jalan ke pantai pagi itu. "Syukurlah kalau kamu mulai mengingat semuanya tanpa rasa tertekan lagi, ternyata pilihan berlibur berdua ke pantai memang bagus, ya? Ah, dan memang kita belum sempat melakukan honeymoon sejak kita menikah, heeemmm...." Balas arsan antusias serta tersenyum puas menatap Marren yang mengenakan gaun tanpa lengan sepanjang lutut dengan motif pantai."Kamu sangat pas memakai baju itu. Ah tidak! Kamu memang selalu pas. memakai baju model apa pun. Tapi Saya lebih suka membukanya semua..." lanjutnya dengan tawa lepas. "Arsaaaan!" Pekik Marren yang menahan kesal karena pertanyaannya diabaikan oleh suaminya yang lebih fokus dengan poin pembicaraan yang lainnya bahkan mulai berpikir
Read more
Chapter 38
"Wow, wow, wow! Bukankan ini masih terlalu pagi?" ucap Arland yang berdiri di depan pintu pondok dan membuat aktivitas Marren bersama Arsan terhenti serta membuat Arsan kalang kabut menutupi tubuh telanjang Marren. "BAJINGAN KAU ARLAND! APA YANG KAU LAKUKAN DI SINI? SIALAN!" maki Arsan dengan emosi. ''TAK BISAKAH KAU MENGETUK PINTU? SIALAN!" "Ya maaf saja, pintu terbuka lebar di waktu pagi begini, semua orang juga pasti berpikir kalian sedang sarapan pagi atau berjemur di luar," jawab Arland mengutarakan fakta dengan sikap tidak merasa bersalah sama sekali. Sambil mencebik ia beringsut meninggalkan pintu itu."Maaf mengganggu, lanjutkan saja Saya akan menikmati, ups sorry! Maksud Saya, Saya akan menunggu." Arland membanting pintu pondok hingga tertutup rapat. Sementara Arsan duduk, Marren yang menutupi wajahnya dengan bantal mulai membuka wajahnya perlahan."Oh... Ini memalukan.... Mau ditaruh di mana muka Saya ini? Ooohh..." keluh Marren dengan wajah merah padam. "Kenapa malu, k
Read more
Chapter 39
Beberapa hari ini Marren merasakan kasih sayang dan rasa cinta Arsan yang berlimpah ruah padanya. Segala perhatian dan hadiah tidak pernah lekang untuk Marren, seolah mereka seperti pasangan yang baru beberapa hari menikah. Walau sempat merasa tidak enak hati, Marren mencoba mengabaikan itu agar ia bisa menaklukkan hati Arsan dan mendapatkan informasi tentang kematian Daddy dan kakeknya diam-diam. Namun sekali lagi rencana yang Marren susun harus tertunda karena ia harus menghadapi sebuah kenyataan yang membuka jati dirinya di muka umum seperti yang terlihat pagi itu. Puluhan wartawan dari berbagai media massa kini berkumpul di depan rumah mereka demi mengejar sebuah berita yang sempat menghebohkan dunia maya dalam sepekan. Marren menghela napas panjang setelah membaca sebuah berita di media sosial yang memajang foto dirinya yang sedang duduk di kursi roda dalam dorongan Axel saat mereka keluar pulau. Berita yang menghebohkan dengan foto-foto dirinya yang beredar, kini menjadi t
Read more
Chapter 40
Marren terpekik kaget dalam perlindungan Arsan tak kala bongkahan batu yang telah melewati kaca itu menimbulkan kegaduhan dan membuat pecahan kaca itu bererakan di bawah kaki mereka. Arsan langsung memungut bongkahan batu yang dibungkus dengan kertas dan segera membuka kertas itu dengan wajah merah padam setelah membaca tulisan yang tertera di sana. PEMBUNUH! Marren membekap mulutnya dan menatap Arsan yang meremas tulisan itu. Sementara keadaan di luar makin tidak terkendali oleh kegaduhan dan beberapa orang yang berkelahi. Dengan gusar dan berjalan secepat mungkin Arsan menuju luar pagar, namun lagi-lagi di hadang oleh salah satu satpam yang berjaga. "Tuan Muda, sebaiknya jangan keluar, kita tidak tahu apalagi yang mereka bawa, lagi pula si perusuh sudah diringkus oleh pak Juan bersama gabungan sekuriti kompleks, Tuan Muda," sergah Supri melaporkan. "Begitu?" sahut Arsan singkat mendengus kesal. "Baiklah, pelakun
Read more
Chapter 41
"Tunggu saja kau Ryzadrd!" sambung Pria itu penuh dendam menghadapkan wajahnya lurus-lurus ke kamera seraya menunjuk dengan jari telunjuk seolah ada Arsan di hadapannya, sebelum akhirnya kedua orang itu meninggalkan konferensi pers dengan diapit beberapa pengawal keamanan. Marren menatap segala perubahan raut wajah Arsan yang menghela napas panjang dengan wajah kaku dan dingin. Dengan was-was karena menunggu ledakan amarah dari suaminya seperti yang dulu-dulu sering ia lakukan jika sedikit saja ada sesuatu yang tidak beres. Akan tetapi tidak untuk kali ini. Arwana mematikan televisi dan melemparkan benda kotak pengendali jarak jauh yang digenggamnya ke atas sofa.''Axel? Apa kamu baik-baik saja?" tanya Marren dengan lembut dan takut-takut. Hal itu membuat Arsan memalingkan wajahnya menatap Marren yang menatapnya dengan tatapan khawatir. Arsan mendekat kepada Marren yang duduk di tepian ranjang. Pria itu menatapnya dalam-dala
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status