Marren seorang Mahasiswi di salah satu universitas, bertampang cantik nan cerdas dan pandai bela diri, sedang menghadapi cobaan hidup yang datang silih berganti. Memasukkannya ke jurang dimana terpaksa menikahi seorang pria yang tidak dia kenal karena hutang mendiang Ayah dan kakeknya di masa lalu. Arsan Ryzadrd adalah seorang pria yang sangat di kagumi oleh para wanita serta dincar untuk mendapatkan sang pria. Namun, ketika Sang istri didekati pria lain yang tidak lain adalah kakak nya sendiri, mengubah dirinya menjadi sosok yang posesif.
View More"Kurang ajar, bagaimana dia bisa sampai keluar?" pekik James dengan marah. Melihat Marren terjatuh, Azel segera melepaskan diri dari cengkeraman Marren.Namun, perempuan berambut pirang itu bukannya segera berlari tetapi ia malah kembali kepada Marren dan menyerangnya. Mengira Marren telah kalah, Azel berusaha menendang Marren yang berusaha bangun dari jatuhnya dengan posisi duduk."Dasar perempuan jalang! Sialan!" umpat Azel seraya menyerang Marren. Melihat kaki Azel yang melayang ke arahnya, dengan cepat Marren menangkap dan menariknya hingga tubuh Azel terjatuh di tanah yang telah basah akibat deburan ombak. Dengan kesal tanpa pikir panjang Marren menarik paksa selimut yang membungkus tubuh Azel. Azel memekik histeris karena lelan berhasil di pecundangi Marren. ''TUTUP MATA KALIAN!" Pekik James dengan suara menggelegar. Spontan para pengawal yang melingkari Marren dan Azel membuang muka serta
Marren menyusun rencananya dengan matang, seraya ia memaksa makan secukupnya.la berpura-pura ke kamar mandi, dengan berjalan membungkuk dia mengakali CCTV ruangan itu untuk membawa map perjanjian yang di berikan James padanya. Dalam kamar mandi Marren memfoto semua berkas itu dan mengembalikan semuanya dengan rapi.'Semoga Pak Jack bisa mengirimkan ini pada Arsan atau kak Arland. Dan dengan begini, bukti semua sudah ada di tangan kami," pikir Marren dengan memantapkan hati. ''Dan sekarang adalah Azel! Saya harus memastikan sendiri sebelum Saya bisa keluar dari tempat ini. Saya benar-benar merasa ada sesuatu yang tidak beres. Wajahnya yang pucat itu benar-benar pucat atau hanya sekedar make up? Kuku itu, Saya benar-benar tidak nyaman melihat kuku-kuku panjangnya," gumam Marren dalam benaknya. Marren memanggil pengawal yang menjaga pintu kamarnya untuk membawanya ke kamar Azel, dengan dalih ingin menjenguk gadis itu dan ingin meminta ob
James terkekeh, "Oh, maaf, Saya sudah terbiasa dengan sebutan itu untuk Si Tua Ryzardr," ia kembali terkekeh. ''Jadi aku pun terbiasa menyebut para orang tua itu seperti itu. Dan... ya, dalam surat wasiat kakekmu, pewarisnya harus tetap dalam keadaan hidup. Jika tidak ada satu pun pewaris Mahendra dalam keadaan hidup maka semua kekayaan milik Mahendra akan di serahkan kepada pemerintah untuk di kelola untuk badan amal. Tentu saja kami tak rela!" "Kami?" sela Marren yang membuat James tampak gelagapan karena terlepas bicara. "Ah, maksudku Si Tua Ryzardr dan mereka itu," sahut James terbatuk batuk dan membuatnya melemparkan rokoknya dengansembarangan di atas asbak alam. Pria itu menggerutu dan menggeram kesal karena batuknya, namun Marren mengetahui bahwa Pria itu hanya sedang mengalihkan perhatian Marren."Bagaimana Anda tahu isi surat wasiat itu?" lanjut Marren menelisik. ''Pengacara kakekmu membacakannya dalam sidang dewan
Jantung Marren seolah berhenti berdetak menatap apa yang ada di hadapannya. Sebuah poster besar yang berasal dari foto Arsan dan seorang wanita cantik mengenakan pakaian serba putih selayaknya mereka sedang foto pranikah. Dan yang paling membuatnya begitu terkejut hingga membeku, ia menatap. sosok seorang perempuan itu kini terbaring lemah di sebuah ranjang dengan mata tertutup dan berselimut tebal. Wajah pucat perempuan itu terlihat tirus dan sangat menyedihkan. "Dia....?" ucap Marren begitu tercekat. "Ya, dia putri Saya. Azel. Sejak bajingan itu mencampakkannya dia melewati hari-harinya hanya seperti ini. Apa kau pikir Saya akan diam saja melihat putri Saya melewati hari-harinya terbaring lemah seperti ini? KAU PIKIR AKU HARUS DIAM SAJA!'' James meninggikan suaranya seolah terlepas ucapan hingga mengejutkan Azel dan membuat gadis itu membuka matanya dengan sayu. 'Sayang, Sayang, maafkan Daddy, Nak? Maafkan Daddy... Daddy tidak berm
"Bukankah sudah jelas siapa menantang siapa?" sahut Marren berdiri bersedekap.Kedua pengawal yang berdiri di belakang Marren bergerak maju, namun di tahan oleh gerakan tangan James. "Kau sungguh herani, Nona. Ya, kau memang benar-benar keturunan si Mahendra itu," sindir James terkekeh memuji sikap Marren seraya bertepuk tangan. ''Saya bukan Nona. Saya adalah Nyonya Arsan Ryzardr !" ucap Marren meralat ucapan James sekaligus menegaskan. "Aaa... Ya, ya, hari ini, detik ini kau masih menyandang status itu. Tapi lihat saja nanti bagaimana kau akan sangat membenci statusmu setelah kau mengetahui semua tentang pria itu, suamimu!" sela James sebelum ia kembali melahap sepotong besar daging dengan nikmatnya. ''Apa maksud Anda? Tolong jangan berbelit-belit," sahut Marren dengan tidak sabar. James menggerakkan tangannya kepada salah satu pengawal yang ada di belakangnya, lalu pria berbadan kekar itu membawa sebuah laptop dan meletakkannya di atas meja. James mengetik pada benda kotak ters
Jantung Marren berdebar sangat kencang ketika tiba-tiba deru mobil yang membawa dirinya memperlambat kecepatannya tanda mereka akan segera sampai pada tempat yang di tuju. Marren menunggu dengan gelisah karena ia tidak bisa mencari tahu di mana ia berada akibat kaca mobil yang sengaja di tutup oleh kain hitam dan terdapat penyekat tertutup dalam mobil yang menghalangi pandangan Marren pada kaca depan mobil. Marren duduk dengan tegak, karena dua laki-laki yang mengapitnya terlihat mulai bersiap-siap untuk turun. Marren memandang kedua pergelangan tangannya yang terikat. Walau tisak sekuat ikatan tangan Laura yang tampak olehnya, namun Marren berpikir untuk tidak melawan demi menyelamatkan Arsan dan menemukan dalang penculikan tersebut. "Mari Nyonya, kita sudah sampai," ucap salah satu orang yang duduk mengapitnya seraya membuka pintu mobil yang telah berhenti dengan aman. Tanpa menjawab Marren mengikuti langkah kaki Pria berbadan ting
Arland menatap Arsan yang berjalan perlahan menuju gudang tua yang ada di tepian dermaga yang menjorak ke laut. pria itu mengikuti langkah Arsan melalui teropong kecil di tangannya. Kegiatannya terganggu oleh getaran ponsel dari saku jasnya yang terus menerus berbunyi. Seraya mengernyit ia membuka saluran telepon yang ada di tangannya yang hanya memperlihatkan deretan angka asing. ''Siapa ini?" tanya Arland tanpa basa basi.''Tuan Arland! Ini Jack bodyguard yang menjaga rumah Tuan Muda Arsan. Tuan, tolong segera mundur! Ini perangkap! Ini perangkap, Tuan!" pekik Jack dari seberang saluran. ''Apa maksudmu?" tanya Arland terkejut. ''Baru saja sang pelaku menelepon melalui ponsel Tuan Muda Arsan yang tertinggal di rumah, dan memberitahukan di gudang itu ada peledak yang aktif dan sewaktu-waktu akan di ledakkan!" papar Jack dengan suara panik. ''APA?" sahut Arland kembali memasang teropongnya dan mendapati Arsan telah
"Kau yakin mereka tidak menjebakmu?" tanya Arland setelah mereka sampai di alamat yang tertera pada sobekan kertas di tangan Arsan. Arsan mendengus untuk ke sekian kalinya karena ia harus bekerja sama dengan Arland demi membebaskan Laura. "Mau hagaimana lagi? Tidak ada petunjuk apa pun selain alamat ini, mau tidak mau kan kita harus datang ke tempat ini," sahut Arsan menatap tajam Arland."Kalau kau memang merasa semua ini tidak masuk akal, lalu apa rencanamu?" imbuhnya mencoba mengalahkan egonya. Arsan mencoba meredam segala perseteruan yang masih mengganjal di antara mereka seperti pesan Marren sebelum akhirnya istrinya rela melepaskan kepergiannya demi misi malam itu."Sayang, fokuslah pada penyelamatan ini, jangan memikirkan masalah kalian, Anggap itu bukan Arland, karena jika kamu emosi kamu akan hilang kendali, Arsan," ucap Marren mengingatkan dan memasangkan jaket pada Arsan."Sayang, kamu lupa, ya. Hanya kamu yang bisa
"Apa? Oke, baik!" "Ada apa? Kenapa John menelepon?" "Kita kembali, target sudah ditemukan!" "Tapi bagaimana dengan si laki-laki yang tidak di temukan? Seharusnya kita membawa keduanya, 'kan?" ''Tidak masalah, yang penting kita sudah menemukan target utama! Ayo!" "Awas saja jika ternyata kita harus bekerja dua kali! Mestinya sekaranglah saatnya, karena mereka sedang tidak dalam pengawalan seperti biasanya." "Tutup mulutmu! Ikuti saja perintah John!" Arsan dan Marren menunggu dengan tegang di balik semak dan pepohonan. Bahkan Marren seolah menahan napas dalam pelukan Arsan setelah mendengar percakapan beberapa pria yang semakin lama menjauh dari tempat persembunyian mereka. Setelah beberapa lama mereka memastikan tidak ada suara apa pun lagi yang terdengar, Arsan keluar dari persembunyian diikuti oleh Marren, "Sebenarnya siapa mereka, Arsan? Sepertinya mereka sedang mencari seseorang," ucap Marren dengan n
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.