Semua Bab Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya : Bab 11 - Bab 20
54 Bab
Bab 11. Tidak memiliki rasa iba
Satu harian ini tubuh Nayyara benar-benar sangat lemas dan juga lemah, sepertinya sakit lambungnya kembali kumat di karenakan melewatkan makan malam dan juga sarapan hingga siang hari ini ia belum juga memakan apa-apa. Hari ini Nayyara tidak bekerja lantaran sang bunda memintanya untuk menemani Rania bertemu dengan salah satu dosen yang akan membimbing Rania menyelesaikan skripsi kuliahnyaMeskipun Nayyara masih marah pada Rania, akan tetapi ia juga tidak tega meninggalkan adiknya itu seorang diri. Apalagi berduaan dengan pria yang sudah berumur dan terkenal dengan kegenitan nya, Nayyara mengetahui itu saat ia masih menjadi asisten dosen di kampusnya dulu, dan dengan secara kebetulan pria tua itu juga yang menjadi dosen pembimbing Rania saat iniSesekali, Nayyara merintih kesakitan dan memegangi perutnya yang terasa perih bahkan kini wajahnya sudah terlihat sedikit pucat. Nayyara berusaha untuk tetap bertahan sampai Rania selesai dengan urusannya"Aku di jemput temanku" ucap Rania ber
Baca selengkapnya
Bab 12. Terlalu ambisius
Malam ini sepertinya Nayyara akan kembali tidur di teras, ia tidak di perbolehkan masuk sebelum matahari terbit oleh bundanya yang menguncinya sendirian di luar. Sebenarnya hal itu bukan lagi hal yang baru bagi seorang Nayyara, ia sudah biasa tidur dengan keadaan yang seperti itu Nayyara sudah biasa tidur dengan di peluk oleh kesunyian dan kesakitan"Jika banyak orang yang mengatakan bahwa rumah adalah sebaik-baiknya tempat kita pulang, tapi kenapa aku tidak merasakan itu? Aku memang hanya seorang anak pungut bunda, tapi apa selama aku menjadi putri kalian apa tidak pernah sekalipun kalian bahagia atas hadirnya aku?" lirih Nayyara dengan air mata yang sudah membasahi pipinya, Nayyara menyenderkan kepalanya di lutut ia terisak dengan tubuh yang menggigil menahan dinginnya malamDua hari berlalu setelah kejadian dimana Nayyara di siksa oleh Fania Bundanya sendiri, hari ini gadis yang masih terlihat sedikit pucat itu akan kembali bekerja. Luka di tubuhnya juga belum sepenuhnya pulih, beg
Baca selengkapnya
Bab 13. Sesak
Tidak akan ada kata baik-baik saja saat mengetahui keluarga kita sendiri berusaha untuk menghancurkan kita yang notabene adalah seorang anak. Meski tidak lahir dari rahim seorang ibu yang mengadopsi nya, namun bukan berarti Nayyara harus di perlakukan sebegitu kejamnya, dimana hati sepasang suami istri itu? Mengapa mereka begitu tega pada anak yang dahulu mereka ambil dengan sebuah janji akan memperlakukan nya selayaknya anak sendiri? Nayyara meluruhkan tubuhnya di pintu kamarnya yang ia tutup setelah mendengar percakapan ketiga orang tersebut. Ia terisak menangis pilu meratapi nasibnya yang hanya sebagai anak pungut di rumah itu"Ayah, bunda, kenapa kalian begitu tega padaku? Apa salahku? Kenapa dulu mengambil-ku jika hanya untuk di sakiti setelah mendapatkan apa yang kalian mau?" lirihnya dengan menangis terisak Nayyara teringat ia belum melaksanakan shalat Isya nya yang sudah terlewat beberapa menit itu, dengan langkah gontai Nayyara menuju kamar mandi untuk membersihkan diri ser
Baca selengkapnya
Bab 14. kemana harus pergi?
"Bagaimana kakak-ku sayang, kau suka dengan hadiah spesialnya dari aku?" ucap Rania dengan senyum penuh kemenanganNayyara hanya mampu tersenyum menanggapi Rania yang sepertinya memang sengaja mencari masalah dengannya. Bukannya memang selalu seperti itu? Rania akan selalu merasa puas dan juga bahagia jika melihat kehidupan Nayyara penuh dengan kesengsaraanGadis yang tidak pernah mau kebahagiaan itu menghampiri Nayyara selalu saja mencari seribu cara untuk membuat sang kakak menderita. Alasannya hanya karena Nayyara lebih segalanya darinya, berparas cantik, pintar, baik hati dan yang pastinya di sukai banyak orang, bahkan sang nenek sendiri selalu saja memuji dan membandingkan kepribadian Nayyara dengan dirinya dan tentunya hal itu menjadi salah satu pemicu Rania begitu membenci seorang Nayyara"Apa kau tuli? Ah, atau kau mau MENANGISI kehidupanmu yang sangat malang itu? Ini belum seberapa Nayya, ini masih permulaan. Aku akan membuatmu merasakan bagaimana rasanya hidup tapi seperti
Baca selengkapnya
Bab 15. Sebutir permata
Rania memandang Nayyara dengan kilatan amarah yang sudah memenuhi bola matanya. Seharusnya malam ini ia dan juga Faris membicarakan kelanjutan pertunangan yang di gantikan oleh dirinya, namun semuanya gagal, rencana yang sudah ia susun dengan rapi kini hancur berantakanRania memasuki toko milik Nayyara dan menghancurkan segala isinya dengan tidak berperasaan. Sementara Yacob menahan pergelangan tangan Nayyara yang berniat ingin menghentikan perbuatan Rania begitu juga dengan Salwa, Zahira dan juga Keisha, mereka di larang untuk menolong Nayyara dengan sebuah ancaman dari Yacob yang membuat mereka tidak memiliki pilihan lain selain mengikutinya"Ayah lepaskan, aku mohon. Bunda, tolong hentikan Rania, aku mohon" ucap Nayyara mengiba dengan terisak memohon pada kedua orangtuanya"Rania Hentikan! Ayah! Kalian semua tidak berhak merusak yang bukan milik kalian!" teriak Nayyara putus asa, sungguh ia sudah tidak bisa lagi mengalah untuk kali iniPlak"Berani kau meneriaki ku Sialan!"PlakP
Baca selengkapnya
Bab 16. Malu
Pagi itu, Nayyara kembali kerumah kedua orangtuanya dengan wajah sembab setelah semalaman ia melewati dengan penuh air mata. Nayyara menginap di sebuah hotel setelah beberapa kali menolak ajakan Alzena yang meminta ia untuk menginap di rumahnyaBukan maksudnya untuk menolak niat baik Alzena, hanya saja Nayyara tidak ingin terlalu banyak merepotkan gadis baik hati itu, apalagi mengingat mereka baru dekat beberapa bulan ini. Meskipun dengan berat hati Alzena mengiyakan permintaannya, tapi sepertinya gadis itu juga mengerti jika saat ini Nayyara masih membutuhkan waktu untuk menyendiriDengan rambut yang ia ikat asal, gadis yang memakai baju yang sudah tampak lusuh itu mengetuk pintu beberapa kali. Berharap keadaan hati kedua orangtuanya sedang baik, sehingga mengijinkan dirinya untuk mengambil barang-barang miliknyaCeklekPintu terbuka dan menampilkan sosok laki-laki yang memandang tajam ke arahnya, membuat Nayyara sedikit menunduk merasa takut pada tatapan tak bersahabat dari ayahnya
Baca selengkapnya
Bab 17. Tamu di atas tanah
"Kamu serius Al? Bagaimana bisa kita memenuhi target dalam waktu dua bulan?" ucap Nayyara menghentikan langkah Alzena yang baru saja keluar dari dalam ruangan milik Yazdan"Tenang saja Nay, aku percaya kita bisa memenuhi syarat dari Bang Yazdan. Kan ada kamu" balas Alzena dengan entengnya"Astaga, merintis itu bukan sesuatu yang mudah loh Al, semuanya butuh waktu dan juga proses," kata Nayyara tidak mengerti dengan jalan pikiran gadis di depannya itu. "Makanya aku percayakan sama kamu Nay, kamu kan sudah berpengalaman tuh dalam hal ini. Kamu ingin melanjutkan hobi kamu yang terhenti kan? Jadi, ini kesempatan kamu untuk memulainya kembali" Alzena berusaha menyakinkanNayyara berfikir sejenak, memang Nayyara tidak bisa berpaling dari hobinya membuat kue yang sedari dulu sudah sangat di gemari nya dan bermimpi ingin memiliki sebuah toko sendiri. Beberapa waktu lalu Nayyara sudah berhasil mewujudkannya, namun seperti yang di ketahui toko milik Nayyara kini sudah rata dengan tanah akibat
Baca selengkapnya
Bab 18. Baik-baik saja
Kondisi rumah mewah yang hanya diisi oleh beberapa orang itu kini berbeda dari sebelum-sebelumnya. Sunyi, itulah yang menggambarkannya saat ini, tidak ada lagi suara tangis yang terdengar, tidak ada lagi jeritan minta ampun dari seseorang yang mereka siksa tanpa belas kasih itu yang terdengar di telinga mereka, kini gadis itu benar-benar pergi dari kehidupan mereka Fania merasakan ada sesuatu yang hilang bersamaan dengan perginya Nayyara dari rumah itu. Ada sedikit rasa khawatir dan juga rindu yang memenuhi hatinya, namun Fania tetap saja berusaha untuk menepisnyaDulu saat melihat Rania yang selalu merasa iri dengan hidup Nayyara yang sempurna. Fania sangat-sangat ingin melihat Nayyara pergi dari rumah itu, ia tidak tega melihat putrinya terus-menerus membandingkan dirinya dengan Nayyara. Namun kini, entah mengapa wanita berusia lanjut itu seperti menyesali keputusannyaFania terbayang wajah Nayyara yang selalu tersenyum padanya meskipun baru mendapatkan perlakuan kasar darinya. Ia
Baca selengkapnya
Bab 19. Tidak menerima hadirnya
Siang itu, toko sekaligus kafetaria itu terlihat begitu banyak pengunjung yang memenuhi ruangan. Di iringi Arga yang selalu setia mendampinginya, Yazdan memasuki meja kosong yang terletak di pojok ruangan itu dengan seorang gadis yang memakai jilbab hitam itu melambaikan tangannya seolah sedang memberikan aba-aba bahwasanya ia sudah menunggu di sana"Sepertinya saya datang di waktu yang tidak tepat," ujarnya sembari melihat sekelilingnya"Memang selalu ramai begini setiap hari, jadi tidak ada kata waktu yang tepat bagi kami menerima tamu" ucap gadis berjilbab itu menyombongkan diri sedangkan gadis di sebelahnya hanya mampu tersenyum canggung"Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi" kata Yazdan memandang gadis di depannya itu dengan tatapan tajamnya"Ih, bang Yaz, orang lagi bercanda juga. Begini nih kalau bercanda sama kanebo kering, bawaannya serius mulu" sungut Alzena merasa sedikit kesalMelihat interaksi antara kedua orang di
Baca selengkapnya
Bab 20. keluarga yang utuh
Malam yang dingin membuat Yazdan melawan lelah serta kantuknya untuk beribadah. Sungguh, sangat berat rasanya untuk mengistiqomahkan diri dalam ibadah yang di sukai Allah, jika saja ia mau, maka Yazdan tidak perlu repot-repot untuk bangun dan juga beribadah. Namun kecintaannya pada ilahi Robbi membuat Yazdan melawan hawa nafsunyaSementara itu, di sebuah kamar yang berwarna coklat muda. Nayyara juga sedang terhanyut dalam sujudnya. Ia merasa begitu dekat dengan Allah di setiap kali mengerjakan shalat malamnya yang baru-baru ini ia kerjakan. Nayyara mendoakan semua orang yang ia kenal dan juga ia sayangi, terlebih kedua orangtuanya, Nayyara juga meminta semoga Allah beri ia kesabaran serta keikhlasan yang lebih luas lagi dan di jaga di setiap langkah dan juga napasnya.Kedua insan yang sama-sama terhanyut dalam sujudnya. Melangitkan harapan serta doa pada penduduk bumi, tiba-tiba semilir angin sejuk membelai lembut wajah keduanya, seolah-olah ikut mengaminkan doa yang mereka panjatkan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status