Semua Bab Disakiti Suami Di Bahagiakan Lelaki Bujang: Bab 11 - Bab 20
34 Bab
Bab 11
"Eh! Perempuan benalu, apa kamu tidak melihat cucian piring sudah menumpuk di belakang!" bentak Sukma hingga membuat Nia terkejut. "Maaf. Bu, apa tidak bisa hari ini aku beristirahat sebentar. Karena aku sedang tidak enak badan," jawab Nia sambil duduk di tempat tidurnya. "Tidak bisa! Pokoknya sekarang kamu bangun dan cepat kerjakan semua pekerjaan rumah." Sukma langsung menarik tubuh menantunya dan langsung membawanya ke dapur. Kehidupan Nia jauh dari kata sempurna. Bukan hanya dalam rumah tangga. Tapi dalam hal keuangan pun dia selalu kekurangan. Selama ini dia memang bekerja melayani lelaki hidung belang. Namun, seluruh uang tersebut justru di bawah oleh sang suami. Dia hanya memberikan uang 50 ribu per tamu. "Ya ampun lelah sekali rasanya," ucapnya sambil duduk di tempat tidur. Nia yang sudah kelelahan memutuskan untuk membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Baru juga dia memejamkan mata. Tiba-tiba terdengar suara ponsel berbunyi. [Halo, Nia. Apa kabar?] tanya Rafli m
Baca selengkapnya
Bab 12
"Apa jangan-jangan dia di rumah orang tuanya?" tebak Sukma. Mendengar perkataan sang ibu, Riko langsung melajukan motornya ke rumah mertuanya. Riko yang baru saja datang terlihat heran. Pasalnya rumah itu terlihat sepi seperti biasanya. Bahkan suara sang istri pun tidak terdengar. "Assalamualaikum … ." Riko mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. "Waalaikumsalam," jawab Indah. "Mau apa kamu kemari! Apa kamu belum puas karena sudah menghina kami di depan tetanggamu." "Kedatangan ku ke sini … ." "Ayah!" teriak ketiga anak Riko sambil berlari ke arahnya. "Ayah, Bunda mana? Kenapa hari ini dia tidak ke sini untuk menjenguk kami," tanya Sesil yang berdiri di hadapan sang ayah. "Nia belum kemari, apa jangan-jangan dia pergi bersama laki-laki itu," batin Riko yang terlihat berdiri mematung. "Ayah! Kenapa Ayah diam," ucap Sandi dan Doni secara bersamaan. Sambil terkejut. "Sekarang kalian masuk dulu, Ayah mau bicara sama Mbah Utie dan Akong." Mendengar perintah sang
Baca selengkapnya
Bab 13
"Mas, lusa aku akan pulang ke rumah orang tuaku. Karena keadaan ibuku semakin kritis," ucap Nia yang saat itu berbaring di samping Rafi. "Iya, aku tahu. Lagipula kamu juga punya anak disana, kasihan mereka jika kamu tidak ada," jawab Rafli sambil menoleh ke arah wanita yang ada di sampingnya. Sambil memeluk tubuh Rafli. "Mas, aku nyaman bersamamu. Aku merasa bahagia bisa hidup bersamamu, kamu membuatku tertawa bebas." Perlahan Rafli mulai mencium bibir wanita muda itu. Perlakuan lembut Rafli membuat Nia merasa nyaman, hingga perlahan dia mulai membalasnya. Namun, baru saja Nia merasakan kenikmatan surga duniawi. Rafli tiba-tiba menghentikan aksinya. "Tidak, kita tidak boleh melakukan ini. Kamu bukan istriku, Nia," ucap Rafli yang langsung membelakanginya. "Kenapa? Bukankah kamu mencintai ku," jawab Nia yang terlihat kecewa. "Aku mencintaimu, tapi bukan berarti aku harus merusakmu. Laki-laki akan menjaga wanitanya jika dia benar-benar mencintainya, bukan malah merusaknya." R
Baca selengkapnya
Bab 14
Sejak saat itu kehidupan Nia mulai berjalan normal. Indah yang tidak terima dengan perlakuan menantu dan besannya itu melarang sang putri untuk tinggal bersama Riko. Hal itu tentunya membuat Riko marah dan tidak terima dengan keputusan mertuanya. "Kalian lihat saja apa yang akan aku lakukan pada putri kesayanganmu," batin Riko yang langsung meninggalkan rumah itu. [Bagaimana keadaan Ibu? Apa dia baik-baik saja,] tulis Rafli pada pesan singkat. [Ibuku baik, ternyata semua itu hanya kebohongan suamiku. Dia dengan sengaja membohongiku,] balas Nia. [Kurang ajar sekali dia, tapi kamu disana baik-baik saja 'kan.] [Alhamdulillah. Aku baik,] tulisnya sambil di sisipi emoticon senyum. Nia yang saat itu sedang berbaring di kamar. Terlihat terkejut saat melihat pintu kamarnya terbuka. Dengan segera dia menyembunyikan ponselnya. "Nia! Apa kamu tidak makan siang?" tanya Indah yang sudah berdiri di depan pintu. Sambil membuang nafas lega. "Ibu, aku pikir siapa." "Kamu pikir Ibu ini
Baca selengkapnya
Bab 15
"Halo, Mas. Aku pergi dari rumah," ucap Nia saat panggilannya terhubung. "Pergi dari rumah! Kenapa, apa ada yang menyakitimu?" tanya Rafli penasaran. "Mas Riko membawaku ke hotel. Padahal sebelumnya dia bilang jika dia akan mengajakku ke penggadilan agama, beruntungnya aku masih bisa kabur." "Penggadilan agama? Bukannya kamu bilang kalian sudah resmi bercerai!" ucap Rafli yang terdengar kaget. "Ceritanya nanti saja, Mas. Sekarang aku mohon selamatkan aku dulu." Nia terdengar ketakutan. "Baik-baik, sekarang kamu ada dimana?" tanya Rafli yang terdengar khawatir. "Aku ada di Terminal. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa ketempatmu," ucap Nia yang mulai ketakutan. "Kamu sekarang tenang dulu, kamu cari apa disana ada tempat travel. Biar aku yang bicara pada mereka." Nia yang ketakutan segera mencari agen travel terdekat. Dengan segera dia menyerahkan ponselnya dan membiarkan mereka bicara dengan Rafli. Setelah beberapa saat agen travel menyerahkan kembali ponsel milik Nia. "K
Baca selengkapnya
Bab 16
"Assalamualaikum," ucap Rafli sambil masuk ke dalam rumah. "Waalaikumsalam," jawab Nia. "Ini kopimu, Mas." "Alhamdulillah, kebetulan aku haus sekali." Rafli langsung mengambil cangkir yang ada di depannya. Setelah menikmati kopi buatan Nia. Rafli langsung menggambil sebatang rokok dan langsung menyalakannya. Sementara itu, Nia yang sejak tadi di dapur langsung duduk di samping Rafli. "Hari ini ada pesan masuk dari Yuni," ucap Nia hingga membuat Rafli terkejut. "Yuni!" ucap Rafli sambil langsung menoleh ke arah wanita yang ada di sebelahnya. "Memang Yuni itu siapa. Mas? Apa dia kekasihmu." Nia terlihat penasaran. Perlahan dia mulai menceritakan siapa Yuni. Yuni adalah seorang wanita muda berusia 25 tahun. Dia adalah salah satu wanita yang mampu membuat Rafli mati rasa. Rafli yang saat itu masih menempuh pendidikan di sebuah universitas. Dianggap sebagai pria yang tidak memiliki masa depan. Tidak hanya itu, usia yanh terpaut 15 tahun membuat Kakak Yuni menentang hubungan
Baca selengkapnya
Bab 17
Sejak saat itu Nia terus menyembunyikan penyakit yang dideritanya. Dia berusaha terus terlihat baik-baik saja saat ada di dekat sang suami. Hingga suatu hari, Nia yang saat itu sedang menikmati masa liburnya tiba-tiba mendengar suara ponsel dari samping televisi. Sambil memegang ponsel. “Ternyata ponsel Mas Rafli tertinggal.” Nia yang saat itu merasa penasaran akhirnya memberanikan diri membuka sebuah pesan singkat yang ada di ponsel Rafli. Terlihat sebuah nama Yuni terpampang jelas pada ponsel tersebut. Perlahan Nia mulai membuka pesan singkat tersebut. “Assalamualaikum, A’. Apa kabar? Sekarang kamu tinggal dimana, aku ingin menemuimu.” Tulis Yuni pada pesan singkat tersebut. “Yuni? Bukannya dia itu mantan kekasih Mas Rafli,” ucap Nia dengan wajah bingung. Nia yang tidak ingin membuat dirinya semakin memikirkan keberadaan pesan singkat itu. Akhirnya memutuskan untuk meletakkan kembali ponsel milik Rafli. Sore hari, Rafli yang baru saja pulang dari kerja terlihat buru-buru me
Baca selengkapnya
Bab 18
Rasa sesak dan sakit terlihat begitu jelas di kedua mata Nia. Rafli yang merasa iba dengan apa yang dialami sang istri terlihat memeluk Nia dengan begitu erat. Pelukan Rafli ternyata mampu membuat Nia berangsur-angsur membaik, hingga akhirnya mereka pun memutuskan untuk pulang. Sambil membantu Nia berbaring di tempat tidur. "Sekarang kamu istirahat dulu ya, biar aku siapkan makan malam untukmu." "Mas." Nia langsung memegang tangan Rafli yang akan meninggalkannya. "Ada apa? Apa ada yang ingin kamu katakan kepadaku," tanya Rafli sambil tersenyum dan duduk di samping Nia Nia yang masih merasakan sakit di hatinya langsung memeluk Rafli dengan erat. Air mata kembali mengalir dari kedua matanya yang indah. Dengan lembut Rafli mulai mengecup kening sang istri. "Katakan saja apa yang sudah membuat hatimu sakit, aku yakin semua itu akan membuatmu jauh lebih tenang!" perintah Rafli sambil mengusap air mata Nia. Perlahan Nia pun mulai menceritakan semua kejadian yang baru saja dialamin
Baca selengkapnya
Bab 19
Rafli yang khawatir dengan keadaan Nia langsung membawa sang istri ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Nia yang masih menangis kesakitan langsung dibawa ke ruang UGD. Satu jam berlalu hingga Dokter Mega akhirnya keluar dari ruang UGD. "Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanya Rafli yang terlihat panik. "Tidak ada jalan lain, Ibu Nia harus melakukan pengangkatan tumor dan rahimnya." "Ya Allah bagaimana ini, apa yang harus aku lakukan sekarang? Jika aku mengizinkan secara otomatis aku tidak akan pernah bisa punya keturunan, tapi jika aku menolak bagaimana dengan kondisi Nia," batin Rafli yang terlihat menunduk. Sambil menepuk pundak Rafli. "Pikirkan semuanya baik-baik." Pilihan itu adalah sebuah pilihan yang sulit bagi Rafli. Selain tidak akan pernah mendapat keturunan Rafli juga pasti mendapat cemooh dari banyak orang. Sesaat Rafli terdiam hingga akhirnya dia memutuskan untuk masuk menemui sang istri. "Bagaimana keadaanmu?" tanya Rafli sambil memegang tangan Nia. "
Baca selengkapnya
Bab 20
"Maaf, ini siapa." Tulis Nia dalam pesan singkatnya. Tidak berapa lama, nomor tersebut akhirnya menghubunginya. Riko yang selama ini hampir dilupakannya kini ternyata kembali hadir dalam hidupnya. Luka yang mulai mengering kini kembali terbuka bersamaan dengan kedatangan Riko. "Halo," ucap Riko melalui panggilan telepon. "Maaf. Untuk apa kamu menghubungi ku lagi? Aku sudah tidak ada urusan apapun denganmu," tanya Nia dengan ketus. "Sampai kapanpun kamu tidak akan bisa lepas dari ku, Nia. Aku akan pastikan hidupmu penuh dengan penderitaan dan air mata," jawab Riko yang terdengar tertawa. "Cepat katakan apa maumu? Setelah itu jangan pernah ganggu kehidupanku lagi, kita sudah resmi bercerai, Mas. Apa lagi yang kamu harapkan dariku." "Mau ku sederhana, aku ingin kamu kembali padaku. Simpel 'kan," jawab Riko. "Tidak! Sampai kapanpun kita tidak akan bisa bersama, aku dan kamu sudah memiliki kehidupan masing-masing jadi kita tidak akan bisa bersama," jelas Nia. "Baik kalau beg
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status