All Chapters of Mentari Pernikahan Dini : Chapter 11 - Chapter 20
53 Chapters
11. Gala salting
"Aku salah a-pa? Tega sekali mereka menghujatku padahal selama ini aku nggak pernah sekalipun berbuat jahat pada mereka."Di dalam salah satu bilik toilet, Mentari menangis sejadi-jadinya menyalurkan rasa sesak di dadanya.Dia tak habis pikir dengan semua orang yang berpikiran buruk tentang dirinya. Padahal mereka pun tau, selama ini dirinya tak pernah berperilaku yang mencerminkan bahwa ia adalah seorang perempuan murahan seperti yang orang-orang katakan.Mentari mematut dirinya di depan cermin. Matanya yang memerah dan sembab membuatnya lebih mirip Drakula dari pada manusia.Pikiran Mentari langsung tertuju kepada seseorang, yaitu suaminya."Maafin Tari, Kak Gala! Tadi Tari nggak jawab pertanyaan, Kak Gala. Saat ini Tari benar-benar butuh sendiri." Menteri bergumam lirih saat teringat dengan suaminya yang tadi ia abaikan.Pastinya Gala akan kesulitan menemui Mentari karena gadis itu pergi ke toilet yang jarang dikunjungi.Mentari terus saja meratapi nasibnya yang malang. Entah dosa
Read more
12. Tidak tertekan
"Sayang, kamu pulang sama Arumi dulu nggak papa, ya? Kakak mau langsung kerja soalnya. Udah dua hari Kakak nggak masuk kerja selama itu juga Cafe tutup. Orang pemalas ini mana mau buka Cafe sendirian." Gala melirik malas Alzi setelah mengusap pipi lembut Mentari.Sementara itu, Alzi tampak santai mendengar sindiran Gala sambil mencongkel lobang hidungnya."Gue bakalan tetep kaya meskipun nggak buka Cafe selama setahun. Lagian kalau lo nya nggak ke Cafe siapa yang bakalan masak? Karyawan gue 'kan cuma elo," ucapnya santai."Cih, kaya iya pemalas juga iya," sembur Gala membuat Alzi mendelik."Emang ya lo ini, gue ini bos lo kalau lo lupa. Dimuka bumi ini emang gue deh kayaknya bos yang nggak ada harga dirinya." Alzi mencabik kesal.Mentari terkekeh geli melihat perdebatan tak berujung Gala dan Alzi."Sana berangkat! Mau buka Cafe jam berapa lagi coba?" Mentari mendorong pelan dada Gala."Yaudah, Kakak berangkat dulu. Sampai jumpa nanti dirumah." Gala tersenyum cerah sambil melambaikan t
Read more
13. Air hangat
Tangannya begitu lihai memasak semua pesanan dari para pelanggannya.Pengunjung Cafe yang begitu banyak hari ini membuat Gala kewalahan. Belum lagi ia juga harus menjadi penyanyi demi mendapatkan gaji tambahan.Alhasil, Gala harus bolak balik ke dapur dan ke panggung sungguh hal itu berhasil membuat Gala sedikit lelah."Ini, Zi. Pesanan meja nomer enam." Satu nampan yang sudah terisi penuh dengan makanan lengkap dengan minumannya Gala sodorkan kepada Alzi.Selain sebagai pemilik Cafe, Alzi juga merangkap sebagai pengantar pesanan pelanggan.Alzi pun tak kalah lelahnya, kakinya tidak berhenti bergerak sedari tadi. Mulai dari Cafe dibuka Alzi dan Gala dibuat sibuk bukan main.Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam dan itu artinya sudah waktunya Cafe tutup."Huuff ... akhirnya kelar juga." Gala menghela nafas lega sembari melepas apron yang sedari tadi menempel di tubuhnya."Lo mau langsung pulang, Gal?" Alzi yang duduk selonjoran di atas lantai saking pegalnya bertanya kepada Gala
Read more
14. Sederhana
"Bahaya sayang ... lain kali nggak usah gitu lagi ya! Kalau air panasnya kena kaki kamu gimana coba? Pasti berat tuh angkut airnya ke kamar mandi."Mentari terkekeh melihat Gala yang cerewet. "Aku udah biasa kali, Kak."Tidak perlu bertanya lagi, Gala pun paham apa yang terjadi sebelumnya. Pasti istrinya yang mungil ini selalu merebus air panas untuk mandi keluarga durjana nya dulu."Yaudah kalau gitu Kakak mandi dulu. Kamu tunggu disini jangan kemana-mana dulu! Lain kali kamu nggak usah rebus air lagi karena Kakak udah biasa mandi air dingin."Mentari mengangguk patuh membiarkan Gala untuk mandi terlebih dahulu.Lima menit berlalu Gala kembali masuk kedalam kamar dan mendapati istrinya tengah berdiri masih ditempat yang sama seperti ia tinggalkan tadi."Loh, Sayang! Kenapa nggak duduk? Kamu nggak pegel berdiri terus."Mentari mengangguk. "Pegel, Kak," jawabnya dengan jujur."Kalau pegel ngapain masih berdiri? K
Read more
15. Gara-gara pelakor
Mentari meraih telapak tangan Gala untuk ia genggam, Mentari menampilkan senyum manisnya pada sang suami yang berusaha keras untuk membuat dirinya bahagia dan mencukupi semua kebutuhannya.Mentari sangat-sangat bersyukur pada Tuhan telah diberikan suami sebaik dan bertanggung jawab seperti Gala."Jangan dulu mikirin buat ajak Tari jalan-jalan, Kak! Mending kalau Kakak ada uang, lebih uangnya kita tabung buat kita jadi dana darurat. Kalau soal jalan-jalan, Tari yakin suatu saat nanti kita bisa jalan-jalan sepuas hati,” jelas Mentari panjang lebar.Gala sukses dibuat senang mendengar jawaban sang istri, Mentari memang sesederhana itu. Ia tidak akan menghamburkan uang untuk hal-hal yang menurutnya tidak penting.Rasanya hal itu sangat wajar mengingat Mentari selalu kekurangan uang jajan sedari kecil.Mentari bukanlah tipe perempuan yang akan bahagia diajak jalan-jalan padahal ia tau ada hal yang lebih penting lagi dari pada itu. Hidup mereka
Read more
16. Lirikan maut
Mentari meregangkan otot-ototnya yang terasa penat setelah belajar setengah hari ini. Pukul satu siang ia baru bisa istirahat padahal sudah berada dalam kelas sejak pagi buta.Semua Mentari lakukan demi mendapatkan nilai terbaik dan menjadi lulusan terbaik agar nanti ia bisa langsung bekerja di rumah sakit ternama sesuai dengan informasi yang ia dapatkan.Harapan Mentari hanya satu, semoga saja di masa depan nasibnya dengan Gala akan berubah setelah mereka sama-sama bekerja agar anak-anak mereka nanti tidak akan kesusahan seperti yang mereka rasakan saat ini.Tak jauh berbeda dengan Arumi. Gadis itu juga belajar dengan giat supaya bisa lulus dengan nilai yang memuaskan.Meskipun kapasitas otak Arumi tidak secerdas Mentari, setidaknya ia harus lulus dengan nilai memuaskan supaya tidak sulit-sulit amat mencari pekerjaan nantinya.Niatnya sih, Mentari dan Arumi ingin memiliki rumah sakit sendiri dan mereka berdua yang menjadi Dokternya di sa
Read more
17. Merebut hak
"STOOP!" teriak Arumi sembari mengangkat kedua telapak tangannya, "kalau kalian adu bacot terus kita kapan makannya?" Erang Arumi frustasi.Sikap Alzi dan Gala yang selalu petakilan dan selalu adu bacot dimanapun berada membuat Arumi jengah sendiri.Kalau saja ia bisa, ingin rasanya Arumi menendang kedua makhluk itu ke hutan Amazon.Melihat Arumi yang hampir ngereog, Mentari berinisiatif untuk menengahi perdebatan Gala dan Alzi dengan cara memanggil suaminya."Udah Kak Gala! Tari udah laper," keluh Mentari sedikit merengek.DrrrttGala langsung berdiri hingga menimbulkan suara decitan kursi yang beradu dengan lantai. Kalau sudah istrinya yang angkat bicara maka Gala akan langsung patuh.Sebucin itu Gala sama Mentari pemirsa."Kamu mau makan apa, Sayang?" Gala sudah berdiri dan bersiap memesankan makanan untuk istrinya tercinta."Nasi goreng aja, Kak," pinta Mentari tanpa berpikir lama.Tak lupa
Read more
18. Apa kabar?
Arumi menghela nafas kasar, ia harus mengalihkan pembicaraan agar Alzi tidak menyeramkan seperti ini lagi."Mukanya jangan nakutin gitu juga keles! Liat noh istri si Gala ketakutan liat rupa kamu." Arumi menunjuk Mentari dengan dagunya.Alzi ikut melirik Mentari, sejurus kemudian Alzi mendelik kesal. Dari ekspresi Mentari Yang Alzi lihat gadis itu tidak ada takut-takutnya, malahan Mentari sama sekali tidak menghiraukan mereka. Istri dari Gala itu malah sibuk memakan nasi gorengnya dengan lahap.Alzi menatap malas Arumi yang malah menatap kelain arah seperti tidak melakukan dosa. "Kamu ngibulin aku?" tebaknya dengan mata setengah memicing."He he ... makanannya jangan galak-galak! Kamu nggak cocok jadi orang galak, Zi." Arumi menyengir menampilkan deretan giginya yang rapi."Terus cocoknya jadi apa, Rum?" tanya Gala sambil melirik tipis Alzi dengan pandangan mengejek."Alzi tuh cocoknya jadi kayak biasanya aja. Kelakuan dia yang k
Read more
19. Toilet rusak
"Ada apa, Fania? Aku nggak punya waktu banyak. Aku udah hampir terlambat menghadiri kelas."Mentari menatap dingin adik tirinya.Mentari mati-matian menahan diri untuk tidak kehilangan kendali di depan Fania. Semenjak dirinya diusir dari rumah gara-gara drama yang Fania dan ibunya buat membuat Mentari muak melihat muka Fania.Fania tertawa setan tapi Mentari justru tetap bergeming ditempatnya. Entah apa lagi yang Fania akan lakukan pada dirinya."Nggak perlu buru-buru, bodoh! Harusnya lo nggak perlu kuliah lagi biar masa depan lo bener-bener hancur," sarkas Fania."Kamu nggak ada hak buat ngatur hidup aku lagi, Fania. Sekarang aku bukan lagi bagian dari kalian, aku rasa telinga kamu belum tuli saat ayah aku memutuskan hubungan dengan putri kandungnya sendiri hanya karena hasutan kamu dan ibumu," balas Mentari begitu menohok.Fani mengepalkan tangannya. Harga dirinya serasa diinjak-injak karena sekarang Menteri si gadis bodoh suda
Read more
20. Bingung
Arumi mengerutkan keningnya saat kelas sudah dimulai namun Mentari belum menampakkan batang hidungnya."Sahabat gue dibawa kemana sih sama si Gala?" Arumi berdecak pelan dan bergumam seorang diri.Ia persis seperti anak ayam kehilangan induk ditinggal mendadak oleh Mentari seperti ini.Yang Arumi tau dirinya dan Alzi ditinggalkan begitu saja oleh Gala dan Mentari saat di kantin tadi.Karena sibuk berdebat dengan Alzi, Arumi jadi tidak ngeh dengan keadaan sekitar.Arumi tidak tau kalau Menteri pergi ke toilet seorang diri dan Arumi juga tidak tau kalau Gala langsung kembali ke kelas karena malas menjadi obat nyamuk.Jadilah sekarang Arumi mengira bahwa Mentari menghilang karena ulah Gala yang membawa pergi sahabatnya itu diam-diam. 'Dari pada sibuk nebak-nebak kenapa nggak gue chat aja orangnya? Arumi ... Arumi lemot banget sih otak Lo.' rutuk Arumi pada dirinya sendiri lalu meraih ponsel dari dalam tas miliknya.
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status