"STOOP!" teriak Arumi sembari mengangkat kedua telapak tangannya, "kalau kalian adu bacot terus kita kapan makannya?" Erang Arumi frustasi.
Sikap Alzi dan Gala yang selalu petakilan dan selalu adu bacot dimanapun berada membuat Arumi jengah sendiri.Kalau saja ia bisa, ingin rasanya Arumi menendang kedua makhluk itu ke hutan Amazon.Melihat Arumi yang hampir ngereog, Mentari berinisiatif untuk menengahi perdebatan Gala dan Alzi dengan cara memanggil suaminya."Udah Kak Gala! Tari udah laper," keluh Mentari sedikit merengek.DrrrttGala langsung berdiri hingga menimbulkan suara decitan kursi yang beradu dengan lantai. Kalau sudah istrinya yang angkat bicara maka Gala akan langsung patuh.Sebucin itu Gala sama Mentari pemirsa."Kamu mau makan apa, Sayang?" Gala sudah berdiri dan bersiap memesankan makanan untuk istrinya tercinta."Nasi goreng aja, Kak," pinta Mentari tanpa berpikir lama.Tak lupaArumi menghela nafas kasar, ia harus mengalihkan pembicaraan agar Alzi tidak menyeramkan seperti ini lagi."Mukanya jangan nakutin gitu juga keles! Liat noh istri si Gala ketakutan liat rupa kamu." Arumi menunjuk Mentari dengan dagunya.Alzi ikut melirik Mentari, sejurus kemudian Alzi mendelik kesal. Dari ekspresi Mentari Yang Alzi lihat gadis itu tidak ada takut-takutnya, malahan Mentari sama sekali tidak menghiraukan mereka. Istri dari Gala itu malah sibuk memakan nasi gorengnya dengan lahap.Alzi menatap malas Arumi yang malah menatap kelain arah seperti tidak melakukan dosa. "Kamu ngibulin aku?" tebaknya dengan mata setengah memicing."He he ... makanannya jangan galak-galak! Kamu nggak cocok jadi orang galak, Zi." Arumi menyengir menampilkan deretan giginya yang rapi."Terus cocoknya jadi apa, Rum?" tanya Gala sambil melirik tipis Alzi dengan pandangan mengejek."Alzi tuh cocoknya jadi kayak biasanya aja. Kelakuan dia yang k
"Ada apa, Fania? Aku nggak punya waktu banyak. Aku udah hampir terlambat menghadiri kelas."Mentari menatap dingin adik tirinya.Mentari mati-matian menahan diri untuk tidak kehilangan kendali di depan Fania. Semenjak dirinya diusir dari rumah gara-gara drama yang Fania dan ibunya buat membuat Mentari muak melihat muka Fania.Fania tertawa setan tapi Mentari justru tetap bergeming ditempatnya. Entah apa lagi yang Fania akan lakukan pada dirinya."Nggak perlu buru-buru, bodoh! Harusnya lo nggak perlu kuliah lagi biar masa depan lo bener-bener hancur," sarkas Fania."Kamu nggak ada hak buat ngatur hidup aku lagi, Fania. Sekarang aku bukan lagi bagian dari kalian, aku rasa telinga kamu belum tuli saat ayah aku memutuskan hubungan dengan putri kandungnya sendiri hanya karena hasutan kamu dan ibumu," balas Mentari begitu menohok.Fani mengepalkan tangannya. Harga dirinya serasa diinjak-injak karena sekarang Menteri si gadis bodoh suda
Arumi mengerutkan keningnya saat kelas sudah dimulai namun Mentari belum menampakkan batang hidungnya."Sahabat gue dibawa kemana sih sama si Gala?" Arumi berdecak pelan dan bergumam seorang diri.Ia persis seperti anak ayam kehilangan induk ditinggal mendadak oleh Mentari seperti ini.Yang Arumi tau dirinya dan Alzi ditinggalkan begitu saja oleh Gala dan Mentari saat di kantin tadi.Karena sibuk berdebat dengan Alzi, Arumi jadi tidak ngeh dengan keadaan sekitar.Arumi tidak tau kalau Menteri pergi ke toilet seorang diri dan Arumi juga tidak tau kalau Gala langsung kembali ke kelas karena malas menjadi obat nyamuk.Jadilah sekarang Arumi mengira bahwa Mentari menghilang karena ulah Gala yang membawa pergi sahabatnya itu diam-diam. 'Dari pada sibuk nebak-nebak kenapa nggak gue chat aja orangnya? Arumi ... Arumi lemot banget sih otak Lo.' rutuk Arumi pada dirinya sendiri lalu meraih ponsel dari dalam tas miliknya.
Kedua pria yang masih berada didalam mobil itu saling pandang bingung."Daripada menerka-nerka disini lebih baik kita periksa ke dalem. Siapa tau aja si Mentari emang lagi nggak dirumah?" ucap Alzi diangguki Gala.Gala turun dari mobil Alzi tergesa-gesa. Ingin rasanya Gala cepat-cepat sampai kedalam dan memastikan istrinya baik-baik saja.Alzi melengos melihat pergerakan Gala yang tak ubahnya seperti preman mau maling ayam. Gala begitu terburu-buru seperti dikejar anjing peliharaan.Bergerak dengan malas dibelakang Gala, Alzi yang merasa pengap karena gelap gulita menghidupkan senter dari ponselnya."Orang kalau lagi panik itu ternyata emang selalu keteteran." Alzi mencak-mencak melihat Gala yang bergerak dalam kegelapan."Minimal idupin dulu senter HP lo, Gal! Panik boleh, bahayain diri sendiri jangan! Kalau lo kesandung terus jatoh 'kan bisa bahaya." Alzi berkicau tiada henti membuat Gala menatapnya jengah.Tidak ingin
Wajah Gala menegang saat itu juga. "Gue yakin banget terjadi sesuatu sama istri gue. Pasti ada orang yang sengaja rencanain ini semua."Gala mengepalkan tangannya kuat-kuat. Entah apa yang sudah terjadi pada Mentari? Gala tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika sesuatu yang buruk terjadi pada istrinya. "Terus kita harus gimana? Diluar lagi hujan deras sementara Mentari nggak tau ada dimana?" Arumi meratap pilu, pasti saat ini Sahabatnya sedang tidak baik-baik saja."Gue yakin Mentari masih di kampus," ucap Gala begitu yakin."Kalau lo emang seyakin itu Mentari ada di kampus, nggak ada salahnya kita coba cari dia kesana," sahut Alzi diangguki Gala."Gue ikut!" pekik Arumi."Tapi---""Nggak ada tapi-tapian Alzi. Pokoknya aku harus ikut," pinta Arumi tidak mau dibantah.Alzi hanya bisa mengalah dan menyetujui Arumi untuk ikut dari pada masalah ini berlarut-larut. Setelah menjemput Arumi kerumahnya, bar
"Kakak harus mencari kamu dimana lagi, Sayang? Kamu nggak kabur ninggalin Kakak karena nggak tahan hidup miskin 'kan?" gumam Gala dengan segala over thinking nya.Alzi dan Arumi tercengang mendengar ucapan Gala yang diluar nalar. Mereka tak menyangka Gala masih bisa memikirkan hal seajaib itu disaat saat keadaan sedang genting seperti ini.Sungguh kadang-kadang pemikiran orang yang terlalu pintar seperti Gala ini sangat mengejutkan bukan?Plak"Asu! Kenapa lo malah nabok gue, hah? Lo nggak liat gue lagi sedih?" Gala mengumpat sangat keras sambil mengelus lengannya yang terasa panas akibat tangan Arumi yang tenaganya tak main-main, tak lupa juga Gala menunjukkan wajah sedihnya.Arumi yang gemas dengan ucapan Gala tak tahan untuk melayangkan tabokan mautnya."Siapa suruh lo punya pemikiran seburuk itu tentang sahabat gue?" Arumi komat kamit seperti membaca mantra mengomeli Gala yang yang sembarangan menilai Sahabat baiknya.
Alzi melirik gemas Arumi yang masih setia menempel di sebelahnya. Ingin rasanya Alzi menendang Arumi jauh-jauh karena gadis itu sangat mengganggu pergerakannya.Tapi Alzi mana mungkin berani melakukan itu, bisa-bisa dirinya yang ditendang jauh-jauh dari hatinya oleh Arumi setelah itu.Alzi tidak akan mampu jika tetap hidup tanpa cinta Arumi. Terdengar lebay namun, memang itulah kenyataannya.Tidak ada yang mencintai Alzi dengan tulus tanpa memandang Alzi berasal dari keluarga konglomerat selain Arumi."GUE NEMU HP MENTARI!" teriak Gala dari depan wastafel.Arumi dan Alzi segera mendekat. Arumi langsung melepaskan diri dari tubuh Alzi karena rasa takutnya tiba-tiba lenyap mendengar suara teriakan Gala."Iya ini emang handphone nya Tari. Berarti dia ada disini." Arumi menggerakkan matanya ke seluruh penjuru tapi tidak ada Mentari disana."Apa jangan-jangan Mentari ada disalah satu bilik ini?" tanya Arumi."Coba ki
Gala bergeming dengan wajah memucat disamping pintu melihat pemandangan mengerikan di dalam sana."I-tu bukan istri gue 'kan?" tanya Gala terbata.Gala melangkah bak robot kekurangan baterai, begitu kaku menghampiri seorang gadis yang tersandar tak berdaya di dinding toilet.Dari baju, celana kulot dan tas yang gadis itu pakai sudah sangat jelas bahwa itu Mentari. Sebenarnya Gala sangat mengenali bahwa itu adalah istrinya, tapi Gala menepis dengan keras kalau itu bukan Mentari.Gala ingin menolak kalau itu benar-benar istri yang sedang ia cari."Itu beneran Tari, Gal. Hiks siapa yang tega ngurung dia disini." Arumi menyahut dengan tangis pilunya.Arumi sudah tidak tahan lagi menahan tangisnya melihat keadaan sahabatnya yang sepertinya tidak baik-baik saja.Arumi mendorong kasar tubuh besar Gala yang masih berdiri seperti patung di depan pintu toilet. Dengan langkah lebarnya kini Arumi sudah berjongkok di hadapan orang ya