All Chapters of Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku : Chapter 21 - Chapter 30
113 Chapters
telepon sama Abang
“Abang abang kalau mau main ke rumah mertua Nina, kabari dulu ya? Takutnya nggak ada persiapan, nggak enak kan kalau disajikan air putih doang,” ucapku.“Sip, nanti Abang kabari. Nunggu Bang Cakra libur ya, dia kan yang kantor sendiri.”Dari ketiga kakak kakakku, hanya Bang Cakra yang memang mempunyai pekerjaan mapan. Dia kerja di perusahaan pengiriman barang dan menjabat sebagai orang penting di sana. Sebenarnya belum lama sih dia bekerja di sana, baru setelah satu tahun pasca aku menikah, jabatan Bang Cakra yang tadinya hanya karyawan biasa akhirnya diangkat menjadi Manager di kantornya. “Bang Angga, ngantor makanya. Jadi nggak nganan kalau Bang Cakra terlihat ganteng dengan setelan jasnya sedangkan Bang Angga masih dengan celana sobeknya. Euu … nggak banget,” kekehku.“Ya nggak apa apa, meski pakaian tak modis tapi ciwi ciwi udah nganteri di belakang layar udah kayak panjangnya antrian BLT, Dek. Jangan salah! Sedangkan Bang Cakra, beuh .. mana ada pacar. Teman dekat saja nggak a
Read more
cabe level 10
Aku hendak pergi berjualan. Aku bungkam tanpa suara apapun selain tangan yang aku ulurkan dan bersalaman dengan suamiku. Jika biasanya aku selalu menyemangatinya kali ini aku diam saja. "Kenapa sih? Tumben banget pagi-pagi udah manyun.""Lagi pengen nelen orang jadi nggak usah tanya-tanya. Nina pergi dulu, assalamualaikum.""Waalaikumsalam. Semangat Sayang, semoga jualannya laris manis Tanjung kimpul.""Min."Aku menjawabnya dengan malas dan langsung keluar dari kamar. Aku mengabaikan suara Jani yang sudah berteriak meminta uang saku. Aku sedang kesal pada kakaknya dan aku juga sedang tidak ingin berbicara dengan keluarga suamiku yang sangat menyebalkan semuanya."Mbak, uang sakunya mana? Udah diminta dari tadi juga," pinta Jani dengan raut wajah kesalnya."Emangnya aku mbakmu apa! Minta tuh sama Mbak kamu yang kaya raya dan sombong!""Mbak Mita nggak ada duit, Mbak Nina aja. Udah sih, ini Udah kesiangan loh."Untuk pertama kalinya aku memasang wajah kesal kepada bocah remaja itu. Me
Read more
ajakan
Aku langsung berjalan dengan cepat menuju ke rumah. Aku mengabaikan ketika orang yang sedang ngerumpi di depan rumah dengan para tetangga dan langsung nyelonong tanpa menyapa mereka. Aku yakin setelah ini aku menjadi bahan kibahan selanjutnya dan aku tidak peduli tentang itu lagi. Hidup bertetangga apalagi bersama dengan mertua memang harus tebal telinga dan juga hati biar nggak selalu kurus termakan emosi.Aku langsung masuk ke dalam kamar mandi dan menuntaskan hajatku di sana. Rasanya mendadak mules dan tidak bisa lagi menunda-nunda untuk mengeluarkannya. Makanan yang dijualkan oleh Bu Hartati benar-benar enak dan luar biasa tetapi karena aku yang memakai level tinggi untuk bisa menikmatinya akhirnya perutku sakit sendiri dan mules karena terlalu kebanyakan cabai. Sudah lama aku berada di dalam kamar mandi sampai benar-benar merasa lega. Aku pun memutuskan untuk langsung istirahat di kamar dan mengunci pintu kamarnya agar tidak diganggu oleh para wanita di depan sana.Terdengar gedo
Read more
menyimpan makanan
Sepertinya aku tidur cukup lama karena saat aku bangun suara adzan sudah berkumandang dan itu artinya aku sudah 3 jam tidur Setelah Mas Ahmad memijitku dan membalurkan minyak kayu putih pada tubuhku. Hal yang membuat aku merasa lebih baik adalah Mas Ahmad yang lebih mendengarkan keinginanku daripada permintaan dari keluarganya itu. Permintaan yang sampai saat ini belum pernah dikabulkan oleh mas Ahmad adalah pindah dari rumah ini karena bagi Mas Ahmad baktinya pada sang ibu adalah Dengan menemani sang Ibu meskipun berdarah-darah dan penuh cacian.Sebenarnya hal ini sangat keliru karena berbakti tidak harus dengan satu rumah tetapi sepertinya Mas Ahmad hanya mau pindah jika kami memang sudah mempunyai rumah yang menetap dan bukan ngontrak. Kata Mas Ahmad Jika ngontrak sama saja seperti aku membuang-buang uang yang tidak menghasilkan apa-apa dan itu aku pikir masuk akal. Jika saja ada rumah murah yang bisa dikredit 200.000 sebulan pasti sudah aku ambil meskipun harus membayarnya seumur
Read more
Barang lama
Berhubung aku libur nggak jualan, aku bantu Mas Ahmad bebersih di rumah Pak Darmuji. Sekalian aku pun ingin menemaninya seharian ini. Aku sangat senang karena Mas Ahmad pun tak keberatan, Pak Darmuji pun terlihat datang berkunjung lagi pagi ini.“Tumben awal datangnya, Pak?” tanyaku pada Pak Darmuji.“Iya. Mau mengecek sudah atau belum pembersihan halaman rumahnya. Kamu lagi nggak jualan, Nin?” tanya Pak Darmuji.“Nggak, Pak. Lagi pengen nempel sama ayang, soalnya dianya udah jadi perangko hati Nina, Pak,” kekehku.“Ealah, bucin Mad istrimu ini,” kekeh Pak Darmuji. “Ini ada titipan dari Elle, dia baru pulang dari Jakarta. Katanya mau sampai dulu di Cilacap nyambut abangnya.”Aku menerima bungkusan putih besar dari Pak Darmuji. Dari aromanya sungguh enak dan lezat. Aku mempersilahkan Pak Darmuji duduk di teras dan mengambilkan air dari galon yang ada di sana.“Dalamnya sudah dikosongkan semua, Nin?” tanya Pak Darmuji.“Lah, memangnya harus dikosongkan, Pak?”“Ya iya, itu semua barang b
Read more
apa mungkin?
"Loh, apa ini, Nin?"Ibu mertuaku terlihat terkejut saat aku pulang dengan membawa banyak perabotan bekas ke rumah."Lumayan dikasih bekasan, bisa buat perabotan dasar sebelum punya rumah sendiri," jawabku."Barang bekas mau buat apa? Sampah!" sindir Mbak Mita. "Situ nggak mampu beli ya?""Ini memang sampah tetapi masih bisa dipakai dan digunakan dengan baik. Nina membawanya pulang juga bukan buat ibu maupun Mbak Nita pakai tetapi untuk digunakan Nina saat nanti punya rumah sendiri," jawabku.Mereka benar-benar orang yang songol dan menyebalkan. Barang yang aku bawa pulang ini belum rusak-rusak sangat dan masih sangat layak untuk dijadikan barang-barang koleksi isi rumah. Ada spring bed dan juga televisi serta lemari pakaian dan juga lemari bufet. Ada juga berbagai peralatan dapur yang tentu masih sangat bagus dan apik untuk dipakai."Mau ditaruh di mana semua barang-barang ini? Yang ada menu-menuhin lemari!" tanya Ibu."Sementara ini ditaruh di luar dulu katanya Mas Ahmad. Kalau mema
Read more
bungkam
Aku mendengar suara mobil yang berhenti di depan halaman rumah. Ingin rasanya s aku melihat siapa yang pulang dan berharap sItu adalah suamiku karena ini sudah hampir jam 21.00 malam, Suamiku belum juga pulang ke rumahnya ini. Tentu saja sebagai seorang istri aku khawatir dan benar-benar tidak habis pikir Kenapa Mas Ahmad tidak memikirkan perasaanku dan pergi begitu saja. Kecewa tentu saja. Jika biasanya Mas Ahmad menanyakan pendapatku tentang kemanapun dia pergi, kali ini dia hanya mendengarkan ucapan ibunya yang memaksa untuk pergi begitu saja. Memang sih itu adalah suatu keharusan di mana anak laki-laki masih bertanggung jawab dan berkewajiban patuh terhadap ibunya meski sudah menikah tetapi rasanya sedih sekali ketika dia pergi begitu saja tanpa menanyakan Apa pendapatku.Aku mendengar suara mas Ahmad mengucapkan salam dari luar dan itu memang Mas Ahmad yang sudah pulang ke rumah. Lega rasanya sudah mengetahui suamiku sudah kembali tetapi aku masih merasa jengkel dan tidak menyam
Read more
Siapa suruh
Tetap saja aku memilih untuk tetap bungkem agar tidak dikira gampangan ketika dibujuk ini itu. Meskipun kesalahan Mas Ahmad tidak fatal Karena dia sudah berani jujur tanpa harus aku tanyain, tetap saja masih menyebalkan.Aku memilih beranjak dan memasak. Aku mengabaikan tangan jahil Mas Ahmad yang terus saja menggodaku agar mau memaafkan dia. Beberapa kali aku menyingkirkan tetapi lelaki itu tetap saja terus meminta maaf hingga Aku akhirnya tidak bisa lagi menahan mulutku untuk tidak berbicara."Mas, Aku mau masak dan nggak usah ganggu. Lebih baik Mas sekarang mandi sebelum jam 7. Pak Darmuji pasti bakalan kecewa kalau kita kerja juga bener dan tidak sesuai dengan jadwal. Nanti kita sarapan di rumah Pak Darmuji saja biar nggak mendadak selera makannya hilang lagi," ucapku ketus."Alhamdulillah, akhirnya Istriku mau berbicara lagi dengan aku. Baiklah, Mas mau siap-siap dulu. Masak yang enak, biar aku nggak pernah tergoda untuk memakan masakan di luar.""Mau makan makanan di luar juga n
Read more
tamu
Para pekerja sudah berdatangan dan mereka sangat senang saat aku datang dengan membawa kan berbagai macam cemilan yang enak-enak. Mereka saling bercanda gurau dan melemparkan pertanyaan pertanyaan konyol khas kaum bapak-bapak beranak banyak yang masih senang melihat wanita cantik. "Mad, Isteri kamu pandai sekali memasak semua makanan ini. Rasanya begitu enak dan lezat," Ucap salah 1 pegawai yang bekerja di sana bernama Santo."Tentu saja masakan yang enak makanya Ahmad betah tinggal bersama dengan Nina, isteri yang pandai memasak itu. Seharusnya mencari isteri itu yang seperti Nina. Jadinya kita anggap perlu makan diluar untuk bisa membuat perut kenyang," Ucap lelaki yang memakai baju hijau namanya Kino."Alhamdulillah kalau memang masakan istri saya cocok dengan lidah bapak-bapak semua. Setiap ada kekurangan pasti ada kelebihan, sebagai suami kita harus tetap menghargai apapun yang sudah istri kita suguhkan setiap hari," ucap Mas Ahmad yang terdengar sangat lembut dan menyejukkan ha
Read more
Mobil siapa?
"Tunggu!" cegah ku."Aku merasa tidak pernah ikut arisan apapun dan tidak pernah memasukkan ke dalam kotak itu. Mungkin masnya salah orang," ucapku lagi."Alamat dan namanya betul sesuai dengan KTP." Petugas menjelaskan."Sudahlah Nina, rezeki jangan ditolak." Ibu terlihat tidak suka dengan caraku bertanya tentang mobil yang dijadikan hadiah itu."Iya, Mas. Kami merasa tidak pernah mengikuti arisan apapun dan mana mungkin mobil ini kamilah pemenang dari undian yang sama sekali tidak kami ikut sertakan," jawab Mas Ahmad."Ya kami hanya menyampaikan amanat saja, silakan tanda tangani dan saya akan laporkan ini pada atasan kami."Tetap saja rasanya masih janggal ketika mobil itu mentereng di depan rumah. Setelah kedua orang itu pergi aku dan yang lain pun melihat mobil yang baru dan masih dibungkus plastik semuanya. Mbak Mita begitu antusias mencobanya duduk di depan dan juga mengajak serta Minah untuk naik. "Kamu bisa memakainya nggak, Mad? Kalau nggak bisa kamu bisa belajar dari Mina
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status