All Chapters of Kembalinya sang Dewa Perang: Chapter 1501 - Chapter 1510

Raja Goblin berteriak marah, menyalakan bola petir di telapak tangannya untuk ikut menyerap kekuatan itu. Namun saat dua kekuatan itu bersaing, perbedaannya langsung terlihat.Kecepatan Nathan menyerap aura spiritual seratus kali lipat lebih cepat daripada Raja Goblin. Langit bergemuruh. Tanah di bawahnya pecah dan mengeluarkan kilatan emas. Tubuh Nathan memancarkan cahaya seperti matahari terbit; sisik Tubuh Vajra Naga Emas muncul lagi, sempurna, lebih padat, lebih hidup.Bahkan matanya kini bersinar seperti dua bintang kembar di langit senja.Raja Goblin menatapnya, wajahnya berubah pucat. “Tidak… tidak mungkin… kecepatan seperti ini…”Nathan tidak menjawab. Dia menundukkan kepala, mengepalkan tinjunya. Kekuatan spiritual dan Taiju di tubuhnya berpadu menjadi satu ledakan.“Pukulan Naga Penghancur!”Roaaarr~Tinju itu menembus udara. Gelombang keemasan membentang seperti lautan, menggulung langit, menelan bayangan, dan menyinari seluruh Benua Monarch.Raja Goblin segera mengangkat

Nathan mengerutkan kening. “Dewa Brahm?” suaranya pelan tapi tajam.Raja Goblin melanjutkan, nadanya berganti getir. “Ribuan tahun yang lalu, terjadi perang besar antara para kultivator abadi dan Klan Dewa Brahm kami. Kami kalah dan dunia hancur. Sebelum Tuan kami binasa, dia menyegel dirinya sendiri dan memintaku untuk berjaga, menunggu waktu kebangkitannya.”Cahaya redup menari di wajah Raja Goblin, mempertegas garis kesepian di matanya. “Tuan mengubahku menjadi wujud manusia agar aku bisa menunggu tanpa menarik perhatian. Tapi sebelum penyegelan selesai, dia sudah menjadi batu.”Suara itu bergetar, antara marah dan sedih. “Sejak saat itu, aku hidup di antara manusia, mengumpulkan kepercayaan mereka dan mencuri sedikit demi sedikit kekuatan spiritual dari ibadah dan doa mereka, agar suatu hari Tuan bisa bangkit kembali.”Dia tersenyum pahit. “Hanya seratus tahun lagi… hanya seratus tahun lagi, Tuan akan hidup kembali!”Dia berhenti, menatap kosong ke langit. Ada api harapan, tapi ju

Tinju Nathan berkilau dengan cahaya keemasan, menghantam kepala Raja Goblin dengan kekuatan yang mengguncang bumi.Suara raungan menggema, dalam satu hentakan, tubuh makhluk itu terpental, kepala harimaunya penyok dan wajahnya berubah menjadi topeng kebuasan yang terdistorsi.Bonang menatap Nathan, ia menelan ludah tanpa sadar. Kekuatan pria itu terasa seperti menentang logika dunia. Melihat situasi itu, Bonang cepat melambaikan tangan, melepaskan kertas jimat yang menempel di punggung Nathan.Bahkan tanpa bantuan siapa pun, Nathan kini bisa membunuh Raja Goblin semudah membalikkan telapak tangan.Raja Goblin berusaha bangkit. Kepalanya yang bengkok membuat rahangnya tak bisa lagi terbuka sempurna, hanya suara geraman dan kemarahan membara yang lolos. Dia melompat, menyerang dengan membabi-buta.Nathan menyambutnya, melesat cepat. Dalam sekejap, tangannya mencengkeram leher Raja Goblin dan menekan kepala makhluk itu ke tanah.“Kau masih ingin melawan?” katanya dingin.Tinju-tinju beru

Mata Ryuki menyala seperti bara. “Selama Nathan masih hidup, aku takkan berhenti. Aku akan mencabik-cabik tubuhnya, biar seluruh dunia tahu siapa penguasa sejati dunia bela diri.”Dia mengepalkan tinju. Sekali pukul, dan tanah gurun terbelah, menciptakan lubang besar sejauh puluhan meter.“Ini kekuatan Villain sejati, kekuatan seorang penguasa.”Ryuki tertawa lagi, panjang, liar, seakan badai itu lahir dari dadanya sendiri. Beberapa langkah kemudian, tubuhnya melesat menuju utara, menuju Kota Moniyan.Dia ingin bertemu Jazer membawa kabar tentang kebangkitannya. Keluarga Zellon akan kembali berjaya. Dunia bela diri akan bertekuk lutut.Namun di Kota Moniyan, Jazer yang belum tahu apa pun justru menatap langit dengan wajah cemas. Anak muda yang diharapkannya belum kembali. Dan di matanya yang tua, terselip firasat buruk bahwa badai yang lahir di barat daya bukan hanya badai petir, tapi badai nasib yang akan menelan segalanya.Jumlah orang berjubah hitam terus meningkat. Di berbagai kla

Ryuki mendekat satu langkah. “Aku tidak ingin apa pun, Sancho. Aku hanya ingin Keluarga Zellon hadir dalam pertemuan besok. Dan mulai saat ini, setiap keputusan internal Martial Shrine harus melalui kami.”Ia tersenyum dingin. “Tidak mungkin,” Sancho mendengus keras. “Kau pikir hanya karena sudah menjadi sosok Villain puncak, kau bisa menggulingkan Shrine? Kau berkhayal, Ryuki. Martial Shrine bukan tempat bagi bocah—”Ryuki bergerak sebelum kalimat itu selesai. Tangannya mencengkeram leher Sancho secepat petir. Udara berdesir tajam saat energi spiritualnya menekan tubuh lawannya.Suara tulang berderak pelan. Sancho menggeliat, wajahnya merah kebiruan.“Sekarang,” bisik Ryuki, matanya menyala seperti bara, “Kau tidak punya pilihan selain menuruti kata-kataku.”“Kau berani memberontak pada Ketua Martial Shrine?!” Sancho memaksakan suara, matanya terbelalak. “Kalau kau membunuhku, Shrine takkan mengampunimu! Keluarga Zellon juga akan—”“Masih berani mengancam?” Tekanan aura meningkat. Di