Nathan menatap pil terakhir di piringnya, mengangkatnya ke cahaya. Wajahnya berubah pelan, seperti baru menyadari sesuatu. Di dalam pil itu samar tapi jelas, ada pola formasi kecil yang berputar di tengahnya.Ia menatap Arvana, matanya tenang tapi dingin. “Raja Arvana,” katanya pelan, “Pil obat seperti ini, biasanya untuk meningkatkan kekuatan. Tapi yang ini, justru menyegelnya, bukan?”Arvana membeku. Senyum di wajahnya hancur pelan-pelan. Iaduduk tegak. Senyumnya tampak ramah, tapi urat di lehernya menegang. Setiap detik Nathan diam, degup jantung Arvana makin kencang.‘Kalau bocah ini tahu…’ ia pikir, ‘Habislah aku malam ini.’Tapi Nathan akhirnya menelan pil itu. Perlahan. Tanpa reaksi.Arvana menarik napas lega, sementara Bonang dan Abel di sebelahnya sudah menghabiskan pil mereka sambil mengusap perut puas.“Memang barang bagus,” ujar Bonang, tersenyum santai. “Hangat sekali di dada—”Kata-katanya terputus. Tubuhnya limbung.“Bonang?” Nathan menoleh pura-pura kaget.Bonang berus
 Last Updated : 2025-10-31
Last Updated : 2025-10-31