All Chapters of Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa: Chapter 41 - Chapter 50
149 Chapters
bab 41
"Kau mau membuat pertahanan desa? Untuk apa?" pak Arya terlihat kebingungan saat Rama tiba-tiba datang dan mengatakan ingin membuat pertahanan di beberapa titik jalan yang bisa masuk ke desa. "Paman, kau takkan percaya dengan apa yang aku katakan, namun ada baiknya jika desa kita memiliki pertahanan, setidaknya kita bisa terhindar dari para perampok!!"Pak Arya mengangguk paham, ia tau Rama sudah mulai kaya sekarang, panen cabainya selalu bagus, begitu pula penduduk desa yang lain, Rama dan petani lainnya juga sangat konsisten memberikan upeti tanpa pak Arya minta. Rama juga beberapa kali memberinya hadiah mahal. Jadi pak Arya paham maksud Rama. "Aku tau maksudmu, tapi ada satu hal yang perlu kau tau." pak Arya berdiri dari duduknya,"kau akan berhadapan dengan pasukan penjaga desa, setiap setahun sekali secara berkala mereka akan mengunjungi desa kita, untuk berpatroli,"pak Arya terdiam sejenak, ia menunggu respon dari Rama. "Lalu kenapa jika mereka berpatroli paman?""Haish, kau t
Read more
bab 42
"Tuan, mereka memiliki bumbu rempah yang beragam, bahkan sumberdaya alam mereka belum banyak yang tersentuh!!" kata Jonathan terlihat sangat meyakinkan. "Darimana kau temukan informasi itu?" Daniel menyesap minumannya, kini ia dan Jonathan sedang menunggu seseorang untuk melakukan pertemuan rahasia di rumah bordil. "Tuan, untuk bumbu rempah kau bisa rasakan sewaktu mereka menjamu kita, makanan yang kita rasakan saat itu bernama rendang, kaya akan bumbu rempah, jika kita menguasainya, maka kita bisa menjualnya ke bangsa lain!!" kata Jonathan lagi. Kali ini Daniel mengangguk setuju, makanan yang bernama rendang itu sangat nikmat, bahkan jika saja saat itu ia tidak memikirkan reputasinya. Mungkin nasi yang disiapkan saat itu akan kurang bagi Daniel, Jonathan pun hampir kehilangan akal saat memakannya. "Aku setuju, rempah mereka harus kita kuasai!!""Dan coba Tuan perhatikan, saat kita memasuki kawasan hutan mereka, tak banyak pertambangan yang terlihat, dan aku sudah memastikan infor
Read more
bab 43
Rumah susun 3 lantai akan segera selesai, pak Joko membawa beberapa kerabatnya yang juga ahli dalam membangun, membuat proses pembangunan lebih cepat. Sementara pak Joko memantau pembangunan, Rama mendekatinya. Ia sudah membuat sketsa bawah tanah. Rama akan membuat bunker. Bunker lebar yang mampu menampung hampir 100 orang, desain bunker ini Rama beli di onshop, terdapat setidaknya 1 kamar utama dan 50 kamar biasa, masing-masing kamarnya memiliki 1 ranjang tingkat 2 beserta kamar mandinya, 1 ruang tamu besar untuk berkumpul, 1 ruang tempat penyimpanan makanan dan 1 ruang untuk bercocok tanam. "Tu... Tuan...bangunan apa yang berada di bawah tanah? Ini sesuatu yang sangat menakjubkan, kau sangat hebat sampai bisa memikirkan bangunan seperti ini!!" pak Joko terlihat takjub dengan desain yang Rama perlihatkan. "Namanya bunker paman, menurut paman, berapa orang yang paman perlukan untuk membantu membangun bunker ini? Dan perlu paman tau, bangunan ini sangat rahasia." Rama memberikan ko
Read more
bab 44
pak Bima termenung duduk di teras rumahnya, ia memandangi perubahan besar yang terjadi pada keluarganya. Perubahan yang sangat baik, namun ada suatu kekhawatiran di dadanya. "Bapak, apa yang kau pikirkan?" tanya Rama ketika mendapati pak Bima sedang termenung duduk di teras rumah sembari menatap langit. "Nduk, bapak sangat berterima kasih sama kamu..." pak Bima menatap Rama penuh kasih sayang."apa yang kau lakukan sangat baik, lihatlah perubahan di desa kita, setiap rumah warga mengepulkan asap di dapurnya, kita bahkan bisa makan nasi 3 kali sehari,menikmati daging dan ikan..."Rama tertegun mendengar perkataan pak Bima, ia merasakan kehangatan di hatinya. "Tapi jangan terlalu keras nduk pada dirimu sendiri, bapak liat kau begitu sibuk akhir-akhir ini, bapak ingin kau menikmati hidup..."Rama tersenyum,"bagaimana caranya pak?""Nduk, tidurlah saat kau ingin tidur, makanlah saat kau lapar, beristirahatlah saat kau lelah, jika sudah saatnya kita mati, maka kita takkan bisa menghindar
Read more
bab 45
"Haish!! Ck... Ck... Ck... Panggil Sersan Harjuna Adipati kesini!!" Perintah Raditya kepada Narno, Narno mengangguk dan langsung mencari Sersan Harjuna.Tak berapa lama Sersan Harjuna datang bersama beberapa prajurit pendampingnya. "Hormat Brigjen!!" kata Harjuna diikuti oleh prajurit pendampingnya, mereka menangkup kan tangan hormat. "Kau pergilah ke desa Mekaragung, Prada ini akan menunjukkan jalan dan memberi laporan padamu, setelah selesai laporkan kembali padaku!!" kata Raditya. Harjuna memandang Prada Haris dengan tatapan tajam, berani sekali seorang Prada sepertinya langsung menghadap seorang Brigjen, mereka harus diberi kedisiplinan nanti!! "Baik, Hormat Brigjen!!" kata Harjuna dengan sopan, ia menatap Prada Haris untuk segera mengikutinya keluar. Prada Haris tau akan seperti ini, ia juga sebenarnya tidak berani menghadap Brigjen, bahkan jika sesuai aturan harusnya ia memberi laporan lewat para atasannya, namun hanya mereka para Prada yang tidak terkena penyakit dan Prada
Read more
bab 46
"Tak bisa, obatnya kurang!!" kata paman Li Shin, ketika Harjuna dan Prada Haris datang ke toko obat. "Berapa harga obat itu paman? Apakah bisa diracik dengan cepat?" Desak Harjuna, ia kenal betul paman Li Shin,ia salah satu pawang obat kesayangan Raja. Namun, paman Li Shin menolak bekerja di Kerajaan, karena sahabatnya juga tidak mau bekerja di dalam kerajaan. Raja mengabulkan permintaannya, dengan satu syarat, ketika mereka diperlukan untuk pergi ke kota pusat Jawali, maka mereka harus segera datang. "Begini, obat ini bukan aku yang meracik, malahan ini adalah hadiah dari kenalanku!! Bagaimana aku bisa memberitahukan harganya? obat ini sangat langka!!" kata paman Li Shin dengan tegas. "Paman, saat ini kapten dan beberapa prajurit di perbatasan sedang terkena penyakit menular, jika tidak segera di obati, akan banyak korban, sehingga keamanan kita akan terganggu!! Tolong setidaknya bantu kami paman!!" Harjuna berlutut pada paman Li Shin, Prada Haris dan beberapa prajurit lainnya iku
Read more
bab 47
"Pandu, apa yang kau lakukan? Mengapa kau berlari seperti itu?"Maslianur yang sedang memakai kuda menghentikan perjalanannya saat mendapati Pandu sedang berada di jalan sepi. "Paman, syukurlah!! Paman bolehkah aku menumpang di kudamu sampai ke desa Mekarsari?" tanya Pandu, ia begitu terengah-engah karena sedari tadi berlari, jika ia tak berlari maka mungkin para prajurit itu akan mendahuluinya. Maslianur mengernyit, "apa yang mau kau lakukan di desa Mekarsari?"tanyanya kemudian. "Paman, tak ada waktu, aku harus cepat bertemu kak Rama," ungkap Pandu. Mendengar nama Rama disebut Maslianur pun mengangguk dan memperbolehkan Pandu naik keatas kudanya. 'Sepertinya memang ada hal penting yang ingin ia sampaikan pada Rama!'pikir Maslianur. Ia pun menghentak kudanya menuju desa Mekarsari. ***Paman Zao memakai masker ketika berada di perkemahan para prajurit yang terkena penyakit menular, ia juga memerintahkan Harjuna dan para pengawalnya yang tidak sakit untuk memakai kain penutup. Har
Read more
bab 48
"Rama, Harjuna ingin bicara denganmu..."kata pak Bima, setelah itu Rama mengangguk paham dan pak Bima pun memberikan ruang bicara untuk Harjuna dan Rama. " Hai Ram, maaf aku jadi mengganggumu seperti ini..."Harjuna terlihat canggung saat bicara dengan Rama, yang merupakan adik sepupunya. "Jangan sungkan, apa keperluan abang?""Kata paman Zao kau punya obat untuk penyakit menular, berapa harga obat itu?" tanya Harjuna dengan wajah serius. "Siapa yang terkena penyakit itu di musim gugur ini?" tanya Rama mengalihkan topik pertanyaan Harjuna, karna penyakit flu dan batuk jarang menyerang di luar musim hujan dan musim dingin. "Para prajurit perbatasan!! Bahkan kapten mereka juga terkena," jelas Harjuna. Rama terlihat berpikir."sudah berapa hari mereka terkena penyakit itu?"tanya Rama lagi. "Sudah sekitar 4 sampai 7 hari Tuan," Sahut Prada Haris. "Apa gejala mereka batuk, hidung tersumbat, kepala sakit dan kadang mengigil?" tanya Rama lagi. Harjuna dan beberapa prajurit yang mendeng
Read more
bab 49
Jaya, Fatta, Alan dan Toni bergidik ngeri melihat pemandangan di hadapan mereka, terdengar suara batuk di mana-mana, badan yang kurus karena kurangnya nafsu makan dan lingkungan yang tidak bersih. Tenda-tenda yang sangat usang, tidak layak untuk ditempati. Sedangkan Rama berjalan-jalan mengitari area perkemahan, "di mana sumber airnya?" tanya Rama kepada Prada Haris yang menemaninya. "Ikuti saya Tuan Muda," kata Prada Haris kemudian berjalan menuju sumber mata air. Tidak begitu jauh dari sumber air, terdapat tanah lapang dengan beberapa pepohonan besar di tepian.Rama berpikir sejenak, kemudian berkata."panggilkan bang Jaya, Fatta, Alan dan Toni, serta beberapa prajurit yang tidak sakit kesini."kata Rama."ah iya, apa kalian punya tandu?"tanya Rama kemudian sebelum Prada Haris benar-benar pergi. "Ada Tuan Muda!!" sahut Prada Haris. "Bagus!! lakukan saja yang tadi kuminta, panggil mereka kesini!!" kata Rama lagi. Setelah semua orang datang, Rama meminta Jaya, Fatta, Alan dan Toni
Read more
bab 50
Harjuna dan prajuritnya mulai menguburkan para prajurit yang meninggal, untungnya Rama datang dengan cepat, sehingga masih banyak nyawa yang tertolong. "Bang Rama, kata paman Zao baju bekas prajurit diapakan?" tanya Alan. "Bakar saja!!" Mereka sudah punya baju ganti, "jelas Rama. Alan kemudian mendatangi paman Zao dan memberitahukan apa yang Rama perintahkan, ternyata paman Zao sependapat dengan Rama. Paman Zao baru datang dua hari kemudian, ia kemudian membantu Rama menangani para pasien. "Rama, ternyata obatmu benar-benar berfungsi, dengan begini takkan ada lagi orang yang mati karena penyakit menular!! Aku akan menyetok obat itu untuk persediaan di toko obat nantinya."kata paman Zao dengan penuh semangat. "Paman, ternyata kau ini sangat pintar berbisnis!!" Puji Rama tersenyum senang. "Berapa harga yang akan kau beri padaku?" "50 pack seharga 100 perak dan 50 pack seharga 50 batang emas!!""Hah?! Apa-apaan itu? Mengapa harganya berbeda?""Paman, 50 pack seharga 100 perak itu
Read more
PREV
1
...
34567
...
15
DMCA.com Protection Status