Lahat ng Kabanata ng ISTRI KONTRAK CEO AROGAN: Kabanata 111 - Kabanata 117
117 Kabanata
Vin Jahat
"Iya, Pak. Kita jalan sekarang saja."Selaan dari Sarah ini, sontak membuat Lea kebingungan. Sejak kapan ibunya ini melakukan sesuatu tanpa ijin darinya terlebih dulu? pikirnya.Tapi karena sakit nyeri di beberapa bagian tubuhnya, jadi Jelita hanya bisa pasrah ketika dipindahkan ke bed lain yang sudah disiapkan."Aku mau dipindahkan kemana, Ma?" pertanyaan yang spontan terpikir oleh Lea. "Apa sudah dapat ijin dokternya?" tambahnya."Tentu saja. Inikan juga hak dari pihak keluarga, katanya. Mama cuma mau perawatan terbaik buat kamu.""Mama sudah bicarakan ini sama Pak Vin? Apa katanya?" Keyakinan Lea, dimana Sarah selalu saja berdiskusi dengan suaminya itu bila berkenaan dengan dirinya."Ehm, belum sih. Tadi beliaunya buru-buru balik, karena ada keperluan mendesak yang nggak bisa ditinggal, tapi pemikiran Mama sama Pak Vin sama, Lea, kamu jangan khawatir. Nanti juga ketemu sama Pak Vin," hibur Sarah. Buat Lea ini juga sebagai upaya membalas rasa bersalahnya dulu, disaat ibunya sedang
Magbasa pa
Mencari Dirimu
Sedangkan di sebuah ruangan dalam kantor Vin. Suasana tidak seperti biasanya. Meja diruang beranda tepat didepan tempatnya bekerja, dan hanya bersekat pembatas kaca, itu kini menjadi sepi dan menjemukan.Jari-jemari Vin menari diatas keyboard laptop, namun pikirannya tiba-tiba terganggu oleh kebiasaannya selama ini, yaitu mencuri-curi pandang sang asisten didepan sana.Alunan tuts keyboard segera terhenti, ketika Vin putuskan menatap secara langsung meja dimana Lea biasa bekerja. "Kenapa pihak rumah sakit belum menghubungiku?"guman Vin saat baru menyadari kalau waktu sudah menjelang jam makan siang. Rencananya, ia akan melihat keadaan Lea pada waktu ini, sekaligus membawakan Lea beserta ibunya beberapa makanan.Vin percepat pekerjaannya, lalu menyimpannya, sebelum beranjak dari tempat duduk, memutuskan berbicara lewat telpon sambil berdiri. Perasaan Vin sedang tak enak. Nalurinya mengatakan, kalau sesuatu telah terjadi, tapi tak tahu apa, karena itu ingin ketahui saat ini juga."Se
Magbasa pa
Tujuku Hanya Kamu
Vin tatap ke depan, acuhkan setiap sapaan atau hanya sekedar senyuman. Satu tujunya saat ini, adalah mencari keberadaan Lea.Dalam batin, Vin merutuki diri. Terlena dalam kesibukan, sampai tak terpikir akan kemungkinan tak terduga yang bisa terjadi pada Lea."Tuan muda, itu Robbi," tunjuk arah Sekretaris Li pada penjaga yang ditugaskan Vin untuk menjaga Lea."Presdir Vin," sapa hormat Robbi setelah berikan anggukan kepala, dan dengan napas terengah-engah. "Maafkan saya...Saya kehilangan Nona," lanjutnya dengan raut bercampur aduk antara lelah, meraaa bersalah, dan juga pasrah.Robbi tahu siapa itu Presdir Vin, dimana tidak akan segan-segan berikan perintah tegas dan diluar perkiraan. "Sudah cari informasi orang sekitar ruang perawatan Lea?" tanya Vin, mencari tahu terlebih dahulu."Sudah. Sopir ambulance yang bawa juga sudah saya konfirmasi.""Kemana?" tanya Vin lagi. Langkahnya semakin cepat, ketika titik terang soal keberadaan Lea itu ada."Tangerang, Pak Presdir." "Hmm. Kita kesa
Magbasa pa
Dugaan Morgan
"Apa maksudmu? Cepat katakan! Katakan juga dimana Lea sekarang berada?!" Amarah Vin semakin naik. Pengakuan awal Robbi saja sudah buatnya yakin akan niatan buruk Robbi pada Lea, sehingga Vin berupaya tak mau buang-buang waktu lagi untuk mencari tahu. "Saya dibayar, Tuan." "Sama siapa?!" Robbi tak lantas menjawab, tapi tertunduk, tunjukkan awal sebuah tangisan yang tertahan. "Maafkan saya, Pak Presdir. Tapi saya lakukan ini karena terpaksa." "Alasan klise!" sahut Vin seraya palingkan muka sejenak, dikesampingkan perasaan ibanya, ketika sesuatu itu menyangkut soal Lea. "Saya baru saja menikah, tapi pesta meriah yang diminta keluarga istrinya itu hasil saya berutang pada rentenir, jadi saya masih banyak tanggungan hutang. Belum lagi, permintaan dari..." "Cukup!" sela Vin dingin. "Kamu membuatku muak!" sindiran tajam Vin. "Banyak dari pegawai dan anak buahku pernah diposisi seperti kamu, atau bahkan lebih parah, tapi mereka tidak melakukan itu, dan aku lebih hargai loyalita
Magbasa pa
Masa Lalu Kelam Helena
"Tapi kamu sudah pastikan kalau Robbi adalah orang Helena?" pertanyaan Vin untuk mengalihkan pikiran akan kemungkinan kenyataan pahit soal sang sekretaris senior paling dia percayai itu."Tentu saja. Kemungkinan besar, memang Nyonya Helena yang berada dibelakang ini semua. Robbi sendiri sudah mengakui," jelas Morgan. "Sudah kamu lindungi dia dan istrinya?" "Sudah, Tuan Muda. Tapi, sejauh keterangan yang dia berikan, Nyonya Helena tidak banyak beri dia perintah." "Tapi dia bisa dijadikan mata-mata, karena dia orang yang paling dekat dengan Lea. Kamu harus ingat itu!" tandas Vin, tak ingin Morgan seperti terlalu meremehkan peran Robbi. "Sekecil apapun tugas untuk Robbi, tetap saja, dia yang paling punya kesempatan paling besar untuk lakukan hal buruk pada Lea."Morgan mengangguk-angguk, ucapan Vin memang masuk diakalnya. "Anda benar sekali, Tuan Muda. Lantas, sekarang apa yang akan anda lakukan?" Sedangkan Morgan masih penasaran dengan langkah Vin selanjutnya pada Sekretaris Li
Magbasa pa
Maumu Apa?
Seperti dugaan Vin, Helena memainkan peran seolah dia adalah korban dari suatu keadaan, dan mempunyai hak untuk lakukan pembalasan. "Seperti yang sering kau katakan, Vin. Aku hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan," jawaban Helena, disertai senyuman penuh makna. "Dimana Lea?" tanya Vin to the point. "Aku tidak tahu," sahut Helena enteng. "Jangan plin-plan Helena. Tadi kamu bilang akan mengancamku balik, kalau aku ancam dirimu dengan soal jatah sahammu di perusahaan." Vin terus mendesak Helena, walaupun tahu tak akan mudah untuk membuatnya mengaku. "Memangnya, kamu bersedia menukar Lea dengan saham perusahaan?" tawar Helena. "Aku tahu, anak Mommy satu ini sudah besar dan sudah pintar, tapi ingat juga, kalau Mommy tidaklah bodoh." "Aku sedang tidak ingin banyak berdebat denganmu, Helen--" "Sebenarnya, kamu cuma ingin memancingku, Vin. Aku yakin, sebenarnya kamu bisa saja mengetahui segala hal, tapi berlagak polos dihadapanku." "Ibuku dan Lea, kenapa kamu begitu
Magbasa pa
Siapa Yang Harus Kupercaya?
"Dani yang akan mendapatkan istrimu." "Oh ya?" tanggap Vin dengan senyuman smirk, lalu selanjutnya berjalan melewati Helena dengan sikap cueknya. "Sudahlah. Memang benar perkiraanku. Bicara denganmu sama juga harus melawan skenario yang kamu ciptakan, tapi alur ceritanya sebagian besar sudah aku ketahui." Vin membuka pintu ruangan kerja Helena disalah satu tower kantor utama milik Dharmawan group, dan berdesain klasik mewah tersebut seraya menatap sang pemilik ruangan. "Tunggu sampai pengacaraku selesaikan BAP pembukaan fakta baru kematian ibuku nanti, kamu baru bisa bebas keluarkan drama model apapun untuk kelabui kami semua yang sudah tahu modelan lakumu." Helena hanya tersenyum kecut. Walaupun sudah mendapatkan tanggapan seperti tanpa rasa hormat dari Vin, namun sikap keras kepalanya lebih besar dibanding harus kalahkan ego untuk mencari perhatian putra tirinya tersebut. Helena kembali duduk di kursi kerjanya, dalam genggamannya adalah ponsel yang sudah disiapkan untuk mene
Magbasa pa
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status