All Chapters of ISTRI KONTRAK CEO AROGAN: Chapter 101 - Chapter 110
132 Chapters
Satu Rumah 2 Pemilik
Setelah sampai dirumah sakit, Lea beralih jadi yang terinterogasi. Namun berbeda dengan Vin yang akan dengan tanggap menjawab tiap pertanyaan darinya, Lea justru tak banyak berikan jawaban yang panjang."Pak Vin bilang, kalian sudah menikah sejak di Italia itu? Kenapa nggak bilang Mama?!"Lea tundukkan wajah, ketika nada suara Sarah geregetan rasanya pengen menerkam kapan saja."Nggak tahu tuh, Pak Vin. Maunya dia," jawab Lea dengan kalimat berkesan 'aman' untuk dirinya. "Memangnya Pak Vin cerita kayak gimana soal itu?" selidik Lea."Katanya, dia memang sudah sering perhatiin kamu, tapi kamunya sok jual mahal, kayak nggak butuh, padahal sekalinya dia lamar, kamunya langsung mau. Menurut Pak Vin, kamu sebenarnya juga suka sama beliau, sampai beberapa kali kepergok memandang Pak Vin, makanya terus beliau berani lamar pas ajak kamu temui klien di Italia."Kedua bola mata Lea serentak mendelik, tak terima akan cerita ulang Vin dari ibunya ini."Dia ngomong begitu ke Mama?!" tanyanya lanta
Read more
Bagaimana Kamu Tahu?
Seketika, makanan yang ada diatas piring jadi tidak senikmat sebelumnya. Hanya Sarah saja yang tersenyum, karena jadi satu-satunya orang yang tidak tahu siapa dan bagaimana seorang Helena."Silahkan Nyonya. Anda bisa makan sekarang." Sarah berdiri, lalu membantu menyiapkan peralatan makan, dan menu yang ada di atas meja, selayaknya kebiasaan orang kelas menengah ke bawah seperti dirinya, ketika ada tamu datang ke rumah disaat jam makan."Terima kasih," ucap Helena dengan ekspresi dingin, tanpa sedikitpun bergerak menyambut keramahan yang ditunjukkan Sarah. Bagi Helena, ibu dari Lea tersebut, tak ubahnya bertingkah seperti dan akan jadu asisten rumah tangga rumah saja.Lea sendiri, hanya membantu mengambilkan sesuatu kalau ibunya memerintahnya saja. Hal itupun dilakukan Lea, hanya karena merasa kasihan dengan Sarah."Silahkan, Nyonya. Anda keluarga Pak Vin, kan?" tanya Sarah masih ramah, tak menyadari kalau niatan baik untuk lebih dekat dengan sang tuan rumah, sebenarnya ditanggapi Vi
Read more
Beranjak Gelap
"Aku tahu dari...tanya.""Tanya siapa?" Vin mendekat dengan ekspresi yang masih sama."Sama orang.""Siapa? Lea? Jangan berbelit-belit, kamu tahu aku orangnya nggak sabaran," tandas Vin. Langkahnya terus maju, walaupun Lea mundur-mundur."Ehm...Mas Robbi." Sebelum ditanggapi Vin, Lea buru-buru menambahi. "Jangan salahkan dia, akulah yang pengen tahu, terus tanya ke dia. Tak banyak yang dia tahu. Hanya itu saja.""Robbi ya? Sudahlah, tak apa. Berarti dia hanya sebatas tahu." Vin berbalik dan menuju jendela, membukanya pertama kali, setelah sekian lama."Bolehkan aku banyak tanya padamu soal itu? Kan nggak enak, cuma bagian awalnya saja, kelanjutannya belum. Bukannya, kamu berhutang padaku? Setelah kita bercinta, kamu cuma ulang gimana dan asal-usul ibumu. Kamu cuma ceritakan kenangan, belum kejadian."Vin tak menggubris, Lea jadi meradang. "Ayolah, ceritakan padaku. Kamu mau minta bayaran lagi, aku sudah siap, kok," rengekan Lea."Diam disitu, jangan bicara!" "Ke kenapa?" Satu alis
Read more
Desak Di Dadaku
"Lea. Pak Vin marah ya?"Pertanyaan Sarah ini ditanggapi Lea dengan palingkan wajah dari jendela mobil.Kendaraan yang dikemudikan sopir baru, karena Robbi sudah pulang ini, kemudian menjauhi rumah, tapi tatapan Lea sempat tak berpaling dari rumah ini, berputar ke arah ibunya dengan lesu."Lea nggak tahu, Ma. Tapi semoga saja nggak, sih," sahut Lea, hanya sebatas memberi kalimat peneduh, agar Sarah tak terlalu khawatir. "Emang gitu sifatnya Pak Vin. Tapi paling nggak, ngamuknya Pak Vin itu masih ada kemungkinan dia peduli," imbuh Lea."Mama juga mikirnya begitu. Pak Vin itu kalau sudah marah, jantung Mama ini rasanya pengen copot, tapi terus tenang, karena beliau juga cari solusi. Gimana ya jelasinnya, keras, kaku, tapi disaat bersamaan itu bisa diandalkan."Lea anggukkan kepala menyetujui, tapi kemudian lebih memilih tidur, perutnya kembali rasakan mual seperti sedang hadapi guncangan dari ombak besar lautan, padahal salah satu mobil mewah milik Vin ini, mempunyai tingkat kenyamanan
Read more
Celaka
Cruel Summer ( Musim Panas Yang Kejam )Hariku indah bertabur senyum bahagia. Kukira itu akan selamanya, tapi ternyata memang tidak ada dunia sempurna bagi makhluk yang punya keterbatasan ini.Kukira aku bisa mempercayaimu, tapi ternyata kamu tidak. Kamu buat musim semi indahku, jadi kemarau kering yang panjang.Vin bintang penerangku. Kenapa kamu lakukan itu, Sayang? Apakah kamu ingin membunuh ibumu ini? Di depan dermaga kecil dengan kapal boot, inginku lari, tapi sepertinya tak bisa, karena takdir dan jiwaku akan segera terbang, pergi menghilang, dan hanya jadi kenangan.Lea baca isi curhatan Letizia pada buku diary miliknya dalam sebuah copy diatas salah satu halaman tumpukan kertas yang disebut Dani sebagai dokumen penting tersebut dengan seksama dan pelan, karena ingin benar-benar meresapi perasaan Letizia waktu itu."Tapi ini benar tulisan Nyonya Letizia, kan?" pertanyaan pertama yang spontan dalam pikiran Lea dan segera diutarakannya."Iya, tentu saja. Seorang sumber terperca
Read more
Menunggu
"Ya ampun, Lea!"Teriakan histeris Sarah dengan tangisan, mengiringi bed dimana Jelita terbaring dengan kedua mata tertutup."Dokter. Bagaimana ini? Kenapa anak saya bisa ketabrak?" Sarah masih tak bisa menerima keadaan dimana Lea pergi ketika dirinya tidak disampingnya."Tolong ibu tunggu diluar dulu ya. Nanti kami kabari, setelah selesai lakukan tindakan," cegah seorang perawat pria, agar Sarah tidak terus mengikuti disertai ucapan-ucapan histeria.Dengan berat hati, Sarah hanya bisa menurut, menghentikan langkah, menunggu diluar dengan perasaan risau tak tergambarkan."Bagaimana ini? Gimana-gimana, aku harus beritahu Pak Vin."Dalam memutuskan ini, Sarah sebebarnya masih diselimuti keraguan. Ponsel yang dipegangnya sudah terpampang nama Vin, tapi belum diupayakan untuk memulai panggilan."Tadi Pak Vin marah, gimana mau bilangnya?"Bersamaan dengan ini, Tejo, sang sopir berlari menghampiri dengan ekspresi tegang."Maaf, Bu. Non Lea yang jadi korban tabrak lari tadi?" tanyanya panik.
Read more
Setelah Kepergian Vin
"Bagian perutnya, tapi alangkah lebih baik menunggu kesimpulan dari dokter. Saya permisi dulu.""Perut?" gumam Sarah setelah kepergian sang perawat pria kembali ke dalam ruangan. Kekhawatiran Sarah menjadi dua kali lipat. Ketidakjelasan dan ketidaklengkapan berita keadaan Lea ini jadi buatnya frustasi sendiri. "Kenapa dengan perutnya? Apa karena dia tadi bilangnya lapar? Lalu apa bisa pengaruh ke organ lain?" Sarah menebak-nebak sendiri.Sampai beberapa menit, Sarah masih tenggelam dalam perkiraan serta mengkat-kaitkannya dengan tiap kejadian yang dia tahu, sampai tanpa sadar telah terlelap. Sarah bangun, karena adanya panggilan dari seseorang."Ibu. Ini Vin."Sarah paksakan diri untuk membuka kedua mata, ketika nama itu tersebut."Pak Vin?" "Iya, saya. Bagaimana keadaan Lea?" hal pertama yang langsung ditanyakan oleh Vin."Lea. Katanya kesadaran bagus, untuk hasil lain tunggu laboratorium sama visite dokter," jawab Sarah setengah sadar, setengah lagi masih dalam angan mimpi berada d
Read more
Usaha Pisahkan Lea dan Vin
Dani duduk disamping Sarah. Kakinya diluruskan, karena jalan dari kamarnya ke tempat Lea dirawat ini saja, sudah buatnya ngos-ngosan, gara-gara beberapa tulangnya ada yang bermasalah."Ada info lagi dari sumber terpercaya," ucap Dani setelah berhasil atur napas, dan temukan posisi nyaman."Apa, Nak? Cepet bilang ke ibu." Tak sabarannya Sarah, sudah kepalang tanggung mengetahui beberapa hal tentang Vin beserta kisah keluarganya."Kata sumber itu, Pak Vin sedang dalam masalah pelik, baik itu masalah pribadi, maupun urusan perusahaan.""Beneran, Nak? Ya ampun. Orang kaya itu ternyata juga kaya masalah, ya?" ujar Sarah polos. "Memang apa masalahnya? Yang kasih info ceritain juga, nggak?" selidik Sarah yang sudah terlanjur ingin tahu."Tidak secara detail, cuma katanya sudah beresiko.""Maksudmu beresiko?" Ketegangan tampak diraut wajah Sarah saat ini."Masalahnya itu sampai mengancam nyawa. Bukan saja buat Pak Vin sendiri, tapi juga merembet ke orang-orang terdekatnya, tentunya itu termas
Read more
Bahagianya Lea, Sedihnya Sarah
Danipun mengutarakan rencananya, dan Sarah mendengarkan sambil sesekali manggut-manggut memberi tanda telah mengerti.Setelah beberapa menit berbicara dengan Dani, dan membantunya kembali ke kamar perawatan yang baru didapatkannya, Sarah kembali ke tempat duduk semula, untuk memikirkan semua."Keluarga pasien," panggilan dari salah satu oerawat dari arah dalam ruang perawatan untuk Lea. "Dokternya sudah didalam, silahkan."Sarah berdiri hampir berjingkat, antara lega pada akhirnya dokter yang ingin segera ia temui, beberapa menit lagi akan bertatapan muka langsung dengannya, sekaligus berdebar akan kabar dari yang bersangkutan."Selamat pagi, ibu. Keluarganya...panggilnya apa ini? Mbak atau apa?"Sarah kerutkan dahi, belum sepenuhnya mengerti maksud sang dokter yang duduk dihadapannya, siap dengan beberapa hasil lab milik Lea."Ya mbak...mbak atau Nona Lea. Panggilan anak saya," sahut Sarah polos.Dokter tersebut menyerahkan sebuah kertas ke hadapan Sarah dengab tulisan juga angka-ang
Read more
Sarah Terima Rencana Dani
Semburat rona bahagia Lea disambut Sarah dengan senyuman kecut. Disibakkan rambut bagian depan putrinya ini ke belakang, lalu dikaitkan ke belakang telinganya."Apa kamu bahagia dengannya?" Entah berapa kali Sarah menanyakan hal ini pada Lea, karena Sarah berharap akan sesuatu. "Iya, Ma. Pak Vin dan aku memang seperti dua mata koin. Kami berbeda karakter dan bertolak belakang, tapi kami satu keping koin yang bernilai.""Ngomong apa itu kamu, Nak.""Hah?" Lea jadi ikutan bingung, baru kali ini ibunya menganggap opininya hanya seperti omong kosong. "Kan Mama tadi nanya, apa aku bahagia sama Pak Vin, ya aku jawab seperti perumpamaan gambar di uang koin, biar lebih jelas maksudku.""Bahagiamu karena kamu sudah silau, Sayang, sehingga kamu rela tinggalkan orang yang sebenarnya mencintaimu lebih tulus."Lea terkejap beberapa kali, tentu ini bukan hanya sebuah kesimpulan, tapi juga mengarah pada satu nama."Maksud Mama... Dani?" dugaan Lea."Iya, Sayang. Mama semakin kasihan sama anak itu.
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status