All Chapters of Suami Idiotku Ternyata ....: Chapter 21 - Chapter 30
122 Chapters
Selir
Brakk!Aku dan perempuan tadi terlonjak kaget saat pintu tiba-tiba saja dibuka dengan kasar."Fara, bagaimana keadaannya, hah?" ucap Pak Seno."Di-dia pendarahan, pak!" sahutnya terbata.Kulihat perempuan yang ternyata bernama Fara itu menundukkan wajahnya seraya meremas jari jemarinya.Entah apa alasannya sampai ia terlihat ketakutan seperti itu."Dasar gak becus! Kenapa dibiarkan saja!" sentak Pak Seno."Aku gak tau harus ngapain, pak!" cicitnya."Halah ...! Dasar gak berguna!" umpat Pak Seno seraya melayangkan tangannya pada wajah Fara."Pokoknya, kamu harus buat kandungannya baik-baik saja! Jika tidak, kamu akan tau akibatnya!" ancamnya seraya mengguncang tubuh Fara."Ba-bagaimana kalau kita ba-bawa ke rumah sakit saja, pak!" Dengan terbata Fara memberi usul."Lalu, apa gunanya kamu disini?!" sentak Pak Seno.Suaranya menggelegar dengan mata yang seolah akan kelu
Read more
Hukuman Kejam Dari Pak Seno
"Kamu kenal dia?" tanya Fara seraya memicingkan matanya."Tentu! Dia itu sahabatku saat di kampung. Kamu juga kenal Radit? Dia orang yang baik, gak mungkin 'kan dia ikut memperlakukanmu dengan tidak layak?" jelasku."Ya, Radit memang orang yang baik. Sayang, kebaikannya malah membuatnya ikut terjebak di sini," ucap Fara.Pandangannya kini kembali lurus ke depan, seolah sedang memikirkan sesuatu yang telah berlalu.Hal itu tentu saja membuatku semakin tertarik untuk terus bertanya banyak hal padanya."Memangnya, apa yang membuat Radit bisa berurusan dengan Pak Seno?""Sebenarnya, Radit itu ...-""Fara!""Fara!"Ucapan Fara terjeda kala terdengar Pak Seno berteriak memanggil namanya."Aku pergi dulu!" ucapnya tergesa.Aku hanya bisa menghembuskan nafas gusar!Padahal aku masih ingin berbicara banyak hal dengannya.Kuraih koper dan kembali membukanya untuk memindahkan pa
Read more
Bukan Superhero
"Pergilah jika kamu hanya ingin mengganggu! Jangan rusak kesenanganku!" sentak Pak Seno seraya menatapku tajam."Aku tak akan pergi sebelum kalian hentikan kedzaliman ini!" ucapku tak kalah lantang.Aku bergegas mengambil spatula lalu memukul satu persatu pria yang sedang melecehkan Fara."Berhenti! Kalian harus berhenti melakukannya!" teriakku."Abaikan wanita itu jika kalian tak ingin bernasib sama seperti Radit," ucap Pak Seno datar.Aku menoleh lalu menatap tajam pada Pak Seno.Merasa usahaku untuk menolong Fara sia-sia karena jumlah pria yang mengerjainya sekitar sepuluh orang, akupun bergegas menghampiri Radit yang sepertinya sudah pingsan."Berhenti menyetrum nya!" sentakku pada pria yang tetap menjalankan tugasnya.Pria itu tak merespon!Ia seolah menulikan telinganya akan ucapanku."Berhenti, atau aku pukul kamu!" ancamku dengan spatula yang siap melayang pada tangannya.Lagi,
Read more
Menghirup Udara Bebas
Meski hatiku rasanya teriris melihat apa yang Fara lakukan, namun tak urung aku pergi juga.Aku tau, dia sengaja mengorbankan dirinya demi melindungiku, dan karena itu aku tak boleh menyia-nyiakan pengorbanannya!"Sudah siap, mbak? Mari!"Seorang pria dengan baju juga aksesoris serba hitam tiba-tiba saja menghampiriku.Aku menatap penampilannya dari atas hingga bawah."Kamu siapa?" tanyaku seraya memicingkan mata.Kurasa dia bukan salah satu bodyguard nya Pak Seno.Soalnya, penampilannya berbeda.Tak hanya memakai masker saja, pria yang kini berdiri di depanku juga memakai kacamata dan juga topi."Pak Seno memintaku untuk mengantarmu pada seseorang," sahutnya."Heh, memangnya aku ini barang apa? Di antar kesana kesini?!" sungutku."Tidak usah membuang waktu! Ayo!" ajaknya seraya menarik tanganku."Tunggu! Aku gak mau! Kamu harus bilang dulu, aku mau dibawa kemana dan untuk apa
Read more
Bunuh Diri
"Padahal sudah jelas, aku telpon kamu untuk minta bantuan agar kamu menolong Fara. Tapi, nyatanya kamu juga turut menyakitinya!" kesalku seraya memalingkan wajah."Ya aku terpaksa! Aku cuma gak mau kamu disentuh oleh Pak Seno. Memangnya, kamu mau apa?" ucap Arsen."Kamu kan laki-laki! Kenapa gak kamu aja yang nolong aku?!" ketusku."Justru karena aku laki-laki! Mana mau Pak Seno sama aku," celetuknya seraya mengulum senyum."Arsen gak lucu! Maksudku bukan kamu yang gantiin posisi aku! Memangnya kamu gak bisa apa lawan dia? Lagian dia udah tua juga, pasti gak akan sulit untuk mengalahkannya," cerocosku."Sudahlah Ze! Gak usah dibahas lagi, kamu gak akan mengerti!" tukasnya."Iya, aku gak akan ngerti! Soalnya kamu juga gak pernah jelasin apa-apa!" ketusku.Arsen tak menjawab lagi. Ia malah menyandarkan punggungnya pada pohon dan terlihat kembali bersantai.Sedangkan aku sendiri terus menimbang dalam hati. Kiranya
Read more
Merayu Mertua
"Loh, kenapa dia bisa ikut sama kamu?"Bu Hanum langsung menghadang kami begitu aku dan Arsen masuk ke dalam rumah."Ceritanya panjang, Bu. Aku lelah, ini sudah hampir pagi sedang aku sama sekali belum tidur," sahut Arsen seraya menguap."Arsen, jangan coba-coba buat masalah!" tekan Bu Hanum dengan tatapan tajam."Ibu tenang aja! Pak Seno sendiri yang memintanya agar Zea kembali kesini," jelas Arsen kemudian berlalu menuju kamarnya.Aku tersenyum seraya mengulurkan tanganku pada Bu Hanum. Namun, hingga sepersekian detik tak ada juga sambutan darinya.Akhirnya aku langsung meraih tangan Bu Hanum dan menciumnya dengan takjim."Ibu apa kabar? Aku senang bisa kembali ke keluarga ini," ucapku."Gak usah basa-basi! Udah sana masuk!" sahut Bu Hanum ketus.Aku hanya mengangguk kemudian menyusul Arsen ke kamar.Kulihat Arsen nampak sudah tertidur pulas.Jika diamati, tak ada sedikitpun raut jah
Read more
Ada Apa Dengan Masalalu?
Setelah kekacauan yang terjadi saat masak memasak. Akhirnya kini menu sarapan kami hanya nasi goreng telur ceplok saja. Karena didalam kulkas hanya tinggal tersisa telur.Aku dan Arsen beberapa kali saling mencuri pandang ke arah Bu Hanum yang sepertinya masih kesal dengan kejadian tadi.Setelah saling memberi kode, akhirnya aku memulai pembicaraan."Ibu masih marah?" tanyaku pelan.Bu Hanum mengangkat wajahnya, ia kemudian menggeleng pelan."Kalau gitu, kenapa ibu diam aja?" tanyaku hati-hati."Gak papa! Cuma lagi bad mood aja!" sahutnya.Aku dan Arsen hanya saling melempar pandang, sedangkan Bu Hanum nampak tergesa menghabiskan sisa makanannya."Ibu udah selesai! Nanti piring kotornya kamu cuci, ya Ze!" ucap Bu Hanum."Iya Bu. Nanti biar aku yang beresin semuanya," sahutku kemudian tersenyum."Arsen, kira-kira ibu kenapa sih? Masa cuma gara-gara masakannya gosong dan sayuran yang terbuang dia
Read more
Luka Masalalu
Aku menghela nafas cukup dalam. Mencoba untuk menerka maksud dari pembicaraan mereka tentang ayah Arsen."Apa mungkin Arsen membunuh ayahnya sendiri?" gumamku.Sedetik kemudian aku menggeleng dengan cepat.Tapi rasanya tidak mungkin!Sejahat apapun seorang ayah, mana mungkin ada anak yang tega membunuh ayah kandungnya sendiri.Tap! Tap! Tap!Suara langkah kaki diluar sana membuatku panik. Aku celingukan ke kanan dan kiri mencari tempat persembunyian yang aman. Namun, tak ada satupun tempat yang bisa menyembunyikan tubuhku. Hal itu membuatku semakin kalang kabut, apalagi saat kudengar suara langkah kaki itu makin mendekat.Kurasa, mungkin itu Bu Hanum yang akan masuk ke kamarnya.Ceklek!Pintu terbuka bersamaan dengan munculnya sosok Bu Hanum. Ia nampak terkejut saat melihatku, begitupun sebaliknya. Namun, aku tetap berusaha tenang dengan memberikan senyum termanis ku padanya."Kamu ngapain disi
Read more
Mantan Dokter
"Ikut ibu!" seru Bu Hanum seraya menarik tangan Arsen.Jika dilihat dari mimik wajahnya, nampaknya Bu Hanum marah besar. Wajah merah padam dengan tangan yang nampak bergetar cukup untuk menandakan bahwa Bu Hanum sedang memendam kemarahan yang siap untuk meledak.Aku hanya bisa berdoa, berharap semoga tak terjadi perang antara ibu dan anak.****Dua hari berlalu.Setelah Bu Hanum memergoki percakapan antara aku dan Arsen pagi itu. Bu Hanum jadi jarang bicara. Sepertinya dia memang benar-benar marah pada Arsen. Imbasnya, Arsen juga jadi murung.Padahal, rasanya baru sebentar aku bisa melihat Arsen dengan sikapnya yang hangat dan bersahabat.Kini, aku harus kembali melihat Arsen yang dingin. Lebih dingin daripada saat ia berpura-pura idiot.Seperti hari ini.Arsen pulang lebih awal dari Bu Hanum, namun ia malah memilih untuk menyendiri di halaman belakang. Tak seperti biasanya yang sering memanfaatkan kead
Read more
Terjatuh
Setelah kejadian kemarin, sikap Arsen kembali seperti semula. Mungkin dia juga sedikit lega karena sudah menceritakan tentang perasaannya.Masalahnya kini tinggal Bu Hanum saja. Tapi sayang, ia lebih jarang berada di rumah hingga aku tak punya banyak waktu untuk berbicara dengannya.Hari ini adalah hari Minggu, hari dimana Arsen biasa menghabiskan waktu luang di rumah saja. Sejak Bu Hanum berangkat, Arsen langsungturun tangan dan membantuku melakukan pekerjaan rumah. Meski kebanyakan dia hanya merecoki saja.Seperti pada saat aku hendak mencuci pakaian. Arsen malah berulah."Ze, lihat deh! Cocok gak?" serunya seraya membeberkan B-H kotorku didadanya."Ish Arsen apa-apaan sih? Geli tau lihatnya! Apa gak sekalian aja kamu pakai tangtop dan rok mininya?" ucapku seraya tertawa melihat tingkah konyolnya."Sebenarnya aku cuma kangen aja sih, sama benda ini. Memangnya kenapa?" tanyanya sembari cengengesan."Apaan sih? Yaud
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status