Tous les chapitres de : Chapitre 51 - Chapitre 60
113
Part 51. Lamaran Tak Langsung
Sepanjang malam, Pijar tidak bisa tidur karena satu kata yang Elang ucapkan kepadanya. Sorry, itu adalah kata-kata sederhana yang seharusnya tidak perlu dia pikirkan. Hanya saja, yang mengatakan itu adalah lelaki yang selama ini sangat menunjukkan kebencian kepadanya. Perubahan tiba-tiba itu, tentu bukan tanpa alasan. Elang pasti merasa bersalah karena sudah membuat penyakit Pijar kambuh sampai berujung ketakutan. “Nggak. Aku nggak boleh terharu dengan hal sekecil ini.” Pijar bergumam sambil menatap langit-langit kamar. “Elang adalah lelaki yang bisa melakukan apa pun untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Dia melakukan ini sekarang karena pasti dia merasa terusik sebab aku menjauhinya. Kalau aku sudah luluh dengannya, itu hanya akan membuat dia kembali mengeluarkan kata-kata kasar itu kepadaku lagi.” Pijar adalah orang yang akan mengingat semua perlakuan buruk orang lain kepadanya karena sejatinya dia adalah pendendam. Hanya saja, jika tidak sangat kelewatan, maka dia hanya aka
Read More
Part 52. Tatap Muka
“Ibu jawab apa?” Setelah beberapa saat Pijar terkejut, dia memastikan jawaban ibunya yang diberikan kepada Noah. Selama ini, Noah tidak mendesaknya untuk sampai pada hubungan tersebut. Mereka menjalani semuanya dengan santai, tetapi diam-diam, dia justru langsung menghubungi orang tuanya. Bahkan, dia belum pernah bertemu dengan orang tua Noah. [Ibu belum menjawab apa pun, semua keputusan ada di tangan kamu. Cuma, Ibu menyarankan agar kamu memikirkan matang-matang dan menerima dia. Noah memiliki keluarga yang baik. Mungkin cepat atau lambat, orang tua Noah akan datang menemui kamu.] Jawaban dari ibunya membuat Pijar terdiam. Setelah basa-basi sebentar, dia mengakhiri sambungan teleponnya. Pijar berpikir apa yang harus dilakukan. Setelah tahu tentang masalah ini, dia pasti akan merasa canggung dengan keberadaan Noah. Karena banyak melamun, Pijar akhirnya lupa waktu. Bahkan ketika Noah sudah sampai di rumahnya, dia belum bersiap-siap sama sekali. “Aku belum mandi, Mas.” Pijar meleba
Read More
Part 53. Mengeluarkan Rasa
“Mas.” Pijar bergumam dengan pelan karena tidak tahu jawaban apa yang harus diberikan kepada Noah. Lidahnya seolah kelu. Haruskah dia mengatakan dengan jujur tentang perasaannya, atau dia harus menutupi dan berpura-pura. Namun, Pijar bukan orang yang seperti itu. Dia tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Bukankah akan lebih baik kalau dia terus terang kepada Noah. “Mas … aku belum mencintai Mas.” Akhirnya Pijar mengungkapkan rasa. “Ada hal yang belum Mas ketahui tentang aku dan itu banyak. Aku nggak bermaksud untuk menyembunyikan, tapi aku belum bisa menceritakan.” Pijar tidak menarik tangannya dari genggaman Noah. Tidak juga balik menggenggamnya. “Bisa nggak kalau kita jalani ini lebih dulu. Mas tahu sekarang aku sedang berobat dan masih membutuhkan waktu untuk aku sembuh total. Aku bahkan nggak bilang apa pun kepada orang tuaku tentang kambuhnya penyakitku.” Pijar tentu bisa merasakan ketulusan yang Noah berikan kepadanya. Dia tak ingin membuat lelaki itu kecewa, hanya saja
Read More
Part 54. Fakta Terkuak
Pijar memberanikan diri untuk berbalik dan menatap Elang. Dia tak tahu bagaimana perasaannya sekarang. Dia baru saja berbicara panjang lebar dengan Noah tentang perasaan mereka. Di saat yang sama Elang harus kembali mengutarakan isi perasaannya dan menguak kisah terpendam yang sudah dikubur selama sepuluh tahun. “Setelah semua yang kamu lakukan sama aku, Lang, kamu mengatakan itu sekarang?” Akhirnya Pijar bersuara meskipun dengan lirih dan bergetar. Mata Elang masih menjadi momok menakutkan di dalam pikirannya sehingga tak sekalipun dia menatap lelaki itu. “Aku dulu pernah ingin menjelaskan sesuatu ke kamu, tapi kamu bersikeras untuk menolak. Semua ucapan buruk kamu, semua caci maki yang kamu lontarkan ke aku, memperdalam luka yang aku miliki, Lang.” Elang membeku di tempatnya. Dia tentu mengingat semua hal yang sudah pernah dilakukan kepada Pijar. “Kamu sekarang mengatakan masih memiliki rasa cinta buatku seolah tidak pernah terjadi apa-apa.” Pijar terkekeh kecil menertawakan dir
Read More
Part 55. Banyak Saingan
“Apa maksud Anda, Pijar adalah milik Anda?” Bagas tidak ingin tinggal diam dan segera ikut berdiri untuk menghentikan kepergian Elang. Mereka saling melempar tatapan tajam. Bagas pasti sudah merasa jika selama ini dia melihat sikap Pijar dan Elang tidak seperti bos dan sekretaris pada umumnya. Elang menarik napasnya panjang untuk memberikan satu lagi informasi kepada Bagas. “Kalau Anda adalah mantan kekasihnya, maka saya juga mantan kekasih Pijar jauh sebelum Anda mengenal dia. Jadi, sekarang Anda paham ‘kan kenapa Anda tidak perlu lagi mendekati dia? Fokuslah pada istri Anda.” Bagas tidak bisa menahan keterkejutannya mendengar ucapan Elang. Dia tahu jika Elang tidak akan membohonginya. Pijar yang tertutup membuatnya tidak tahu kisah masa lalu gadis itu kecuali tentang keluarganya. Bagaimana kisah cinta Pijar dengan mantan-mantan kekasihnya sebelum dia bertemu dengan Bagas pun Bagas tidak tahu. Elang pergi begitu saja dari ruang meeting tanpa lagi berpamitan dengan Bagas. Dia bisa
Read More
Part 56. Tindakan Elang
Elang menahan Pijar pergi dari hadapannya ketika perempuan itu hampir melangkah. Memegangi tangan dingin perempuan itu dan seketika dia terkejut ketika merasakan tangan Pijar sedingin batu es. Pijar berusaha melepaskan, tetapi Elang menahannya. “Tangan kamu dingin banget, Jar?” gumam Elang, “apa akan selalu seperti ini jika kamu dekat denganku?” Pijar melepas paksa tangannya yang ada di genggaman Elang. Membulatkan kepalannya, hanya untuk berusaha menguatkan dirinya sendiri. “Ya. Itulah yang terjadi kalau aku dekat denganmu. Kamu tahu sekarang kalau aku nggak bisa menatapmu tanpa rasa takut.” Atmosfer di antara mereka terasa mencekam. Semilir angin sore mengelus kulit mereka yang tak tertutup, mengibarkan rambut Pijar yang terurai. “Aku tahu ini bukan yang pertama kalinya.” Elang ragu mengatakan itu secara langsung kepada Pijar. “Apa, ini alasanmu pergi meninggalkanku dulu? Ada hal lain yang kamu sembunyikan dari aku?” “Untuk apa kamu tahu?” Pijar akhirnya berbalik untuk menatap
Read More
Part 57. Cinta Bercabang
“Aku nggak main-main, Pijar. Aku nggak pernah main-main,” bisik Elang masih dengan memeluk tubuh Pijar dari belakang. Menumpukan dagunya di pundak Pijar tak peduli jika tubuh Pijar sudah seperti sebuah patung hidup. Elang menggenggam tangan Pijar yang semakin dingin, merasakan betapa Pijar sangat tidak nyaman dengan keberadaannya. Elang membalik tubuh Pijar agar dia bisa menatap perempuan itu. Wajah Pijar pucat pasi seolah tidak ada darah yang mengalir di sana. Namun, lelaki itu tidak menghiraukan. Elang justru menarik Pijar untuk duduk di kursi meeting. Memberikan minum kepada perempuan itu meskipun penolakan yang didapatkan. “Tolong, Lang, tolong jangan siksa aku dengan semua ini.” Pijar benar-benar memohon. “Aku udah mengaku kalah dan aku udah nggak sanggup menampung rasa sakit dan takut ini terus menerus.” Pijar meremas dadanya dengan kuat menahan buncahan rasa sesak yang terasa menyakitkan. Elang yang sama sekali tidak peduli itu, kini meremas tangan Pijar dengan kuat. “Liha
Read More
Part 58. Kacau Balau
Elang memacu mobilnya dengan kecepatan penuh tak peduli kalau Manda berteriak ketakutan. Lelaki itu mengantarkan Manda pulang ke rumahnya dengan pikiran kacau dan emosi yang melambung setinggi angkasa. Mood-nya hancur setelah Noah mengatakan ingin menikahi Pijar. Terlebih lagi, Pijar tidak menolak sama sekali. “Lang, hati-hati.” Manda terus saja merengek karena dia tampak ketakutan dengan aksi Elang yang ugal-ugalan. Elang sama sekali tidak peduli dengan rengekan Manda. Sampai di depan rumah Manda, Elang menghentikan mobilnya. Tangannya meremas setir mobilnya dengan napas memburu. “Keluar!” usir Elang pada Manda. “Lang ….” “Keluar!” bentaknya pada Manda yang ingin membantahnya. “Jangan buat saya murka, Manda. Saya benar-benar muak dengan semua ini.” “Sampai kapan?” Manda menatap Elang dengan tajam. Perempuan itu tak mau kalah. “Sampai kapan kamu akan mencintai Pijar, Lang? Sampai kapan? Kisah kalian sudah berakhir sejak lama dan sudah waktunya kamu menerima cinta baru dalam hidu
Read More
Part 59. Penjelasan Sepuluh Tahun Lalu
“Maafkan aku.” Elang akhirnya kembali meminta maaf. “Tolong ceritakan kenapa kamu dulu ninggalin aku gitu aja. Aku butuh penjelasan, Jar.” Tatapan Elang sama sekali tidak lepas dari wajah Pijar. Perasaan cinta yang menguar di hatinya tak tanggung-tanggung. Sejak dulu sampai sekarang, hanya ada satu nama di dalam hatinya dan itu adalah Pijar. “Aku tahu selama ini aku hanya terus mengedepankan emosiku dan nggak peduli dengan penjelasan yang ingin kamu katakan kepadaku. Aku salah. Namun, sekarang aku ingin tahu agar semua menjadi jelas, Jar.” Pijar ragu untuk mengungkapkan segalanya. Di samping itu, dia juga ingin salah paham ini bisa segera berakhir. Pijar menarik napasnya panjang sebelum bersuara. “Sepuluh tahun yang lalu, Ayah kena kasus yang sangat berat.” Akhirnya Pijar mulai bercerita. “Ayah dituduh korupsi dan terjerat masalah yang mengubah kehidupan kami. Kami kehilangan semuanya. Satu-satunya harta yang tersisa dari kami adalah rumah tua yang sekarang ditempati oleh Ibu dan
Read More
Part 60. Tak Punya Teori Cinta
“Tugasku untuk menjelaskan tentang masa lalu udah selesai. Aku rasa, semuanya sudah jelas dan nggak ada yang perlu lagi ada perdebatan untuk kedepannya. Selanjutnya, kita urus kehidupan kita masing-masing. Tidak perlu saling ikut campur.” Pijar berdiri untuk kembali ke dalam rumahnya, tetapi tangannya dicekal oleh Elang. “Karena aku sekarang udah tahu semua apa yang sebenarnya terjadi, maka itu membuatku semakin nggak mau pergi dari kamu, Jar.” Elang si keras kepala itu mulai beraksi. “Aku akan menemui orang tua kamu dan melamar kamu secepatnya.” Pijar berbalik untuk menatap Elang. Perempuan itu sangat terkejut dengan ucapan Elang yang tiba-tiba. Lelaki itu benar-benar tidak bisa ditebak. Dia bahkan tidak bertanya lebih dulu apa yang sebenarnya dirasakan oleh Pijar sekarang. Tentang perasaannya, tentang luka yang diberikan sebelum penjelasan malam ini diberikan. Elang main ambil keputusan sendiri seolah dia adalah bos. Dia bisa melakukan itu ketika di kantor, tetapi ini adalah men
Read More
Dernier
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status