Semua Bab Gadis Penjual Pecel, Sukses jadi Miliarder: Bab 31 - Bab 40
43 Bab
Bab 31
"Kanaya nya ada Bu?" tanya pemuda berkuncir itu, langsung pergi ke rumah makan Kanaya, karena ia merasa, gadis itu tidak akan langsung pulang ke rumahnya. Bu Tuti tampak terkejut, melihat tubuh Bimo yang basah, sore-sore begini datang mencari Kanaya."Nak Bimo, kenapa basah seperti ini? nanti kalau sakit bagaimana?" seru bu Tuti, tampak khawatir. Bimo tak menjawab, ia mengedarkan pandangannya, mencari sosok Kanaya, di rumah makan itu... "Kanaya belum datang kemari Nak Bimo." jawab bu Tuti akhirnya, karena melihat wajah Bimo, yang tampak khawatir."Kalau begitu saya pamit ya Bu." pamit Bimo, mencium punggung tangan bu Tuti."Loh, tidak makan dulu Nak? setidaknya ganti dulu bajunya, biar ndak masuk angin.."Bimo menggeleng, sembari tersenyum tipis, kemudian segera masuk ke mobilnya lagi, dan berlalu.Bu Tuti, hanya dapat menatap heran, dengan tingkah pemuda barusan."Kemana Kanaya? apa dia pulang ke rumah?" gumamnya. "Sebaiknya aku pastikan dulu, aku tidak mau terjadi apa-apa dengan
Baca selengkapnya
Bab 32
"Masa sih, Bimo bilang begitu Mah?" tanya Pak Rafli, membulatkan matanya."Iya Pah!!" jawab bu Slavina, mengangguk."Anak itu, tampaknya memang sudah ingin menikah." ucap Pak Rafli, tersenyum lebar."Tapi nih Pa, kata Niken, gadis yang sedang dekat dengan Bimo sekarang ini, adalah seorang penjual pecel." ucap bu Slavina, tampak tak suka. "Ya memangnya kenapa kalau jualan pecel?" jawab Pak Rafli, merasa heran."Ya masa sih, menantu kita seorang penjual pecel. Keluarga kita itu, hampir semuanya berprofesi dokter Pa..apa kata saudara-saudara yang lain coba, kalau lagi kumpul keluarga gitu, kan gak nyambung nanti dia, waktu di ajak ngobrol." ucap bu Slavina, kesal."Mama ini gimana sih, katanya bineka tunggal Ika.., justru keberagaman itu, membuat suasana menjadi lebih hidup, dan tidak monoton." bela pak Rafli, terhadap pilihan putranya."Lagian nih Ma, entah kenapa, Papa juga kurang sreg, kalau Bimo jadian sama Niken." "Lah, emang kenapa Pah? Niken kan cantik, baik, dokter juga, sama
Baca selengkapnya
Bab 33
"Jadi pemuda itu seorang dokter ya?" gumam Aryan, saat mengetahui status pemuda yang kini tengah dekat dengan Kanaya. Pria berumur 30 an itu, tampak mendesah pelan, setelah membaca profil tentang Bimo."Lulusan S2 ilmu kedokteran, dari sebuah Universitas di Inggris, usianya baru mau 26 tahun. Putra dari seorang direktur rumah sakit swasta terbesar di kota ini, yang juga seorang dokter." Aryan membaca ulang, biodata dari Bimo, sekali lagi."Sepertinya berat, jika harus bersaing dengan nya." gumam nya lagi, tampak lesu."Kenapa Kanaya bisa dekat dengan orang sepertinya?" lagi-lagi Aryan menghela nafas nya kasar."Tapi aku akan cari tahu dulu, sedekat apa sebenarnya, hubungan mereka berdua. Rasanya aku masih belum percaya, lelaki seperti nya, akan menjalin hubungan serius, dengan Kanaya yang masih sangat polos itu.Atau jangan-jangan, pemuda itu hanya akan memanfaatkan Kanaya??" gumam nya lagi, merasa gelisah.Mulai tadi, sibuk dengan pikirannya sendiri, Aryan akhirnya memutuskan untuk
Baca selengkapnya
Bab 34
"Anak itu ternyata manis juga ya Pah, dia juga sangat cekatan, Mama suka." ucap bu Slavina, sambil berbaring di sebelah suaminya."Iya, Papa juga merasa dia sangat cocok untuk Bimo. Mama dengar tadi? meski merangkak dari nol, kini penghasilannya, sudah ratusan juta. Papa sangat simpatik dengan orang-orang seperti itu, pantang menyerah, dan tak pernah berputus asa." jawab pak Rafli, mengagumi sosok calon menantunya itu."Mama setuju. Awalnya, waktu Niken bilang, Bimo dekat dengan gadis penjual pecel, bayangan Mama, gadis itu kampungan, dan tak akan bisa berbaur, dengan keluarga besar kita..Ternyata Mama salah, menyimak dari jawaban-jawaban yang terlontar dari mulut nya tadi, ternyata dia adalah gadis yang cerdas." ucap bu Slavina, juga mengagumi sosok Kanaya."Diajak ngobrol juga enak, nyambung anaknya.." ujarnya lagi."Ya sudah, ayo sekarang kita tidur dulu Mah, sudah malam, masalah Bimo dan gadis itu, biarlah sekarang mereka berdua yang memutuskan." ajak Pak Rafli, segera memeluk
Baca selengkapnya
Bab 35
"Ada apa Bu?" tanya Bimo, urung mengambil lauk pauk yang tampak menggiurkan di atas meja makan. "Orangtua Nak Bimo katanya mau kemari ya?" tanya bu Tuti, menatap wajah tampan Bimo, yang tampak segar dengan rambutnya yang sedikit basah."Iya benar, rencananya nanti malam." jawab Bimo tersenyum. "Kalau di undur sampai malam Kamis gimana Nak? ini nanti kan sudah malam selasa, jadi di tunda dua malam saja." ucap bu Tuti, sembari mengambilkan beberapa lauk, yang disukai oleh pemuda itu."Memangnya kenapa Bu?" tanya Bimo, kemudian menoleh ke arah Kanaya. "Bukan apa-apa, sebenarnya Ibu ingin sekalian sama selamatan pindah rumah, yang baru kami beli beberapa minggu lalu." ujar bu Tuti, tersenyum. "Ooh, jadi rumah itu sudah bisa di tempati ya?" tanya Bimo tampak antusias, karena ia juga sudah tahu, tentang pembelian rumah itu, dari Kanaya."Iya Nak, gimana..bisa kan?" tanya bu Tuti, tampak begitu berharap.Bimo tersenyum lebar, kemudian mengangguk."Baiklah Bu, nanti biar Bimo sampaikan ke
Baca selengkapnya
Bab 36
"Cantik sekali Nduk..!" seru bu Tuti, saat melihat putrinya selesai berdandan dengan mengenakan gaun yang dibelikan oleh Bimo, untuk acara malam ini."Masa sih Buk?" Kanaya tampak berbinar senang, sembari mematut dirinya di depan cermin.."Iya, Masya Allah.. andai Bapakmu itu bisa menyaksikan ini semua, " bu Tuti segera menyusut sudut netra nya, teringat dengan suami, yang selama ini tak pernah menyayangi keluarganya."Jangan ingat-ingat Bapak lagi Bu, jika hanya akan membuat Ibu sedih." Kanaya segera merangkul ibunya itu. "Tapi walau bagaimanapun, ketika menikah nanti, kamu juga butuh Bapakmu, sebagai wali nikahmu Nduk.." ucap bu Tuti lagi, menatap wajah putrinya. Kanaya terdiam, wajah cantiknya kini menjadi murung mendengar penuturan ibunya itu. Ya, walau bagaimanapun, dia membutuhkan Bapaknya, untuk menjadi wali nikahnya kelak."Semoga Bapak sekarang sudah sadar ya Bu.., yang Naya takutkan, Bapak masih seperti dulu, belum bertobat, dan masih suka judi dan mabuk-mabukan." ucapnya
Baca selengkapnya
Bab 37
"Ibu masih dirawat disini Pak?" tanya Kanaya, kepada dosennya itu, yang tengah menatap lekat dirinya, membuat Bimo menjadi kesal dibuatnya. Namun Bimo berusaha untuk sesantai mungkin, menghadapi Aryan, ia tak ingin terlihat bodoh di depannya. "Iya Nay, tadi ibu masih di gantikan baju oleh perawat." jawab Aryan, tersenyum kepada Kanaya. "Kalau begitu, saya boleh masuk untuk jenguk Ibu kan?" tanya Kanaya. Aryan mengangguk, mempersilahkan Kanaya untuk masuk, tanpa melirik sama sekali, ke arah pemuda yang ada di sebelah Kanaya. "Ayo Kak.." ajak Kanaya, kepada calon suaminya itu.Bimo kemudian mengikuti langkah gadis pujaannya itu dan mengacuhkan Aryan, yang menatapnya tak suka, masuk ke dalam ruang paviliun, tempat Bu Yus dirawat.Bu Yus yang tampak terbaring lemah, tampak berbinar saat melihat Kanaya datang."Kanaya.." panggilnya, segera mengulurkan tangannya."Bu Yus.. " Kanaya segera duduk di kursi sebelah ranjang pasien itu, dan menggenggam jemari tangan bu Yus, yang kini terlih
Baca selengkapnya
Bab 38
Bimo terus saja tersenyum-senyum, terbayang dengan calon istrinya tadi, saat mencoba beberapa gaun pengantinnya."Dia memang gadis yang cantik, sangat cantik.." gumamnya, kemudian memandangi foto Kanaya tadi, yang ia ambil secara diam-diam. Rasanya tak sabar lagi ingin segera menikah, dan bisa berkumpul terus, bersamanya....Saat sedang asyik melamunkan gadis pujaannya, tiba-tiba ponselnya berbunyi."Niken??" gumam nya, sembari mengernyitkan dahinya. [Aku mohon jangan menikahi gadis itu Mas..aku sangat mencintaimu. Lebih baik aku mati saja, jika tidak bisa menikah dengan mu.]Bimo berdecak kesal, membaca pesan itu."Lebih baik aku abaikan saja, palingan ini hanyalah gertakannya saja, agar aku tak jadi menikah." gumam Bimo, kemudian tak membalas pesan itu. Di tempat lain, Niken tengah menangis tersedu di pinggir sebuah jembatan, yang di bawahnya terdapat aliran sungai, yang sangat deras, sambil memandangi foto-foto dirinya, saat masih bersama dengan Bimo dulu."Kenapa kamu tega Mas
Baca selengkapnya
Bab 39
"Hari ini jadwal operasi untuk pasien yang terbakar itu, Dokter.." salah seorang perawat, memberitahu Bimo, pagi itu. Bimo mengangguk di meja ruangannya, sembari memeriksa beberapa jadwal yang harus ia lakukan hari ini."Pukul berapa Sus?" tanyanya. "Pukul 10 pagi ini Dokter.." jawab si perawat. Bimo hanya mengangguk, kemudian melanjutkan pekerjaannya."Jadwal kunjungan pasien hari ini, tolong segera letakkan di meja saya." ujar Bimo, kepada asistennya itu."Sudah dokter, mungkin tertumpuk dengan lembar yang lain.." Bimo segera memeriksa lembaran-lembaran itu, dan tersenyum tipis. "Oh iya..maaf." ucapnya terkekeh."Baiklah, kita lakukan kunjungan lebih awal saja, biar cepat selesai." ucapnya, segera beranjak dari tempat duduknya.Dua orang dokter magang, tampak sudah menunggu, untuk ikut menemaninya.****[Aku harap, pagi ini kamu sudah menjadi lebih baik, dan bersemangat.] Aryan menuliskan sebuah pesan pada ponselnya, dan segera mengirimnya, sembari tersenyum simpul.Seorang gad
Baca selengkapnya
Bab 40
"Bagus kan pemandangan nya?" ucap Aryan, yang kini menghentikan mobilnya, di dekat sungai besar, yang mengalirkan air, yang sangat jernih.Niken terlihat sangat senang, kemudian turun ke sungai yang penuh dengan batu besar, dan sangat dangkal."Kamu benar Mas, pikiranku jadi lebih tenang sekarang." ucapnya, tersenyum lebar. "Apa ku bilang, aku kalau sedang merasa sedih, sumpek, stres, aku paling suka kemari, dan bermain air disini.Bahkan biasanya aku membawa tenda, dan bermalam disini." ungkap Aryan, kepada Niken."Benarkah?? memangnya Mas tidak takut, bermalam disini sendirian?" tanya Niken, tampak tak percaya. Aryan terkekeh."Aku ini laki-laki Mbak, tentu saja aku berani." jawab Aryan, tertawa."Warga di sekitar sini juga sangat baik, asal kita tidak berbuat sembarangan, dan jaga kebersihan lingkungan, aku jamin aman meskipun bermalam sendirian." jawab Aryan lagi."Lihat, di seberang sungai ini, ada hutan pinus yang masih sangat alami, kapan-kapan kita main kesana." ajak Aryan,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status