All Chapters of JEBAKAN MADU SANG GIGOLO: Chapter 11 - Chapter 20
51 Chapters
11. DALAM DARAHMU, ADA AKU
“Kelihatannya kau tertarik pada karyawan baru itu?” goda Jason, meski sebenarnya ia sedang mengulur waktu mencari jawaban yang tepat untuk istri sahabatnya tanpa menimbulkan kecurigaan. “Siapa bilang?” mata biru Rosie membeliak namun pipinya tak urung merah merona. Pemandangan itu tak luput dari mata jeli Jason yang menanggapinya dengan senyum tertahan. “Justru aku tidak suka padanya, terlihat licik dan jahat!” kata Rosie sambil mendekatkan dirinya ke partisi kaca, melihat ke arah MIchael yang sedang melayani seorang pelanggan wanita. Wanita itu terlihat mengulum bibir dan memainkan ujung rambutnya yang terjuntai di pundak, bahkan matanya menatap Michael sayu seperti gadis dimabuk cinta. Michael melayaninya dengan senyuman dan membiarkan pinggangnya dicubit gemas oleh wanita itu. “Lihat itu tingkahnya, norak…kampungan!” kata Rosie sebal menunjuk ke arah Michael dengan dagunya. “Memang dia kenapa? Wajarlah dia tampan hingga disukai pelanggan wanita. Apa yang salah?” Jason melihat
Read more
12. MAKAN MALAM ISTIMEWA
Pria itu membungkuk dengan kedua tangannya menggenggam sandaran tangan kursi, mengungkung Rosie di dalamnya. “Aku hanya ingin berterima kasih, jadi tolong jaga sikapmu!” Rosie memicingkan mata geram, berusaha mengabaikan kupu-kupu yang sedang berperang dalam perutnya. “Jangan salahkan aku, ikatan darah di antara kita sangat kuat!” “Makin lama omonganmu makin ngawur!” sentak Rosie kesal, “Jangan buat aku menyesal sudah bersikap baik padamu!’ “Satu kali makan malam maka kuanggap kita impas, bagaimana?” kata Michael bernegosiasi. Rosie berpikir sejenak sebelum mengangguk, “Hanya makan malam!” “Ya tentu saja, kecuali kau ingin…” “Sebaiknya kurangi bicara atau gajimu kupotong!” ancam Rosie. Michael mengatupkan bibir namun mata hijaunya seperti tertawa menggoda. “Baiklah, kau lanjutkan pekerjaanmu. Akan kusiapkan makan malamnya!” Michael menjauh dari Rosie, melangkah meninggalkan ruangan menuju ke da
Read more
13. SANDIWARA CINTA
Michael mengunci pintu depan cafe, menyembunyikan kuncinya di bawah pot besar sesuai pesan rekan-rekan seniornya sebelum mereka pulang. Pemuda itu memeriksa jam tangan kulit yang membelit pergelangan tangan kirinya, sudah jam delapan malam. Ia mendongak ke langit berwarna biru pekat, bulan purnama terlihat penuh di atasnya. Masih ada waktu untuk mengunjungi Jonas di rumah sakit, pikirnya. Hari ini sebenarnya hari yang melelahkan, seluruh tubuhnya serasa luluh lantak. Tetapi Jonas pasti akan menanyakannya bila ia tak datang. “Michael.” Michael membalikkan tubuh, matanya menangkap sosok wanita berdiri di dekat pintu mobil beberapa meter dari tempatnya berdiri. Sosok yang ia kenal. “Rosie?” Michael berjalan mendekat beberapa langkah untuk memastikan wanita di depannya adalah Rosie. Tak ada jawaban. Wajah Rosie bermandikan cahaya bulan, terlihat cantik. Michael melihat ke dalam mata birunya dan melihat tatapan lapar yang belum
Read more
14. PERTEMUAN TAK TERDUGA
Seorang pria berusia sekitar 60 tahun-an berjalan keluar dari bandara, mengenakan jaket kulit di luar kaos putih dipadu celana jeans biru. Penampilannya sederhana namun tetap terlihat rapi dan elegan.Di samping kiri-kanannya berjalan pula dua orang pria yang berusia lebih muda mengenakan pakaian serba hitam. Mereka menggunakan jasa taksi bandara untuk mengantarkan ke sebuah hotel bintang lima yang terletak di jantung kota.Nama pria itu adalah George Bridgewood, seorang pengusaha sukses dari Inggris. Namun demikian penampilannya selalu bersahaja.Meski sudah kepala enam, dengan tubuh tinggi tegap, dada bidang dan sedikit keriput di wajah, ia lebih mirip pria berusia 40 tahun. Sepanjang perjalanan menuju ke hotel. mata hijau zamrudnya memandang ke luar jendela taksi. Kenangan masa lalu tiba-tiba mengusiknya, membawa ia dalam perasaan bersalah yang menyiksa. 25 tahun yang lalu George pernah tinggal di kota itu selama beberapa waktu dalam rangka membina hubungan kerjasama dengan salah
Read more
15. MENYANGKAL DIRI
Pagi itu, suasana cafe mulai ramai pengunjung. Michael dan rekan-rekannya sibuk melayani customer yang terus saja datang. Beruntungnya kondisi sakit di kakinya berangsur membaik hingga ia tetap mampu bekerja maksimal. Bukan hanya menerima pelanggan yang memesan makanan dan minuman, Michael juga harus menghadapi beberapa pelanggan genit yang meminta nomor teleponnya. Sungguh memusingkan, ditambah pandangan cemburu rekan-rekan pria yang lain padanya karena ia lebih sering mendapat tips dari pengunjung wanita. Michael sudah banyak belajar tentang karakter orang dan bagaimana membuat mereka puas dengan hasil kerjanya, hal ini dikarenakan ia sudah harus bekerja mencari nafkah sejak usia 15 tahun. Kondisi perekonomian yang sulit mengajarkan banyak hal padanya termasuk bertahan hidup. Setelah berhasil meloloskan diri dari rayuan seorang gadis cantik yang berani mengajaknya kencan setelah memesan secangkir kopi latte, ia memilih menghabiskan waktu m
Read more
16. TAK SESUAI RENCANA
David tak pernah menyangka akan mendapat durian runtuh, manager barunya yang cantik tiba-tiba saja mengajaknya makan malam. Mimpi-pun ia tak berani, hanya mampu mengagumi dari jauh. Kini sang bidadari dengan suka rela datang ke pelukannya tanpa diminta, tak mungkin akan ia sia-siakan. “Bos, benarkah kita akan makan malam?” ia bertanya untuk memastikan bahwa ia tak sedang bermimpi. Rosie menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan sebelum akhirnya mengangguk perlahan. “Ya, tentu saja.” “Terima kasih, Bos!” David tak dapat menyembunyikan kegembiraannya, “Kalau begitu sebaiknya aku melanjutkan pekerjaanku dulu.” Rosie mengangguk kecil, nyaris tak terlihat olehnya. Dengan langkah kaki penuh percaya diri, ia meninggalkan ruangan. Setiba di pantry dimana Michael dan Ruby sedang menyiapkan pesanan pelanggan, David menari kegirangan. Michael yang melihatnya hanya bisa melengos kesal, berusaha menyibukkan diri dengan pekerjaannya. “Tampaknya sudah jelas akulah pemenang taruhan
Read more
17. AKU MENYAYANGIMU, IBU
Rosie sudah melampaui beberapa tikungan ketika berpikir untuk kembali. Ia sangat mengkhawatirkan keadaan Michael yang saat ini basah kuyup karena ulah David. Bagaimana kalau pemuda itu tidak segera mendapatkan tumpangan? Bagaimana kalau ia kedinginan sementara kakinya masih cedera? Rosie memutuskan untuk memutar mobilnya kembali ke tempat Michael berada. Karena kondisi hujan, ia tidak bisa mempercepat laju kendaraan ditambah kondisi jalan macet. Rosie mengetuk kemudi dengan jari-jari lentiknya, mencoba bersabar saat harus menunggu di bawah lampu merah. Setelah bermenit-menit yang membosankan akhirnya ia sampai di seberang halte. Michael masih berdiri di sana, menggigil dalam sepi. Rosie menggigit bibir, tiba-tiba jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Butuh keberanian luar biasa untuk keluar dari mobil dan menemui pemuda itu, karena menemui Michael sama dengan mengakui bahwa ia menyukai pemuda bermata hijau itu. Setelah lelah berperang dengan dirinya sendiri, Rosie m
Read more
18. SEDINGIN BONEKA SALJU
“Tidak!” pekik Rosie memilukan, “Jangan tinggalkan aku, Richard!” Tangannya yang berlumuran darah berusaha menggapai Richard, tanpa mempedulikan duri-duri menancap di tubuhnya. Richard memalingkan wajah ke arahnya, menatapnya dengan sorot mata iba. Air mata Rosie jatuh di atas kelopak bunga mawar yang menempel di pipinya. Ia tidak ingin belas kasihan. Ia hanya ingin memiliki cinta Richard.”Tolong aku, Richard!” ia memohon. Namun pria itu hanya tersenyum dan berlalu bersama kekasihnya, meninggalkan Rosie terbelenggu dalam jeratan mawar berduri. TIDAK!! Rosie tersentak bangun, ia masih berada di atas ranjang di dalam kamarnya dengan pakaian kerja yang ia kenakan kemarin. Kepalanya berdenyut-denyut karena terbangun mendadak dalam keadaan shock. Ia lega semua hanya mimpi, mimpi buruk seperti biasanya. Hanya kali ini mimpi buruknya lebih mengerikan dari biasanya. Rasa sakit seperti ditusuk ribuan duri mawar masih ia rasakan pedihnya, mimpi itu meninggalkan luka tak berdarah dalam
Read more
19. UNDANGAN MISTERIUS
George memberi kode ke arah Kevin dengan gerakan mata, pria bertubuh gempal itu mengangguk lalu meninggalkan majikannya untuk membuntuti Michael. “Ke mana anak buah Anda, Tuan George?” tanya Richard saat kembali menemuinya. “Aku memberinya tugas untuk diselesaikan,” jawab George, masih dengan senyum di bibirnya. Richard menanggapinya dengan mengangguk-anggukan kepala. “Oh ya, siapa nama pemuda tadi?” tanya George hati-hati ketika mereka berjalan ke ruang rapat. Ia tak ingin menimbulkan kecurigaan di hati koleganya. “Pemuda yang mana?” raut muka Richard terlihat bingung. “Pemuda yang tadi menyerahkan tabung ini padamu,” George menunjuk tabung di tangan Richard dengan dagunya. “Oh, Michael?” Jadi namanya Michael? George mengangguk. “Ia hanya pelayan di cafe milik rekanku,” kata Richard, “Mengapa Anda menanyakannya?” “Tidak apa-apa,” George terkekeh, “Aku juga menyukai semangatnya, sama sepertimu”
Read more
20. SANG PENGINTAI
“Tolong!” jerit Sasha ketakutan. “Tak ada gunanya Anda berteriak-teriak, majikan kami sudah menutup lantai ini dari umum!” pria itu menatapnya dengan sorot mata dingin, membuatnya menggigil ketakutan. Setelah tahu tak ada gunanya berusaha lari, Sasha masuk kembali ke kamar hotelnya. Ia melangkah lunglai ke tempat tidur king size, berbaring, dan menumpahkan tangis di sana, hingga kelelahan dan akhirnya jatuh tertidur. Entah berapa lama Sasha terlelap dan terbawa mimpi entah ke mana, ketika kemudian ia terbangun karena merasakan hembusan napas menggelitik pipinya. Sasha membuka mata perlahan, menemukan bahwa seseorang sedang menikmati wajahnya dengan mata laparnya. Ia tersentak kaget, tubuhnya dengan refleks beringsut ke belakang. “Sasha, ini aku!” Richard tersenyum. “Richard?” matanya membelalak. Melihat pria dihadapannya mengangguk, kemarahan-pun timbul seiring dengan ingatannya tentang penyekapan yang ia alami. “Apa yang kau lakukan, Richard?” teriak gadis itu, “Mengap
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status