Semua Bab Sebatas Pengantin Pengganti: Bab 11 - Bab 20
339 Bab
11). Namsan Tower
***"Hati-hati.""Iya."Setelah sehari kemarin hanya berdiam diri di hotel karena Aludra yang masih lemas setelah sakit perut yang mendera. Hari ini, hari kedua di Seoul, Arka mengajak gadis itu untuk keluar.Tak pergi jauh, pagi ini—sekitar jam sembilan waktu setempat, Arka membawa Aludra ke Namsan tower—menara ikonic di kota Seoul yang cukup terkenal di kalangan turis lokal maupun mancanegara."Kenapa kita turun di sini?" tanya Aludra. "Harusnya kan di halte yang deket tempat sewa cable car.""Emang siapa yang bilang kalau kita mau naik calbe car?" tanya Arka, yang membuat Aludra menautkan kedua alisnya."Lah, kan emang naik itu," jawab Aludra yakin. Bukan sekali dua kali berkunjung ke Namsan tower, rasanya Aludra cukup hafal bagaimana caranya naik ke puncak dan setiap berlibur bersama kedua orang tuanya juga Alula, dia selalu menggunakan cable car. "Aku kalau sama Papa ke sini, suka naik itu, dan kalau naik bis, kita turun di halte yang tadi. Aku lupa ingetin.""Itu kalau kamu jala
Baca selengkapnya
12). Gembok Cinta
***"Minum."Menoleh, Arka memandang Aludra yang baru saja kembali sambil membawa dua botol air mineral di tangannya.Masih dengan napas yang terengah-engah, Arka mengambil botol minum bertutup hijau dari Aludra lalu meneguknya hingga habis setengah. Lelah? Tentu saja.Menaikki satu-persatu undakkan tangga sambil menggendong Aludra nyatanya bukan sesuatu yang mudah. Terlebih lagi, jarak yang dia tempuh dari bawah menuju atas juga tidaklah dekat."Capek ya?" tanya Aludra setelah dirinya duduk di samping Arka.Saat ini keduanya sedang duduk di sebuah bangku panjang yang menghadap langsung ke pagar pembatas dengan hiasan ribuan gembok di sana.Gembok cinta. Begitulah panggilan orang-orang pada tempat di mana Arka dan Aludra berada sekarang. Di sana, ribuan gembok dari berbagai warna juga bentuk menggantung. Bertuliskan nama seseorang dan pasangan, mereka semua meyakini dengan menggantung gembok di sana, hubungan yang dijalani akan langgeung."Mas Arka aku tanya, kamu capek?" tanya Aludra
Baca selengkapnya
13). Mengabaikan Nasihat
***"Alula bangun, Alula."Aludra yang sejak sore tadi tertidur, lekas membuka mata ketika Arka membangunkannya. Dia yang tidur dengan posisi telungkup lantas menyipitkan mata—memandang Arka yang kini terlihat rapi dengan kemeja garis-garis berwarna biru."Apa?" tanya Aludra dengan suara yang parau."Bangun, kita pergi," ajak Arka."Ke mana? Males ah, capek. Kaki aku pegel.""Aku mau nemuin temen aku," ungkap Arka. "Kebetulan dia tinggal di sini sama istrinya.""Terus ngapain kamu bangunin aku?" tanya Aludra. "Ya karena kamu harus ikut," ucap Arka. "Meskipun temen aku enggak datang, dia tahu aku udah nikah dan dia pengen ketemu sama kamu.""Temen kamu cowok?""Ya iyalah, kan tadi aku udah bilang dia punya istri. Masa cewek?""Oh." Menjawab singkat, yang dilakukan Aludra justru tak bangun. Masih mengantuk, dia menutup kembali matanya dan tentu saja semua itu membuat Arka berdecak."Alula.""Apa sih? Berisik banget.""Bangun, cantik. Mandi. Abis itu kita pergi," ajak Arka untuk yang ke
Baca selengkapnya
14). Aludra dalam Bahaya
***"Minum.""Thanks."Mengambil segelas teh manis yang disajikan sang sahabat, Arka meneguk teh manis tersebut lalu menyimpannya kembali di meja.Sudah hampir setengah jam Arka di apartemen Dika—sahabatnya. Mengobrol dan sedikit bernostalgia, entah kenapa perasaan Arka tiba-tiba saja tak enak. Dia teringat Aludra.Sedang apa dia? Apakah masih tidur atau sedang apa? Ah, Arka jadi ingin pulang."Dik," panggil Arka."Ya ka?""Aku kayanya mau pulang sekarang," ungkap Arka yang tak bisa lebih lama lagi meninggalkan Aludra, karena kini perasaannya semakin tak enak."Lah, cepet banget Ka?" tanya Dika. "Belum juga satu jam.""Aku enggak bisa ninggalin istri aku lama-lama, takut ada apa-apa," ungkap Arka."Dasar pengantin baru, maunya nempel terus ya.""Begitulah," jawab Arka. Mengambil ponsel yang semula dia simpan di atas meja, Arka beranjak dari sofa lalu berpamitan pada sahabatnya itu.Keluar dari apartemen, Arka bergegas menuju lantai bawah. Tak akan menggunakan bus, Arka memilih taksi u
Baca selengkapnya
15). Tentang Rania
***"Jadi Mbak awalnya kerja di sini?"Perempuan berambut sebahu yang kini duduk di samping Aludra lantas menganggukkan kepalanya ketika pertanyaan tersebut dilontarkan Aludra.Setelah menolong Aludra dari para preman nakal yang menggodanya, perempuan bernama Rania itu setuju saat Aludra mengajaknya ke tempat street food untuk membeli camilan malam.Duduk di bangku yang ada di sana, keduanya kini menyantap corn dog sambil mengobrol. Selain itu, Aludra juga menunggu kedatangan Arka yang akan menjemput setelah dia menelepon pria itu dan menceritakan kejadian yang baru saja menimpanya barusan."Iya," jawab Rania. "Cuman ya itu, bos saya enggak bertanggungjawab. Dia fitnah saya mencuri di rumahnya. Alhasil saya dipecat, dan sekarang saya bingung. Enggak punya uang buat kembali ke Indonesia.""Kasian banget," ucap Aludra. Sambil menyantap corn dognya, dia menatap Rania iba. Ingin sekali membantu, tapi sepertinya Aludra butuh persetujuan Arka lebih dulu.Meskipun sebenarnya, tanpa bantuan Ar
Baca selengkapnya
16). Usulan yang Ditolak
***"Jadiin dia asisten rumah tangga?"Mengerutkan kening, Arka yang saat ini sedang berdiri sambil melepaskan kancing kemeja di depan cermin, lantas menoleh dan membalikkan badannya lalu menatap Aludra yang duduk di kursi, ketika pernyataan tentang Rania yang akan dijadikan asisten rumah tangga diucapkan gadis itu."Iya," jawab Aludra. "Sebagai ucapan terima kasih karena udah nolong, rencananya aku mau biayain dia pulang ke Indonesia terus mempekerjakan Mbak Rania di rumah baru kita nanti. Gimana, briliant kan ide aku?""Enggak," jawab Arka singkat. Selesai membuka kancing, Arka melepaskan kemejanya lalu menyimpan kemeja garis-garis itu di tempat yang tersedia. Setelah itu, dia berjalan dan menarik kursi untuk duduk di samping Aludra yang kini tengah menyantap fish cakenya. "Menurut aku itu enggak briliant sama sekali.""Kenapa?" tanya Aludra sambil menautkan alis. "Dia kan udah nolongin aku, Mas. Coba bayangin kalau Mbak Rania tadi enggak nolongin, pasti aku udah diapa-apain sama m
Baca selengkapnya
17). Model Rambut
***"Sekali lagi terima kasih banyak ya Mbak Alula, saya enggak tahu harus gimana lagi. Berkat Mbak Alula, saya bisa pulang. Makasih Mbak.""Sama-sama Mbak Rania, saya juga makasih banyak. Buat kerjaan, nanti kalau suami saya udah setuju, saya kasih tau lagi ya Mbak Rania. Kalau mau pulang, hati-hati di jalannya. Sampai ketemu di Bandung.""Iya Mbak Alula, Buat Mbak sama Masnya juga selamat liburan ya. Semoga nanti suami Mbak bisa terima saya jadi pekerja. Saya amanah kok.""Iya Mbak Rania, nanti saya bujuk lagi deh suami saya. Dia emang kadang nyebelin.""Iya Mbak, ya sudah kalau begitu saya tutup teleponnya ya, mau siap-siap. Gak sabar pengen pulang.""Iya Mbak Rania, hati-hati di jalan.""Iya."Memutuskan sambungan telepon dengan Aludra, Rania mendesah kecewa sambil menyimpan ponselnya di atas meja. Memandang Seoul dari lantai sepuluh, perempuan itu tak memedulikan angin sepoy yang meniup rambutnya."Siapa yang telepon?"Menoleh, Rania memandang perempuan yang datang menghampiri sa
Baca selengkapnya
18). Mari Belajar Mencintai
Festival bunga Taean.Merealisasikan rencananya, sore ini Arka mengajak Aludra mengunjungi festival bunga Taean yang terkenal di Korea selatan.Pergi menggunakan bus, Arka dan Aludra sampai setelah menempuh perjalanan satu jam karena memang festival tersebut berada di provinsi Taean—bagian barat kota Seoul."Panas," keluh Aludra ketika kini Arka mengajaknya berkeliling menjelajahi hamparan bunga yang indah di sana.Tak hanya satu macam, bunga yang dipamerkan di sana terdiri dari beberapa jenis bunga yang terbilang cukup indah. Mulai dari lavender hingga lili dengan berbagai warna, ditata sedemikian rupa untuk menarik perhatian para pelancong lokal maupun luar seperti Arka dan Aludra."Enggak terlalu panas kok," ucap Arka. "Udah jam tiga juga.""Tetep aja rasanya panas," ucap Aludra.Berhenti melangkah, Arka menoleh pada Aludra yang ternyata memang sudah berkeringat. Padahal matahari sudah mulai turun, tapi entah kenapa kulit Aludra mudah sekali berkeringat.Jarang keluar rumah. Mungki
Baca selengkapnya
19). Alula Gila
***"Pokoknya lakuin apa yang kamu mau. Enggak usah takut rusak image aku, kamu bebas jadi diri kamu sendiri, tapi ingat. Identitas kamu, Alula. Bukan Aludra. Jadi hati-hati itu tetap harus ya, terutama kalau ketemu Papa sama Mama. Usahain jangan terlalu sering sih. Bagaimanapun juga mereka orang tua kita, kalau keseringan ketemu, mereka bisa curiga juga."Beberapa hari sibuk mengurus kuliahnya yang akan segera di mulai, hari ini Alula baru menghubungi Aludra dengan nomor barunya dan tentu saja hal pertama yang dia dapatkan ketika menelepon Aludra adalah sebuah pengaduan.Bukan pengaduan buruk. Yang didapatkan Alula justru sebaliknya. Aludra mengungkapkan semua sikap baik Arka bahkan Aludra pun tanpa ragu berkata jika Alula akan menyesal karena sudah menyia-nyiakan pria sebaik Arka.Namun, nyatanya Alula tak merasa tersentuh sama sekali dengan ucapan sang adik. Tak peduli seberapa baik, Arka. Alula sudah cukup senang dengan apa yang dia dapat sekarang. Bisa kuliah S2 design dan satu u
Baca selengkapnya
20). Sama-sama Belajar
***"Lama banget, kamu ngapain aja sih di kamar mandi?"Baru kembali setelah beberapa menit berpamitan untuk mengangkat telepon, Aludra hanya memandang Arka yang kini sudah duduk manis sambil di depan makanan yang sudah tersedia di atas meja.Pulang dari provinsi Taeun dan tiba di Seoul pukul tujuh malam, Arka langsung mengajak Aludra makan malam di salan satu restoran halal yang cukup terkenal di sana.Namun, tadi ketika mereka baru saja sampai, ponsel Aludra tiba-tiba saja berbunyi. Meminta izin, pada akhirnya Aludra menjawab panggilan di kamar mandi."Goyang dombret," jawab Aludra sambil menarik kursi di depan Arka. "Pipislah, di kamar mandi emangnya mau ngapain lagi?""Pipis sampe makan waktu dua puluh menit," celetuk Arka sambil memandang arloji yang dia pakai. "Lama banget ya.""Ya begitulah," kata Aludra. "Makanannya udah dipesenin belum?""Kalau udah ada di atas meja, berarti udah," jawab Arka. "Ayo makan, ramennya keburu bengkak, nanti.""Iya," jawab Aludra. Meraih mangkuk ra
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
34
DMCA.com Protection Status