Semua Bab Penghangat Ranjang Tuan CEO: Bab 201 - Bab 210
283 Bab
Sama seperti Dulu
Akan tetapi, tentu saja sebuah perjanjian berada di balik semua itu. Andai Mahesa memutuskan hubungannya dengan Kiran, maka Tuan Gwen tak akan berpikir dua kali untuk mencabut semua bantuannya pada Leuwis.“Entahlah, Pa. Aku lelah, ingin mandi dan tidur,” ucap Mahesa yang kalah dengan ucapan Leuwis.Baru saja Mahesa menapakkan kaki di anak tangga pertama, tiba-tiba ia menarik dirinya dan kembali menghadap Leuwis.“Kenapa?” Leuwis menatap heran. Seperti ada sesuatu yang hendak Mahesa katakan.“Aku hanya bingung. Mengapa dulu aku sampai jatuh cinta dan menjalin hubungan dengan Kiran? Padahal setelah aku tahu sifatnya sekarang, aku rasa itu tidak mungkin,” kata Mahesa mengerutkan dahinya.Sementara wajah Leuwis langsung salah tingkah. ***  Dirly baru saja tertidur, Athalia tersenyum dan menaikan selimutnya hingga sebatas leher. Sesaat Athalia memandangi wajah polos itu saat sedang terlelap, ta
Baca selengkapnya
Cita-cita dengan Wanita Lain
Dengan dibalut kesunyian malam, Dean terbaring sendirian di tengah-tengah ranjangnya. Sengaja ia buka pintu balkon lebar-lebar, mempersilakan pada angin untuk menyeruak masuk mendinginkan malamnya.“Alma, sayangku.” Dean berucap lirih, mendekap sebuah foto di atas dadanya. Sedangkan matanya lurus menatap pada plafon kamar yang berkeluk rumit di atas sana.“Dia Athalia. Baby sitter baru untuk Dirly. Sejak pertama kali aku melihatnya, aku merasa seperti kembali pada waktu dimana saat pertemuan pertama kita. Dia sangat lembut, penyayang, juga senang pada anak kecil. Dia benar-benar mirip sepertimu. Sampai aku tidak tahu apa yang bisa kujadikan sebagai tanda dari perbedaan kalian.” Dean menarik napas dalam, lalu menghembuskannya  pelan.Dean mengangkat foto itu dan menatapnya lekat. Terlihat wajah cantik Alma yang memenuhi indera penglihatannya.Wajah itu, wajah yang selalu membuatnya menyerukan kata rindu beberapa tahun belaka
Baca selengkapnya
Bersembunyi
Pagi ini, Athalia kembali datang ke rumah Dean. Ia telah selesai membantu Dirly memakaikan baju, juga menyisirkan rambutnya seperti kemarin.Kini, Athalia berdiri di samping kursi yang Dirly duduki. Mengoleskan selai kacang di atas setangkup roti dan meletakannya di atas piring milik Dirly.“Terima kasih!” mata Dirly terangkat, mengedip pada Athalia.Athalia tersenyum. “Sama-sama.”Dean pun diam-diam tersenyum melihat kehangatan dua orang di hadapannya.“Athalia, duduk di kursimu dan sarapan. Dirly, habiskan sarapanmu!”“Baik, Pa.” Dirly mengangguk.Athalia mendudukan dirinya di sebelah Dirly. Lalu mengalasi piringnya sendiri.Saat rotinya tinggal setengah, Dirly menjeda sarapannya sebentar, meraih gelas dan meneguk airnya, lalu menatap ke arah Dean yang duduk di seberangnya.“Pa!”“Hemm … ada apa?” Dean pun menghentikan sarapannya sebentar, sejenak memusa
Baca selengkapnya
Bertemu di Toko
Pulang dari sekolah, Athalia dan Dirly langsung pergi ke toko buku.Sementara sopir menunggu di baseman, mereka menaiki lift, menuju lantai dimana ratusan rak buku berjejer di sana.Setelahnya pintu lift terbuka, Dirly langsung terperangah dan melompat keluar dari lift.“Dirly, hati-hati!” jantung Athalia nyaris dibuat copot, karena bocah itu berlari tanpa mempedulian tadi ia hampir tergelincir.Tapi saat Dirly sudah berjalan ke arah rak buku, Athalia mendesah lega dan tersenyum menggeleng-gelengkan kepala.“Hhh anak itu.”    “Yeay! Aku dapat!” Dirly berhenti di depan sebuah rak, lalu mengambil salah satu buku dari sana.Athalia mempercepat langkah untuk mencaritahu buku apa yang diambil oleh tangan mungil itu.“Komik?” Athalia mengangkat sebelah alisnya.Dengan tanpa dosanya, Dirly menoleh dan mengangkat komik itu tinggi-tinggi, menunjukannya pada Athalia.“Ini komik o
Baca selengkapnya
Sentuhan tangan Lembut
Selesai membeli komik untuk koleksi Dirly, Athalia membeli beberapa buku pelajaran untuk bocah usia satu tahun. Dengan senang hati Dirly membantu membawakan buku-buku itu.“Sini, Dirly. Biar aku yang membawa buku-bukunya.” Athalia menjulurkan tangannya, hendak mengambil alih buku-buku dari tangan Dirly.Namun Dirly menggelengkan kepala seraya menjauhkannya dari jangkauan tangan Athalia.“Tidak perlu, biar aku saja yang membawanya.”“Kau yakin? Sejak tadi kau yang membawanya, apa kau tidak merasa keberatan?” Athalia menautkan kedua alisnya.Dirly nyengir lebar, sekali lagi kepalanya menggeleng. “Tentu saja tidak. Meskipun aku masih, tapi ototku sudah sekuat Papa,” ucapnya membanggakan diri.Athalia nyaris tersedak tawa, tapi kemudian ia mengangguk-anggukan kepala.“Oh, oke. Baiklah. Terserah kau saja kalau begitu.” dengan gemas, Athalia mengacak pelan rambut Dirly, membuat si empunya langsu
Baca selengkapnya
Gaun Mendiang Istriku
Dean menyipitkan mata, menunggu jawaban Athalia.“Emhh … itu Pak Dean.” “Itu apa?”Suara klakson mobil terdengar dan mengejutkan mereka sebelum Athalia bicara lagi. Perhatian Dean segera teralih, keningnya berkerut sekarang.“Kenapa Pak Sardi membunyikan klakson,” gumam Dean, lalu berjalan menuruni tangga dan meninggalkan Athalia.Buru-buru Athalia menghela napas lega. “Hah, untung saja Pak Sardi menyelamatkanku,” ucap Athalia.Sementara itu, langkah Dean bergerak keluar teras. Ia melihat sopirnya baru turun dari mobil dan menutup pintu mobil itu hingga rapat.Dean sudah menduga, pasti lelaki setengah baya itu yang membunyikan klakson mobilnya.“Kenapa klaksonnya bunyi, Pak Sardi?” tanya Dean, sambil membenamkan kedua tangannya ke dalam saku celana, sedangkan matanya lurus menatap pada Pak Sardi yang mengusap tengkuknya dengan malu.“Maaf, Pak Dean.
Baca selengkapnya
Calon Istriku
“Apakah aku terlihat tampan?” tanya Dirly, sambil berputar setelah mengenakan stelan jas yang pas dengan tubuhnya.Dean yang duduk di tepi ranjang pun menahan senyum.“Sepertinya pertanyaan itu akan lebih cocok jika kau tanyakan pada Tante Athalia,” kata Dean.Dirly mengerutkan kening. Mendekat selangkah pada Dean agar Dean bisa merapikan dasi kupu-kupu merah yang mengikat di depan lehernya.“Kenapa harus Tante Athalia?”“Karena dia perempuan. Tentu dia akan tahu pria tampan itu yang seperti apa,” jawab Dean sambil meraih sisir yang tergeletak di atas tempat tidur, lalu mulai menyisir rambut Dirly yang sedikit basah.Dirly manggut-manggut mendengar celotehan ayahnya.“Baiklah, kalau begitu, nanti akan kutanyakan pada Tante Athalia jika dia sudah kembali,” ucap Dirly penuh semangat. Entah mengapa, hari ini bocah itu merasa dirinya paling berkarisma di sini. Mungkin karena sekaran
Baca selengkapnya
Siapa Paling Tampan?
“Apakah sudah selesai?” Dirly bertanya pada Athalia yang sedang membantu merapikan rambutnya.“Sebentar lagi.” Athalia merapikan pinggir rambut Dirly dengan jemari, lalu ia menepuk-nepuk pelan jas yang dikenakan bocah itu. Lantas senyum puas pun terkembang di wajah Athalia. “Nah, sekarang sudah selesai. Kau terlihat sangat tampan,” serunya.“Benarkah?” senyum Dirly merekah lebar. Kakinya berjalan menuju cermin dan menatap pantulan dirinya dari sana. “Kau benar, aku terlihat gagah, bahkan lebih gagah daripada Papa.”Nyaris saja Athalia menyemburkan tawa saat mendengar Dirly memuji dirinya sendiri. Bahkan membandingkan penampilannya dengan Dean, yang tentu saja tak sebanding dengannya.“Ehem … mungkin saja.” Athalia bangkit dari duduknya, berdiri sambil bersidekap menatap punggung Dirly yang masih asyik menatap cermin.Tiba-tiba bocah itu berbalik menatapnya.“Tante Athal
Baca selengkapnya
Pemilik Suara Lembut
“Mana toiletnya? Dean bilang di dekat dapur.” menjauhi kerumunan pesta, Mahesa mengayunkan langkah melewati ruang tengah.Sesaat langkahnya terhenti di bawah tangga, lalu matanya melebar senang, selaras dengan kedua sudut bibirnya yang melengkung ketika ia melihat pintu dapur di ujung sana.Benar saja, berbelok sedikit ke arah kiri, ada sebuah pintu yang bisa dipastikan adalah toilet.Mahesa tersenyum, melanjutkan langkah yang sempat terjeda, lalu masuk ke dalam toilet itu.*** “Supnya wangi sekali, Bik.” Athalia memuji sambil melirik ke arah Bik Inah yang sedang mengaduk sup ayam di dalam panci.Pujian itu bukan semata karena basa-basi. Namun, Athalia berkata jujur apa adanya.Baru kali ini ia mencium bau sup yang seenak ini.“Ah, Nona Athalia bisa saja,” sahut Bik Inah, tersipu menundukan kepala.“Aku serius, Bik. Kapan-kapan, aku ingin tanya resepnya.”Bik Inah mengangguk. &ldq
Baca selengkapnya
Pertemuan
“Ck! Acara ini membosankan sekali. Mahesa juga belum kembali dari toilet. Hhh … kalau bukan karena cinta. Mana sudi aku datang ke acara tidak penting seperti ini. Apalagi suara anak-anak itu membuat telingaku pengang,” gerutu Kiran di dalam hati.Kiran berdecak dan memutar bola matanya malas saat melihat anak-anak SD kelas satu itu saling bercanda dan tertawa. Ada beberapa dari mereka yang berteriak-teriak tidak jelas sambil bercanda dengan para badut. Membuat Kiran mengusap lengannya  bosan.Dean yang sedang membenarkan letak dasi di kerah kemeja Dirly  pun menoleh ke arah Kiran. Keningnya berkerut melihat raut jengah di wajah wanita itu.“Sebentar, Papa ke sana dulu.” Dean berbisik di telinga kanan Dirly.“Iya, Pa.” bocah itu mengangguk, lalu kembali fokus pada badut yang sedang atraksi di depannya.Dean melangkah menjauhi Dirly dan mendekati Kiran yang sedang mengusap tengkuknya.“Mahesa belu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1920212223
...
29
DMCA.com Protection Status