Semua Bab Istri yang Dijajakan Oleh Suami: Bab 51 - Bab 60

Setelah memastikan Rosdiana tidak ada di depan rumah, Abi akhirnya duduk untuk menyantap sarapan. Sangat aneh sebenarnya, karena, Abi terlihat seperti tidak tenang jika Rosdiana masih ada.  Bukankah yang begitu seharusnya aku? Sebenarnya aku pun juga, apalagi mama sudah di rumah. Dan rumah ini tidak sepi lagi seperti pertama kali aku datang. ‘’Mas, ini dicoba nasi gorengnya. Lengkap dengan telur mata sapi. ‘’ Setelah menyajikan makanan tersebut, aku meletakkan secangkir kopi di sampingnya. ‘’Terimakasih,’’ ucap Abi tanpa melihatku. Jelas sekali A

Ini bukan lagi tentang pertemanan atau membalas jasa seseorang, tetapi aku merasa dimanfaatkan. Tersudutkan oleh perannya dahulu, kini menjadi bumerang yang menjerat. Merantai pergerakan, mengganggu kenyamanan. Aku tidak bisa hidup tenang karena Rosdiana seperti hantu yang muncul begitu saja.“Kamu tidak tahu diri Selin. Kamu tidak akan hidup seperti sekarang jika bukan karena bantuanku!”“Keluar. Keluar Selin!” Jantungku berdebar merasakan takut. Rosdiana mempermalukanku namun dirinya sendirilah yang lebih malu. Tetapi mungkin Rosdiana tidak menyadarinya. Mungkin juga urat malunya sudah putus.Salahkah bila kini menyesal berteman dengannya?Namun, apa yang diucapkannya memang benar. Tidak mungkin aku menikah dengan Abi jika bukan karena bantuannya yang membuatku terbebas dari Ega.Tapi, haruskah seperti ini?“Aku tidak minta seberapa tetapi kamu mendapatkan berkali-kali lipatnya. Ayo, Selin. Aku butuh uang.” Rosdiana menatap jauh ke dalam mobil. Mencari-cari keberadaanku, apakah m

‘’Kalau bukan karena dia, saya tidak mungkin bekerja di sini.’’ Ana masih saja tidak terima akan keadaannya. Yang sekarang bersusah-susah bekerja banting tulang lebih dari delapan jam. Padahal biasanya paling lama dua jam saja namun hasilnya berkali-kali lipat dari gaji sebagai karyawan. Bukan ketukan batin ingin berubah menjadi lebih baik yang membuatnya pensiun, melainkan keadaan.  Keadaan yang menyeretnya untuk bekerja halal. ‘’Saya sudah tanya dia, tapi dia tidak mau mengaku.’’ Seandainya kejadian di villa bisa diulang, Ana tidak akan mau tidur kembali dengan Ega.  Sekalipun betapa merindunya Ana

Aku kasihan pada mama. Rindu terberat itu memanglah merindukan orang yang telah tiada. Raganya mungkin tidak bisa dilihat lagi, tetapi, kebaikan akan sosoknya yang membekas akan selalu diingat. ‘’Seandainya mama bisa berjumpa walau sedetik saja, mama ingin bilang, kalau mama rindu sekali dengannya, Sel.’’ Mata tua mama kembali berair. Hanya tegukan ludah dan mengiba dalam kebisuan yang mampu kulakukan. Apakah pandangan mama tentang Ratih masih sama, bila tahu Ratih berselingkuh dari Abi? Menyakiti putra semata wayangnya hingga akhir hidup Ratih bernapas? Rasanya tidak.

Abi mengambil alih posisi Rosdiana, seperti suami siaga yang tidak rela bila istrinya harus mengantri. Sementara Rosdiana, memilih mencari tempat duduk dan menunggu Abi mengambilkan obat untuknya. ‘’Ini,’’ Abi pun melemparkan kantung putih berlogo rumah sakit begitu selesai membayar dan menyerahkan resep. Di dalamnya terdapat obat-obatan. Rosdiana sigap menangkapnya, walau pemandangan itu sangat tidak layak jika memang mereka ada hubungan khusus. ‘’Terimakasih, Mas.’’ Rosdiana tersenyum malu. Namun bukan senyum menggoda karena telah ditolong oleh suami temannya. Senyuman itu tersirat luka dan juga hati yang malu.