All Chapters of Ternyata Aku Orang Ketiga di Pernikahan Suamiku: Chapter 191 - Chapter 200
221 Chapters
Permintaan Ibu
“Aku ... aku ingin cerai, Mas!!” ucap Nilam. Ia mengatakannya dengan pelan tapi terdengar jelas di telinga Dandy. Dandy sontak terkejut saat Nilam berkata seperti itu. Tidak ada angin dan hujan, kenapa istrinya tiba-tiba meminta cerai? Dandy langsung menarik tubuh Nilam agar melihat ke arahnya. Namun, wanita manis itu langsung menunduk, berusaha menyembunyikan bulir bening di sudut matanya. Dandy membisu, perlahan tangannya terulur dan menarik dagu Nilam. Tak ayal, Dandy melihat mata indah istrinya sudah berkabut. “Kamu kenapa? Kenapa tiba-tiba ngomong seperti itu? Pamali, Sayang.” Nilam tidak menjawab, menepis tangan Dandy. Namun, sepertinya Dandy tidak mau melepaskan cekalan di dagu Nilam. Tak ayal, Nilam malah menangis. Dandy hanya terdiam menatapnya kemudian perlahan menarik Nilam masuk dalam pelukannya. “Aku minta maaf kalau aku ada salah padamu, tapi aku mohon jangan pernah bilang minta cerai.” Nilam masih terisak di pelukan Dandy. Hari ini, hatinya sudah kacau balau gara-g
Read more
Terjebak Dilema
“APA!!!?” seru Dandy.Pria berwajah manis itu sangat terkejut usai mendengar permintaan ibunya. Sementara Bu Ami hanya tersenyum sambil menatap Dandy dengan malu-malu.“Rasanya tidak masalah jika seorang pria beristri lebih dari satu, Dandy. Apalagi istrimu tidak akan bisa memberimu keturunan. Dalam agama kita membolehkannya, kok.” Bu Ami malah memberi alasan yang membuat Dandy makin kesal.“Bu ... kok Ibu ngomong gitu, sih. Bukannya dulu Ibu yang memintaku menikah dengan Nilam? Kenapa sekarang Ibu malah memintaku menduakannya?”Bu Ami menarik napas panjang sambil melipat tangannya di depan dada.“Iya, itu benar. Dulu, Ibu pikir kamu dan Nilam bisa memberi Ibu cucu. Namun, nyatanya Nilam tidak bisa melakukannya, bukan? Rahimnya bermasalah usai kecelakaan itu. Itu artinya kamu tidak akan punya anak, Dandy.”Dandy berdecak sambil menggelengkan kepala. Matanya terlihat terluka sambil menatap wanit
Read more
Terpaksa atau Terjebak
“Aku sepertinya pulang malam hari ini, Sayang. Kamu makan dulu saja, ya?” ucap Dandy.Usai mendapat perintah dari Pak Jordan agar menemani Seline ke sebuah undangan resmi perusahaannya, Dandy menelepon memberi kabar ke Nilam.[“Iya, Mas. Gak papa, kok. Hati-hati nyetirnya, ya?”]Dandy tersenyum sambil menganggukkan kepala, tentu saja reaksinya tidak akan dilihat Nilam kali ini.“Ya udah kalau gitu. Aku lanjut kerja dulu, ya!”Di seberang sana Nilam sudah mengakhiri panggilannya, begitu juga dengan Dandy. Baru saja Dandy meletakkan ponsel di atas meja, tiba-tiba ponsel itu berdering kembali dan kali ini ada nama ayahnya di sana. Dandy menarik napas panjang. Ia sudah menduga kalau Pak Ridwan akan meneleponnya kali ini.“Iya, Yah. Ada apa?” tanya Dandy mengawali panggilannya.[“Dandy, ada apa dengan ibumu? Kenapa pulang dari rumahmu, tiba-tiba menangis sesenggukan di kamar? Padahal rencana Ayah akan menyusul ke sana akhir pekan besok. Ke
Read more
Setipis Rasa Benci
“Asal kamu tahu, Seline. Mencintaimu adalah sebuah kesalahan terbesar dalam hidupku dan aku menyesalinya,” ucap Dandy.Seline sontak membisu usai mendengar ucapan Dandy. Buru-buru ia memalingkan wajah dan memilih melihat pemandangan di luar melalui jendela di samping. Sesekali Seline menunduk sambil berusaha menahan rasa sakit yang tiba-tiba mendera dadanya.Padahal banyak waktu yang ia habiskan bersama Dandy dengan penuh cinta. Banyak hari indah yang telah ia lewati bersama pria manis di sampingnya ini. Mengapa Dandy malah berkata menyakitkan seperti itu?Apa hanya karena dia tidak mengabari keadaannya kala itu hingga membuat Dandy marah? Apa pria ini melakukan hal itu untuk menyembunyikan perasaannya yang sesungguhny? Andai saja Dandy tahu apa yang terjadi padanya usai kecelakaan, pasti Dandy tidak akan berkata kasar seperti ini padanya.Pukul tujuh tepat saat mobil Dandy tiba di sebuah hotel, tempat acara gathering itu berlangsung. Usai memarkir mobil,
Read more
Buah yang Dipetik
“Golongan darah saya A. Apa saya bisa jadi pendonornya, Sus?” tanya Dandy.Sontak Seline dan suster itu menoleh ke arahnya. Dandy hanya bergeming di tempatnya. Dia sendiri juga tidak tahu mengapa malah berkata seperti itu. Mungkin sisi kemanusiaan yang membuat Dandy memutuskan hal ini.Suster itu tersenyum sambil menganggukkan kepala. “Tentu, Tuan. Mari ikut saya!!”Dandy mengangguk, berjalan mendekat sambil menyerahkan ponsel Seline. Kemudian dia sudah mengekor langkah suster tersebut. Sesaat sebelum menjauh, Seline mencekal lengannya membuat Dandy menghentikan langkah.“Terima kasih, Dandy,” cicit Seline.Dandy tidak menjawab hanya tersenyum sambil mengangguk samar. Tak lama kemudian dia sudah melakukan donor darah. Ada dua kantong darah yang diambil darinya. Untuk beberapa saat, Dandy istirahat sejenak mengembalikan kondisinya.Seline sengaja menghampirinya dan melihat Dandy sedang sibuk memainkan ponsel. Bisa jadi, ia sedang menghubungi
Read more
Bertemu Keluarga Hasan
“Jadi Kalina menemuimu, Emran?” tanya Pak Toni yang tak lain ayah Hasan.Hari itu Emran dan Widuri menyempatkan waktu untuk berkunjung ke rumah keluarga Hasan dan kebetulan bertemu dengan Pak Toni. Emran langsung mengangguk, mengiyakan pertanyaan Pak Toni.“Iya, Pak. Bahkan Kalina menunjukkan surat wasiat Hasan tempo hari. Saya sempat ... .”Emran sudah menceritakan sejak kedatangan Kalina di rumahnya beberapa bulan lalu. Lalu apa saja yang terjadi kemudian. Termasuk tentang status Kalina sebagai DPO polisi akibat beberapa kasus penipuan. Pak Toni hanya mendengarkan sambil berulang menganggukkan kepala.“Bapak sendiri tidak tahu kenapa juga dulu Hasan menikahinya. Dari awal kami sudah tidak senang dengannya. Entah, mungkin firasat orang tua dan ternyata terbukti kalau Kalina itu bukan wanita baik-baik.”“Memangnya di mana Hasan dulu bertemu dengannya, Pak?” Kini Widuri yang bertanya. Sepertinya Widuri penasaran dengan Kalina.“Katanya dulu t
Read more
Alif Diculik
“Pesan dari siapa, Sayang?” tanya Emran.Widuri terdiam, menatap ke arah Emran sambil berulang menarik napas panjang. Tentu saja reaksi Widuri kali ini membuat Emran penasaran. Dia gegas menepikan mobilnya di sebuah rest area. Kemudian Emran gegas mengambil ponsel Widuri.Untuk beberapa saat dia terdiam. Alisnya mengernyit dan matanya berulang kali menatap Widuri usai membaca pesan itu.“Apa menurutmu yang mengirim pesan ini Kalina?” Kembali Emran bertanya. Dengan lesu, Widuri menganggukkan kepala.“Lalu siapa lagi yang menginginkan dirimu kalau bukan dia, Mas.”Emran membisu, menghela napas panjang dan bersiap hendak menghubungi seseorang melalui ponsel Widuri. Tepat bersamaan ponsel Widuri berdering dan ada nama Reno di sana.“Gimana, Ren? Kamu sudah tahu siapa yang jemput Alif di sekolah?” tanya Emran begitu panggilan terhubung.[“Iya, Pak. Tadi saya tanya gurunya dan berdasarkan ciri-ciri yang dijelaskan tadi. Orang yang menjemput
Read more
Pertolongan Tante Karin
[“Suara siapa itu? Apa ada anak kecil di rumahmu?”] tanya Tante Karin.Tante Anita terkejut dan gegas memberi isyarat ke Kalina untuk membawa Alif gegas berlalu. Kalina menurut sambil membimbing Alif ke kamar mandi. Padahal Tante Karin hendak mengakhiri panggilannya, tapi gara-gara mendengar suara Alif ia urung melakukannya.“Eng ... bukan, Kak. Itu suara anak orang. Aku sekarang sedang berada di luar dan kebetulan ada temanku yang mengajak anaknya ikut serta.” Tante Anita sebisa mungkin memberi alasan untuk membuat Tante Karin percaya.[“Oh ya sudah. Kalau begitu nanti malam aku ke sana.”]Tante Karin mengakhiri panggilannya dan Tante Anita sedikit lega mendengarnya. Ia gegas berjalan menghampiri Kalina yang sedang mengantar Alif ke kamar mandi.“Kalau bisa kamu segera membawa anak ini pergi dari sini. Aku tidak mau kakakku tahu dan membuat semuanya berantakan.”Kalina menarik napas panjang sa
Read more
Obsesi yang Gagal
“Tante, Alif lapar. Apa tidak ada makanan?” rengek Alif.Kalina yang sedang sibuk mengirim pesan terlihat kesal dan berdecak menatap penuh jengkel ke arah Alif.“Kamu kan baru saja makan. Kenapa sudah lapar lagi?” ketus Kalina.“Itu tadi bukan makan, Tante. Itu camilan. Bukannya sekarang waktunya makan malam. Kata Bunda, Alif gak boleh terlambat makan biar gak sakit perutnya.”Kalina berdecak sebal sambil menatap Alif dengan jengkel. Kalau tidak demi Emran, dia tidak akan melakukan hal ini. Kalina paling malas berurusan dengan anak kecil. Itu juga mengapa dia sangat senang saat anaknya meninggal kemarin.Sesungguhnya tanpa sepengetahuan Widuri dan Emran, saat itu Kalina sengaja meminum obat penggugur kandungan. Meski hasilnya tidak bisa langsung, tapi akhirnya dia kehilangan bayinya. Kalina melakukan sebuah kesalahan saat menikah dengan Hasan tempo hari.Biasanya dia selalu mengenakan alat kotrasepsi saat berhubungan suami istri. Namun, saat
Read more
Hati yang Berkecamuk
“Saya ucapkan terima kasih pada Anda, Pak Dandy. Semalam nyawa cucu saya sudah selamat berkat bantuan Anda,” ujar Pak Jordan pagi itu.Pak Jordan sengaja mampir ke kantor Dandy untuk menemuinya pagi itu. Pak Jordan tahu mengenai Dandy yang mendonorkan darahnya untuk David, putranya Seline. Dandy hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala.“Kebetulan golongan darah saya sama, Pak. Itu sebabnya saya mengajukan diri sebagai pendonor.”Pak Jordan manggut-manggut sambil tersenyum. Kali ini mereka sedang duduk di sofa dalam ruangan Dandy.“Saya harap Anda tidak berasumsi buruk tentang Seline. Dia memang keponakan jauh saya hanya saja kebetulan dia yang memenangkan tender untuk bisa bekerja sama dengan perusahaan ini.”Dandy tersenyum dan menganggukkan kepala. Sepertinya Pak Jordan takut jika Dandy menyalah artikan tentang terpilihnya Seline sebagai relasi kerja mereka.“Iya, Pak. Saya tahu mengenai hal it
Read more
PREV
1
...
181920212223
DMCA.com Protection Status