Semua Bab Istri Tak Dianggap: Bab 11 - Bab 20
229 Bab
Pengantin Sendiri 2
“Sudah cukup jangan bicara apapun, tidak ada yang lebih penting untukku dari pada kamu.” Raffael memeluk Bella dengan erat, dia ingin meyakinkan Bella dengan pelukannya bahwa semuanya akan baik-baik saja, bahkan Raffael tidak ambil pusing dengan para tamu di luar sana yang ingin dia lakukan sekarang adalah bagaimana membuat Bella percaya padanya dan tidak bersedih lagi. “kamu tidak akan kembali ke bawah?” tanya Bella sambil mengatur nafasnya yang memburu, setelah apa yang mereka lakukan bersama tadi, tubuh keduanya pun masih sama-sama polos di bawah selimut. Raffael berbaring miring dan menatap sang istri dengan sayang, dia selalu kagum dengan wajah cantik sang istri dan akan makin cantik setelah apa yang mereka lakukan tadi. cintanya pada Bella memang sangat besar tapi entah kenapa setelah kejadian malam itu hubungan percintaan mereka menjadi lebih hambar, dia tak lagi merasa puas seperti sebelumnya. Raffael menggelengkan kepalanya, demi Tuha
Baca selengkapnya
Bukan Inginku 1
Pernikahan adalah sebuah momen yang sangat membahagiakan bagi sepasang insan, tapi sepertinya hal itu tidak akan terjadi pada Ana. Jauh-jauh hari dia sudah mempelajari semuanya, menghafalkan semuanya seperti dia membaca skrip film atau drama yang akan dia bintangi, mensugesti dirinya sendiri bahwa ini hanya bagian lakon yang akan mengantarkannya pada kesuksesan dan juga membuatnya lebih dekat dengan laki-laki yang dia cintai, akan tetapi rasa sedih dan malu ini sangat nyata, dia bahkan bisa mendengar bisik-bisik beberapa orang yang memandangnya sebelah mata, dongeng indah yang tersebar di depan publik nyatanya hanya isapan jempol belaka. Ana hanya sendiri di sini, berusaha berdiri dengan tenang untuk menyalami para tamu undangan. “Di mana Raffael Ana? seharusnya dia menemui tamu bersamamu?” tanya salah seorang dikenal Ana sebagai seorang produser ternama, dan Ana juga pernah bekerja sama dengannya. “Ah itu, Maafkan, Raffael sedang sakit perut dia ke belakang sebentar,” kata Ana de
Baca selengkapnya
Bukan Inginku. 2
Ana membuang pandangannya ke luar jendela saat mobil mulai melaju, senyum yang dari tadi ada di bibirnya makin melebar, meski dia sadar itu hanya akting belaka, tapi tetap saja tak bisa mencegah hatinya yang membuncah oleh harapan. Dia diam-diam melirik Raffael yang duduk di sampingnya dengan tegang, tak ada senyum atau perkataan basa-basi untuknya, pandangan laki-laki itu juga lurus ke depan, tapi tetap saja tak mengurangi kebahagian Ana. Di rumah yang memang menjadi tempat tinggal Raffael dan Bella, terlihat wanita cantik itu berjalan hilir mudik dengan kesal di ruang depan, berkali-kali dia menengok jam dinding, tapi orang yang ditunggu tak juga muncul, ponsel yang dari tadi tak lepas dari tanganya itu tetap saja terdiam, membuat Bella ingin menjerit frustasi. “Kurang ajar, berani-beraninya wanita itu merebut suamiku,” katanya dengan pandangan marah, ponsel di tangannya juga tak luput dari amarah, dan kini tergeletak mengenaskan di sisi dinding, para pe
Baca selengkapnya
Malam Pertama 1
Ana melangkah dengan susah payah ke dalam rumah besar itu, menyeret koper besar dengan memakai gaun pengantin indah memang bukan hal yang lazim dilakukan, tapi mau bagaimana lagi, kenyataannya Ana memang harus melakukan itu sendiri, dia tak mungkin merengek supaya seseorang membantunya membawa barang bawaannya sendiri. Harga dirinya tidak mengijinkan itu. Sebagai artis yang saat ini banyak menerima tawaran pekerjaan, tentu saja barang bawaan yang harus dia bawa tidak sedikit, meski Ana telah berusaha menyortir barang bawaannya seselektif mungkin. Dua buah koper besar itu tentu saja membuatnya harus beberapa kali hampir terjerembab, apalagi sepatu hak tinggi yang dia gunakan juga menyulitkan gerakannya. Setelah perjuangan yang membuat Ana harus mandi keringat di malam ini, akhirnya gadis itu sampai juga ke ruang depan, sejenak diaturnya nafas yang memburu, tapi baru saja dia mengatur napas dan mendongak ingin melanjutkan langkahnya, Ana harus m
Baca selengkapnya
Malam Pertama 2
“Bu, ini malam kami berdua lagi pula-“ “Ibu tahu, ibu juga pernah muda, hanya sebentar, jangan khawatir ayahmu ada di samping ibu, jadi ibu tidak akan iri dengan kemesraan kalian berdua.” Kenapa malam ini banyak sekali menguji kesabarannya, batin Raffael dengan geram. Sekali lagi, dia hanya anak yang tidak ingin membuat sang ibu kecewa, dengan tanpa suara dia memberi tahu Bella yang membuat istrinya itu tak terima.Bella langsung menyambar gaunnya dan memakainya asal, dia akan mengikuti Raffael ke kamar Ana, enak saja mereka mau berduaan. Tapi masalah mulai terlihat saat dia tak tahu, bibi menempatkan Ana di kamar yang mana, dari sekian banyak kamar yang ada di rumahnya. sial, dengan berbagai alasan Raffael lalu mematikan sambungan sebentar dan bergegas mencari kamar Ana. Ana menatap nyalang langit-langit ruangan yang mulai malam ini akan menjadi kamarnya entah sampai kapan, malam pengantin yang
Baca selengkapnya
Kebencian 1
Sekarang hanya ada mereka berdua di kamar ini. Ada rasa senang takut yang Ana rasakan. Dia mencintai Raffael. Sungguh, dan sangat senang ada di dekat laki-laki itu. Akan tetapi wajah marah itu membuat Ana sedikit takut, dia tak menyangka tindakannya yang ragu-ragu tadi akan mendatangkan masalah. Ana melihat Raffael menggelengkan kepalanya, lalu dengan langkah tegas laki-laki itu menarik baju tidur yang dia kenakan, Ana berusaha mempertahankan baju itu, bagaimanapun dia merasa tak nyaman dengan perlakuan Raffael. “Bukankah ini yang kamu inginkan, Jalang!” Ana tak dapat mengelak lagi, bagaimanapun dia hanya seorang perempuan dan jelas akan kalah jika adu tenaga dengan Raffael. Ana bisa merasakan bibir Raffael di sekujur tubuhnya, awalnya memang sangat kasar dan membuat Ana harus menggigit bibirnya kuat-kuat agar tidak menjerit kesakitan, dia yakin besok pagi bekasnya tidak akan hilang, tapi perla
Baca selengkapnya
Kebencian 2
“Mbak Ana memang sebaik yang saya lihat di sinetron,” kata si bibi. “Di sinetron saya hanya mengikuti skrip, bi.” “Iya tapi tetap saja bibi sejak dulu ngefans dengan Mbak Ana, aktingnya itu loh buat saya terpukau.” Ana langsung tertawa mendengarnya, berbicara dengan orang yang mengaku penggemarnya memang selalu mampu menaikkan kepercayaan dirinya. “Jadi boleh nggak nih saya bantu, Bi.” “Boleh saya malah senang, nanti bisa pamer ke medsos kalau masak bareng artis.” “Bibi bisa saja, kan memang kerja di rumah artis, ya sudah tentu masak bareng artis lah.” Bibi kembali tersenyum tapi tidak mengatakan apapun, tangan itu dengan terampil mengambil bumbu-bumbu yang akan dimasak, Ana yang memang berniat membantu langsung mengambil bahan itu dan membersihkannya dengan cekatan juga, membuat si bibi bengong melihatnya. “Kenapa, Bi?” tanyanya tak mengerti. “Mbak
Baca selengkapnya
Dinding Kegelapan 1
Ana takut sendiri. Sejak kecil dia sudah ditinggal oleh kedua orang tuanya, mereka pergi menghadap Tuhan tanpa mengajaknya untuk ikut serta, tapi tetap saja sendiri tak pernah menjadi hal yang dapat ditolerir, apalagi di tempat gelap seperti ini.Waktu itu Ana masih duduk di bangku kelas lima SD, karena sudah tidak tahan ingin buang air kecil, Ana memutuskan untuk menuju toilet setelah pulang sekolah, tapi sialnya pintu kamar mandi yang dia gunakan tiba-tiba tak bisa terbuka, Ana panik padahal sekolah sudah sepi, bukan hanya itu karena keadaan di dalam toilet agak gelap Ana tak sengaja menginjak kalajengking dan bisa dipastikan kalajengking itu marah dan menggigit Ana. Meski akhirnya seseorang berhasil menemukannya dan membawanya ke rumah sakit, tapi bayangan mengerikan itu tak pernah hilang. Sekarang dia ada di ruangan gelap dan kotor ini, tempat berbagai macam binatang berkumpul dan dia ... sendiri. Padahal
Baca selengkapnya
Dinding Kegelapan 2
Adam hanya tersenyum kecut, andai saja dia punya sedikit saja keberanian, pasti sekarang dia sudah punya hubungan spesial dengan Ana.“Sudahlah jangan mengasihani dirimu sendiri, aku bisa membantumu mengenalkan pada wanita yang tepat.” “Saya baik-baik saja dan bisa mencari sendiri,” kata Adam sedikit kesal dengan ejekan atasannya. “Baiklah... baiklah, terserah kamu saja, sekarang kamu terpaksa harus mengganggu pengantin baru kita sekedar untuk mencocokkan jadwal.” “Apa boleh buat, kita tak mungkin menerima semua pekerjaan ini tanpa persetujuan Ana.” Adam mengangguk sebentar,  lalu keluar setelah menerima daftar panjang permintaan kerja sama itu. Sejenak dia ragu tapi tak bisa mundur, dia harus segera mendapatkan persetujuan Ana, dia menghubungi Ana melalui ponselnya, tapi sudah sepuluh panggilan dia lakukan dan puluhan pesan singkat dia kirimkan tapi tak ada satu pun yang dibalas, padahal ponselnya aktif. 
Baca selengkapnya
Pilihan Sulit 1
Jarak yang tadi dilaluinya tak lebih dari lima menit sekarang terasa sangat panjang dan menyiksa, Adam membelokkan mobilnya dengan serampangan dan melajukannya secepat yang dia bisa ke rumah itu kembali. Gerbang rumah yang kokoh menjulang itu seolah mengejeknya yang tak sanggup melindungi Ana, ingin rasanya Adam menabrak pintu gerbang itu langsung dengan mobilnya, tapi syukurlah akal sehat kembali pada saat yang tepat dan proses itu terulang lagi, perdebatan dan ancaman tak bisa lagi dihindarkan, meski sekarang agak lebih lunak karena tadi terbukti laki-laki di depannya itu tidak membuat keributan... belum. Lolos dari satpam di pintu gerbang, kembali Adam memacu mobilnya dan memarkirkannya asal sebelum berlari ke arah rumah megah itu, dipencetnya bel pintu dengan brutal. “Sudah saya bilang Mbak Ana tidak ada- eh anda mau kemana? Anda tidak bisa masuk rumah orang seenaknya.” Cegah pelayan yang membukakan pintu itu, tapi mana mau Adam menuruti omongannya, rasa marah dan juga cemas
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
23
DMCA.com Protection Status