All Chapters of Pelayan Perawan Milik Tuan Muda : Chapter 11 - Chapter 20
81 Chapters
Bab 11
Satu bulan berlalu... Tak terasa sudah satu bulan sejak Naya meninggalkan kota kelahirannya. Bukan hanya karena ia takut dengan ancaman Argio, tetapi juga karna ia ingin melupakan semua kejadian buruk yang telah menimpanya. Meskipun sudah satu bulan berlalu, Naya tidak sepenuhnya melupakan kejadian pahit itu. Rasanya seolah-olah kejadian tersebut telah melekat di dalam ingatan hingga sulit untuk dilupakan.Namun, ia sedikit merasa tenang dan tidak merasa tertekan seperti awal-awal kejadian pedih itu. Naya juga memilih untuk mengambil cuti kuliah, tentu hal itu ditentang oleh sang ibu. Tapi mau bagaimana lagi, ia tidak ingin mempersulit ibunya dan menambah beban mengeluaran yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keduanya dan membayar uang sewa rumah. Ia juga tidak memperbolehkan ibunya untuk bekerja.Bahkan Naya juga tak menggunakan cek yang Argio berikan. Ia hanya menyimpan cek itu. Sekarang Naya bekerja sebagai pelayan self service. Beruntung ia mendapatkan pekerjaan setelah dua
Read more
Bab 12
Langkah Naya terhenti ketika sebuah mobil sedan hitam berhenti tepat di hadapannya. Tak lama pintu mobil terbuka dan seseorang keluar dari sana. Mata Naya membulat sempurna ketika melihat wajah orang tersebut. Ia melangkah mundur dengan perasaan diliputi ketakutan dan cemas.Argio menatap lurus ke arah Naya dengan tatapan yang dingin. Ia melangkah lebar ke arah wanita tersebut yang gemetar ketakutan. Naya hendak melarikan diri, namun dengan cepat pria itu mencekal pergelangan tangannya."Lepaskan aku!" Naya berusaha melepaskan cengkraman Argio di pergelangan tangannya."Apa kamu hamil?"Tanpa ingin basa basi Argio langsung melontarkan pertanyaan yang membuat tubuh Naya seketika membeku dengan wajah yang menegang. Kedua matanya bergulir. Dari mana pria itu tahu ia hamil?"A-aku tidak hamil. Lepaskan aku. Aku tidak ingin berurusan denganmu lagi!" racau Naya sedikit lantang.Naya meringis ketika Argio sengaja memperkuat cengkramannya di pergelangan tangan Naya."Benarkah? Kamu kira aku
Read more
Bab 13
Ibu Ani membantu Naya berbaring ke kasur. Tubuh wanita muda itu begitu lemas setelah memuntahkan isi dalam perutnya. Bahkan kepalanya sangat pusing."Sekarang kamu istirahat, Nak. Ibu akan membuatkan teh jahe untukmu," ucap ibu Ani mengusap penuh kasih sayang kepala Naya.Wanita itu mengangguk lemah dengan kedua mata terpejam merasakan rasa pusing yang semakin menjadi-jadi. Ia merasa rumah ini seperti berputar-putar. Ibu Ani keluar dari kamar menuju dapur."Bila aku terus seperti ini bagaimana bisa bekerja," gumam Naya merutuki keadaannya sekarang. Apalagi ia menjadi tulang punggung.Sekitar beberapa menit ibu Ani kembali masuk ke dalam kamar, membawa secangkir teh jahe hangat. Minuman ini sangat cocok untuk masuk angin termasuk meredakan kondisi saluran napas dan hidung tersumbat."Ayo minum dulu, Nak." Wanita paruh baya itu membantu Naya bangkit dari kasur lalu memberikan secangkir teh jahe hangat."Sebaiknya besok libur saja bekerjanya. Ibu tidak tega melihat kamu bekerja dengan ke
Read more
Bab 14
Naya mengkerutkan keningnya ketika merasakan hawa dingin yang membuat tubuhnya sedikit mengigil. Perlahan ia membuka matanya. Ia menatap langit-langit kamar yang tampak asing baginya. Perlahan ia bangun dari kasur tempat ia berbaring sekarang. Naya mengedarkan pandangan matanya ke setiap sudut kamar yang didominasi warna abu-abu. Kamar ini begitu luas dan mewah. "Kenapa aku ada di sini?" gumamnya kebingungan. Dengan badan yang terasa lemas Naya bangkit dari kasur. Sambil melangkah ke arah pintu keluar kamar, Naya berusaha mengingat-ingat apa yang sebenarnya terjadi, tapi semakin ia berusaha mengingatnya yang ada kepalanya semakin pusing. Naya memutar handel pintu. Keningnya mengkerut ketika melihat bagian luar kamar yang tak asing, ia seperti pernah ke sini. Ia melangkah mendekati bagian balkon dalam mansion tersebut. Matanya menatap ke lantai bawah di mana para pelayan tengah sibuk mengerjakan tugas mereka. Dan mata Naya tertuju pada Merry yang tengah bicara dengan salah satu pel
Read more
Bab 15
Entah tak terhitung berapa kali Naya bolak balik ke kamar mandi hanya untuk memuntahkan cairan bening dalam perutnya. Matahari belum menyingsing sepenuhnya, tetapi ia sudah tampak lemas dengan kondisi tubuhnya yang begitu lemah.Naya menjatuhkan tubuh kurusnya ke kasur. Jika wanita lain akan lebih berisi saat tengah hamil, berbeda dengan Naya, tubuhnya terlihat semakin kurus dari sebelumnya. Naya berusaha membenarkan posisi berbaringnya di kasur. Semalaman ia tidak bisa tidur nyenyak, mungkin karna tinggal di tempat yang asing dan kondisi yang tengah hamil muda."Nona, Anda kenapa?"Pagi-pagi sekali Merry sudah masuk ke dalam kamar Naya dan yang pertama kali ia lihat wanita itu terbaring di kasur dengan kondisi yang mengkhawatirkan."Apa anda baik-baik saja?" tanya Merry menghampiri Naya lalu menyentuh kening Naya yang terasa panas dan berkeringat."Sepertinya Nona demam, saya akan mengambilkan obat. Tunggu sebentar."Merry bergegas keluar dari kamar meninggalkan Naya yang memejamkan m
Read more
Bab 16
Langkah Argio terhenti ketika melewati kamar Naya. Ia merasa penasaran dan mendekat ke pintu kamar tersebut. Dengan perlahan, tangannya meraih pegangan pintu dan memutar handelnya. Pintu terbuka perlahan, dan Argio melihat Naya berbaring tenang di kasur dengan selembar handuk kecil di keningnya.Melihat keadaan Naya yang baik-baik saja Argio kembali menutup pintu kamar itu, sebelum pintu kamar tertutup rapat. Suara barang jatuh membuat pergerakan Argio terhenti. Ia kembali membuka pintu kamar itu lebar dan melihat Naya tiba-tiba bangkit dari kasur lalu berlari ke arah kamar mandi. Handuk kecil yang menempel di kening Naya terjatuh ke lantai.Huek!Wanita itu kembali memuntahkan lendir bening dari dalam mulutnya. Rasanya cairan dalam tubuhnya terkuras habis karena muntah terus-menerus sedangkan yang dikeluarkan hanya lendir bening.Naya tersentak ketika merasakan sentuhan hangat ditengkuknya. Meskipun begitu ia tampak tak memperdulikannya. Sekitar beberapa menit, rasa mual itu sedikit
Read more
Bab 17
Suara dentingan sendok dan garpu mengudara dan mengisi keheningan di ruang makan tersebut. Saat semua orang begitu menikmati hidangan yang disantap, berbeda dengan Argio yang diam tanpa ingin menyentuh makanannya. Pikiran pria itu sibuk memikirkan nasib Naya. Setelah mendapatkan kabar dari Merry, ia menjadi tak tenang."Bagaimana pekerjaanmu di perusahaan sekarang?" Pertanyaan yang dilontarkan Arga membuat Argio langsung menatap sang ayah yang duduk berhadapan dengannya. "Semuanya berjalan dengan baik, Yah." Caesa diam menyimak obrolan antara ayah dan anak itu sambil menikmati makanannya."Kamu selesaikan semua urusan pekerjaan di perusahaan, karna dua minggu lagi, kalian berdua akan bertunangan. Ayah tidak ingin saat acara pertunangan berlangsung, kamu sibuk mengurus pekerjaan," ucap Arga menatap Argio dan Chelsea bergantian.Chelsea tersenyum lebar mendengar ucapan calon ayah mertuanya. Ia menoleh menatap Argio di samping."Urusan pekerjaan bisa aku limpahkan pada Aldo, Yah.""Mal
Read more
Bab 18
Suasana dalam ruangan itu mendadak mencekam bagi Naya. Ia tidak berani menatap sepasang mata tajam yang terus menyorot ke arahnya. Kedua tangan Naya masih meremas sprei seolah menyalurkan rasa gugup bercampur takut. "Sepertinya kamu sangat senang mencari masalah." Setelah beberapa saat dilanda keheningan Argio membuka suara. Dengan sedikit keberanian Naya melirik Argio yang berdiri di samping brankar. "Sudah tahu alergi, tapi tetap saja dimakan! Apa kamu tahu itu sangat membahayakan kandunganmu?" Naya semakin menunduk mendengar ucapan Argio yang menyalahkan dirinya atas kondisi buruk yang ia alami sekarang. Ucapan pria itu memang benar. Tapi ia tidak bisa menahan diri untuk tidak mencoba makanan yang ia inginkan. Seolah ia memiliki keinginan kuat untuk sekadar mencicipinya. "A-aku hanya ingin mencicipi_" "Sama saja! Kamu bukan hanya lemah tapi juga bodoh!" sembur Argio, membuat dada Naya terasa perih."Gara-gara kamu dilarikan ke rumah sakit, aku harus kembali lagi ke Jakarta!"
Read more
Bab 19
Napas Naya tersengal bersamaan dengan kedua matanya yang terbuka lebar ketika merasakan sentuhan yang menjalar dibagian tubuhnya. Sementara sang pelaku langsung menjauhkan dirinya setelah menghirup aroma manis dari tubuh Naya. Wajah Argio terlihat tenang seolah tidak terjadi apa-apa."Apa yang Tuan lakukan?" Naya bertanya dengan suara sedikit tersendat. Ia merasa curiga dengan pria itu."Aku tidak melakukan apapun. Hanya memeriksa apa di tempatmu masih ada selimut. Lagipula aku tidak semudah itu tergoda padamu. Jangan berpikir aku akan macam-macam," balas Argio tampak tersinggung ketika Naya menatap dirinya seperti pria mesum.Naya diam, tak berminat membalas ucapan Argio. Padahal ia belum bertanya apa-apa tapi pria itu langsung menyemburkan kemarahan padanya. "Aku terbiasa tidur dengan selimut," ucap Argio meluruskan. Ia tidak ingin wanita itu besar kepala setelah tahu ia menyentuhnya. Sedangkan Naya menatap ke arah pendingin ruangan. Di ruangan ini memang lumayan dingin dan ia me
Read more
Bab 20
Naya yang baru saja bangun tidur, keluar dari kamarnya ketika mendengar suara bising dari lantai bawah. Suara tawa dan obrolan beberapa orang membuat Naya begitu penasaran. Ia mendekat pada balkon dalam mansion itu. Kening Naya mengernyit melihat dua wanita dengan satu pria asing tengah berkumpul di meja makan di lantai bawah. "Apa mereka keluarga Argio?" gumam Naya penuh tanya. Mata Naya masih setia mengamati orang-orang asing di lantai bawah tersebut. "Nona?" Naya terperanjat kaget hingga jantungnya berpacu lebih cepat ketika seseorang menyentuh bahu lalu memanggilnya. Ia berbalik badan dan mendapati Merry. "Bi? Ada apa?" tanya Naya sambil menormalkan detak jantungnya. "Nona, diminta Tuan Argio untuk turun ke bawah, sarapan bersama." "Maksudnya makan bersama mereka?" tanyanya lagi sambil menatap kembali pada orang-orang di lantai bawah. Merry mengangguk."Iya, itu keluarga Tuan Argio, jadi Anda tidak perlu takut," jawab Merry seolah menjawab rasa penasaran Naya dengan oran
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status