Napas Naya tersengal bersamaan dengan kedua matanya yang terbuka lebar ketika merasakan sentuhan yang menjalar dibagian tubuhnya. Sementara sang pelaku langsung menjauhkan dirinya setelah menghirup aroma manis dari tubuh Naya. Wajah Argio terlihat tenang seolah tidak terjadi apa-apa."Apa yang Tuan lakukan?" Naya bertanya dengan suara sedikit tersendat. Ia merasa curiga dengan pria itu."Aku tidak melakukan apapun. Hanya memeriksa apa di tempatmu masih ada selimut. Lagipula aku tidak semudah itu tergoda padamu. Jangan berpikir aku akan macam-macam," balas Argio tampak tersinggung ketika Naya menatap dirinya seperti pria mesum.Naya diam, tak berminat membalas ucapan Argio. Padahal ia belum bertanya apa-apa tapi pria itu langsung menyemburkan kemarahan padanya. "Aku terbiasa tidur dengan selimut," ucap Argio meluruskan. Ia tidak ingin wanita itu besar kepala setelah tahu ia menyentuhnya. Sedangkan Naya menatap ke arah pendingin ruangan. Di ruangan ini memang lumayan dingin dan ia me
Naya yang baru saja bangun tidur, keluar dari kamarnya ketika mendengar suara bising dari lantai bawah. Suara tawa dan obrolan beberapa orang membuat Naya begitu penasaran. Ia mendekat pada balkon dalam mansion itu. Kening Naya mengernyit melihat dua wanita dengan satu pria asing tengah berkumpul di meja makan di lantai bawah. "Apa mereka keluarga Argio?" gumam Naya penuh tanya. Mata Naya masih setia mengamati orang-orang asing di lantai bawah tersebut. "Nona?" Naya terperanjat kaget hingga jantungnya berpacu lebih cepat ketika seseorang menyentuh bahu lalu memanggilnya. Ia berbalik badan dan mendapati Merry. "Bi? Ada apa?" tanya Naya sambil menormalkan detak jantungnya. "Nona, diminta Tuan Argio untuk turun ke bawah, sarapan bersama." "Maksudnya makan bersama mereka?" tanyanya lagi sambil menatap kembali pada orang-orang di lantai bawah. Merry mengangguk."Iya, itu keluarga Tuan Argio, jadi Anda tidak perlu takut," jawab Merry seolah menjawab rasa penasaran Naya dengan oran
Semilir angin sore menerpa lembut permukaan wajah Naya yang saat ini tengah duduk di sebuah kursi panjang yang berada di taman belakang mansion. Rambut panjang wanita itu berayun-ayun begitu indah mengikuti hembusan angin.Manik coklatnya menatap lurus ke arah bunga-bunga yang bermekaran dengan indahnya. Semenjak tinggal di mansion Naya lebih suka menghabiskan waktunya di taman. "Nona ingin makan sesuatu? Dari tadi siang Nona belum makan apapun."Naya yang tampak melamun dengan sorot mata yang menampilkan kekosongan kini mendongak menatap Merry di hadapannya. Ia menggeleng lemah menolak tawaran pelayan yang selalu menemaninya. Semenjak mendengar Argio akan bertunangan membuat perasaan Naya memburuk. Entahlah, ia tidak memiliki perasaan apapun pada pria itu, namun hatinya sakit dengan kabar yang ia dengar. Naya menghela napas panjang."Menurut Bibi apa aku terlihat sangat menyedihkan? Setelah semuanya terjadi aku merasa sudah tidak memiliki tujuan hidup lagi."Semenjak kejadian naas y
"Kamu sedang hamil dan seharusnya tidak mengonsumsi buah nanas yang membahayakan kandungan!" bentak Argio menatap penuh kemarahan."Apa kamu sengaja melakukan ini semua?" tudingnya. Naya dengan cepat menggelengkan kepalanya, membantah tuduhan pria itu padanya. "Merry!" Teriakan Argio menggelegar memanggil pelayan yang ia tugaskan menjaga Naya. Suara keras Argio membuat Caesa dan Chelsea yang ada di lantai bawah tampak terkejut. Kedua wanita itu saling pandang dan setelahnya bangkit dari sofa lalu menyusul ke lantai atas. Mereka penasaran apa yang terjadi sampai Argio berteriak cukup keras. "Ada apa Tuan memanggil saya?" Merry berjalan tergopoh-gopoh ketika Argio memanggilnya. Pelayan itu melirik Naya yang tampak cemas bercampur takut di hadapan Argio. Tidak lama Caesa dan Chelsea memasuki kamar tersebut. "Ada apa Argio? Kenapa teriak-teriak?" tanya Caesa menghampiri putranya dengan raut wajah penasaran. Argio tak menghiraukan ucapan sang bunda, tatapan matanya lurus ke arah Merry
Argio bersandar pada body mobil sambil menyesap rokok yang terapit diantara jari tengah dan telunjuknya. Asap rokok yang berembus membuat Naya menutup hidungnya. Ia mendongak menatap Argio yang berdiri di samping. Pria itu menatap lurus ke arah jalanan yang dilewati para pengendara. Tiba-tiba saja Argio menghentikan mobilnya di pinggir jalan yang minim oleh rumah penduduk ataupun bangunan-bangunan seperti ruko. Pria itu melirik Naya di sampingnya. "Kenapa melihatku seperti itu?" tanya Argio menyadari tatapan Naya. "Kapan kita pulang? Kenapa kita ke tempat seperti ini?" Naya menatap sekitar yang tampak sepi, hanya ada beberapa pengendara yang lewat dan satu lampu jalan yang menerangi tempat mereka berdua berdiri sekarang. "Tunggu sebentar. Lebih baik makan belanjaan yang kamu beli tadi," titah Argio memerintah. Naya menatap ke dalam mobil yang terdapat satu kantong besar belanjaan berisi makanan ringan dan snack. Bukan Naya yang membeli belanjaan sebanyak itu melainkan Argio. Pr
Naya terbangun dari tidurnya dengan wajah yang berseri-seri. Tidur wanita itu tampak sangat nyenyak semalam. Ia menapakkan kedua kakinya ke lantai marmer yang terasa dingin di telapak kaki. Namun, baru hendak bangkit Naya tertegun sejenak, ia baru ingat tadi malam ia tertidur di mobil karna rasa kantuk yang tak tertahankan. Tapi sekarang ia sudah berada di dalam kamar. Siapa yang membawanya ke kamar dan membaringkan di kasur?"Nona Naya?" Suara Merry membuat lamunan Naya buyar. Wanita yang mengenakan dress bermotif bunga itu tersenyum hangat pada pelayan tersebut."Ada apa, Bi?" tanya Naya ketika Merry menghampirinya."Hanya ingin menyampaikan perintah Tuan Argio untuk menyuruh Nona Naya segera bersiap-siap untuk ikut pergi bersama. Tapi sebelumnya Nona sarapan terlebih dahulu."Merry melangkah mendekati meja lalu meletakkan nampan berisi susu hangat dan roti panggang di sana."Memangnya Tuan Argio ingin mengajak ke mana?" Naya kembali bertanya."Kalau tidak salah untuk ikut menemani
Setelah satu jam berada di butik, akhirnya Chelsea mendapatkan gaun yang ia inginkan. Seharusnya hari ini merupakan hari yang sangat menyenangkan bagi Chelsea apalagi beberapa hari lagi pertunangannya dengan Argio akan berlangsung. Tapi, dengan kehadiran Naya di tengah-tengah mereka berdua membuat Chelsea merasa Naya sebagai ancaman yang nyata apalagi melihat sikap yang Argio tujukan pada wanita tersebut sangat berbeda. Menyebalkan!Niatnya yang ia memberikan pelajaran pada Naya malah berakhir membuat ia meradang karna emosi dan cemburu."Argio, bagaimana kita restoran dulu? Aku sangat lapar," adu Chelsea sambil memeluk lengan Argio manja.Naya yang berjalan dibelakang keduanya hanya memperhatikan interaksi antara Argio dan Chelsea. Jujur, ia merasa tidak nyaman berada di tengah-tengah keduanya. Namun, ia merasakan gelenyar aneh dalam hatinya ketika melihat Chelsea memeluk dan bermanja pada Argio."Ya sudah, kita makan di restoran sebrang jalan," balas Argio menatap restoran yang bers
Naya mengkerutkan keningnya ketika mendapati paper bag di atas meja kamarnya. Ia meletakkan handuk yang baru saja ia gunakan ke kasur lalu mengambil paper bag tersebut. Tanpa ragu Naya melihat isi dalam paper bag itu, seingatnya ini bukan miliknya. Mata Naya melebar ketika mendapati gaun berwarna biru yang sempat mencuri perhatiannya di butik kemarin."Aku tidak membeli gaun ini, kenapa tiba-tiba sudah ada di sini?" monolognya bertanya-tanya. Naya diselimuti keheranan dengan apa yang ia dapatkan, namun satu nama seseorang muncul dalam kepalanya. "Apa dia yang membelinya untukku?" Setelah bergumam seperti itu Naya bergegas keluar dari kamar sambil membawa paper bag di tangannya. Wanita itu mengetuk-ngetuk pintu kamar yang bersampingan dengan kamarnya. Tak lama pintu kamar itu terbuka dan menampilkan sosok Argio yang sudah rapi dengan pakaian formalnya dan aroma maskulin yang beraroma lembut. "Ada apa?" tanya Argio datar. Mata pria itu melirik paper bag yang Naya bawa. "Apakah Tuan