All Chapters of Jagat Kelana: Chapter 51 - Chapter 60
71 Chapters
51. Formasi Bintang
Jagat terpental cukup jauh, perlahan fia bangkit sambil berpegangan pada ranting pohon yang kebetulan ikut patah. Pemuda itu diam melihat pada formasi yang digunakan oleh Kalawaja. Pria yang terlihat lebih tua darinya itu tersenyum sinis seakan meremehkan kekuatan Jagat. Kalawaja masih terus menatap tajam pada sosok Jagat yang terlihat kelelahan menghadapi serangan mereka dengan formasi bintang. Namun, bagi Jagat apa yang dia keluarkan sejak awal bukanlah kekuatan penuh. "Bagaimana, apakah kamu masih ingin bertarung, Pria Ayu?" tanya Kalawaja. "Apa yang aku lakukan belum maksimal, Kalawaja. Ini baru permulaan," jawab Jagat. "Cuih! Majulah!"Jagat tidak memedulikan kalimat Kalawaja yang cenderung memancing emosinya. Pemuda itu masih berusaha berdiri tegak meski ada sesak dirasakan pada saat ambil napas. Karena hal itu, Jagat mulai menata lagi jalan napasnya. "Rupanya pri ini bukan sembarangan. Ini masih jauh dari Pegunungan Wilis," gumam Jagat sambil mengedarkan pandangannya. "Ap
Read more
52. Formasi Hancur
Dari atas tubuh Jagat meluncur deras ke bawah hingga ujung kujangnya hampir menyentuh tanah. Kalawaja yang berhasil menggeser tubuhnya ke kanan menjadi termangu saat tubuh Jagat meliuk ke kiri hingga sebuah tendangan berhasil menjejak perut Kalawaja. "Argh, sial!" pekik Kalawaja sesaat setelah dia menyemburkan darah segar sambil mengusap kasar mulutnya. "Bagaimana?"Pandangan Kalawaja menajam dan segera dia merapal mantra yang lain. Sementara formasi bintang mulai robek sisi tepinya. Semua terjadi dengan cepat, Kalawaja kembali menyerang dengan ilmu berbeda. Tindakan ini memicu lemahnya formasi hingga dengan mudah diobrak abrik oleh Jagat. Pemuda itu melempar kujangnya menyabet setiap pria di titik tumpu formasi. Desing kujang yang lembut mampu melenakan bawahan Kalawaja sehingga mereka kurang fokus. Trung tringSlash! Terdengar beberapa benda tajam saling beradu hingga suaranya mampu membuat orang bergidik. Apalagi tercipta percikan api yang mampu membakar ranting kering sekitar
Read more
53. Akshita
"Tidak ada, Kisanak. Karena Akshita lah yang memiliki darah pembuka gerbang ghaib." Anjunsari menjawab dengan nada tegas. "Lalu bagaimana dengan gerombolan Kalawaja? Apakah mereka juga sama harus dengan syarat gila Kalian?" cerca Jagat. Anjunsari tersenyum, wanita senja itu berjalan mengikis jaraknya dengan Jagat dengan lembean tangan gemulai selayaknya seorang penari. Jagat membola menatap pandangannya yang begitu menggiurkan dan memanjakan hasratnya. Jiwa mudanya bergolak menyaksikan kemolekan tubuh senja Anjunsari yang masih terjaga. Namun, helaan napas langsung terdengar kala jarak keduanya menyisakan satu depa sekitar dua meter. Tubuh Anjunsari perlahan condong ke depan, tangannya terulur hendak meraih wajah Jagat. Akan tetapi, pemuda itu memundurkan kakinya sedikit menjauh. "Bagaimana jika aku minta dua tetes darah Akshita?"Mendengar permintaan Jagat, Akshita langsung bangkit dari duduk simpuh selayaknya abdi kerajaan. Lalu perempuan muda itu berjalan dengan lututnya mendek
Read more
54. Sesajen Yang Aneh
Jagat masih diam menunggu reaksi dari perempuan muda di depannya yang tidak bergerak. Merasa mulai sulit menahan gejolak segala rasa, Jagat pun berinisiatif meraih kain jarit yang teronggok begitu saja di tanah. Secepat kilat kain itu sudah membelit tubuh polos Akshita. Kemudian Jagat menyentuh bahu perempuan tersebut agar di kembali sadar dari lamunan. "Bagaimana?"Akshita terhentak kaget, lalu pandangannya tertuju pada Jagat yang sudah berdiri di sampingnya. Bibir mungil milik perempuan itu bergerak dan mengeluarkan suara lirih. "Akan kau bawa kemana diri ini, Pangeran?""Jika dua tetes darah tidak bisa menggantikan persetubuhan itu, maka ijinkan aku membawamu di setiap langkahku. Apa kamu setuju?"Kembali Akshita terpana menatap penuh tanya pada Jagat lalu berkata, "Baik jika itu yang terbaik."Jagat tersenyum, lalu pandangannya kembali menyusuri semua keadaan sekitar yang hancur lebur. Bahkan beberapa rumah banyak yang roboh tanpa bentuk. "Jika kalian keluar dari desa, lalu baga
Read more
55. Ledakan Dahsyat
Jagat memindai semua persiapan sesajen para wanita, seperti yang dia dengar lirih suara Ki Cadek. Pemuda itu juga merasa adanya kejanggalan. Bagaimana sesajen tidak ada yang dikorbankan bisa diterima? Sungguh hal yang tidak biasa. Akshita berjalan mengikis jaraknya dengan Jagat. Perempuan muda yang sudah berganti pakaian itu tersenyum dan segera memeluk lengan kiri Jagat. Kemudian membawa pemuda itu maju lebih dekat dengan api unggun. Di luar lingkaran api terdapat serangkaian berbagai jenis bunga dengan harum yang berbeda. Sepintas Jagat menangkap bayangan hitam memeluk tubuh Anjunsari. "Siapa pemilik sosok yang memeluk ibu kamu itu, Akshita?" bisik Jagat. "Tidak ada, Pangeran. Mungkin hanya halu saja.""Aku tidak bisa kalian bodohi, Akshita. Jujurlah sebelum kalian hancur!" geram Jagat. Akshita mendengus kasar, lalu menatap sendu pada Jagat. Dia menutup rapat bibirnya dan menggeleng pelan. Sepertinya Akshita tidak ingin mengatakan siapa yang sedang memeluk Anjunsari. Jagat mera
Read more
56. Tinggalkan Desa
Ledakan dahsyat menimbulkan api yang cukup besar hingga mampu membakar lahan kering di sisi kanan bangunan pendopo desa. Anjunsari menatap khawatir pada putrinya. "Bagaimana nasib kita selanjutnya, Akshita? Ibunda sudah tiada daya lagi," keluh Anjunsari. "Sebaiknya ketua semedi lagi!" usul pemangku desa. Anjunsari merasa sudah habis digdaya dan kemampuannya dalam merubah raga memancing hasrat. Akshita menatap pada pekatnya malam yang ada di depannya. Sepintas terlihat sekelebat bayangan berjubah putih, tetapi dia sedikit ragu. "Apakah pemuda tadi sudah jadi mayat, Bunda?" tanya Akshita. Anjunsari mengedarkan pandangannya mencari sosok Jagat. Dahinya berkerut kala merasakan aura tipis yang mulai bergeliat naik. Namun, aura Cakrapati benar-benar hilang tiada bekas. "Kita tunggu saja!"Setelah beberapa saat angin berhembus lembut membawa harum bunga cendana dan tanah basah. Aroma yang tidak biasa dalam pekatnya hutan heterogen yang ada di pegunungan wilis. Anjunsari menganggukkan
Read more
57. Keputusan Akshita
Akshita memutuskan ikut perjalanan Jagat sesuai dengan pesan leluhurnya. Senyum wanita muda itu terkembang kala Jagat menyetujui inginnya meski ada syarat dalam setiap perjalanan. Akshita menyanggupi apapun syarat yang diajukan Jagat,dia tidak memedulikan. Bagi Akshita dia sudah diijinkan ikut sudah senang, ini artinya semua mimpinya tercapai. Sekarang hanya usahanya agar hati pria itu hanya terisi sosoknya saja. Anjunsari menghela napas panjang.Malam terus berjalan dan perlahan sinar rembulan pun mulai meredup. Perlahan tubuh Anjunsari membayang semu. Akshita seketika terpaku begitu juga dengan Jagat saat melihat perubahan pada sosok Anjunsari. "Ada apa dengan tubuhmu, Nisanak" tanya Jagat.Anjunsari mengulas senyum manis, kedua kelopak mata senja itu berkedip berulang lalu menatap sendu pada sepasang muda mudi di depannya. Bibir itu mulai membiru, helai rambutnya pun juga mulai berubah warna."Ibunda!" Akshita memanggil wanita tersebut dengan nada khawatir.Anjunsari makin meleba
Read more
58. Permata Ke Empat Bagian 1
"Apa yang terjadi dengan tubuhmu,Tuan" tanya Akshita khawatir.Jagat menggeleng tidak mengerti, dia pun meraih bubuk hasil tumbuk Akshita lalu menyentuhnya berulang. Kedua matanya menyorot tajam. "Apa yang akan kamu lakukan dengan ini?"Akshita mengurai senyum, lalu telapaknya meraih tangan Jagat dan digenggam erat. Kemudian dibawa pada dada pria tersebut. "Balurkan di sini,Tuan!" Pinta Akshita.Jagat termangu, sentuhan lembut Akshita telah membangkitkan sesuatu di bawah sana. Namun, dengan gerak pelan dia berusaha menekan agar tidak semakin bangkit. Akshita mengulum senyum melihat sikap Jagat. Dia tahu apa yang terjadi tetapi bibirnya hanya tersenyum tipis.Jagat mengikuti apa yang diarahkan oleh Akshita. Bubuk basah hasil tumbukan bunga dan daun langka itu sudah dibalurkan pada dada Jagat. "Apakah ini ada manfaatnya, Aks?""Biarkan dulu beberapa waktu di sana hingga kering. Setelahnya baru dialiri sinar permata kemari lalu,Tuan!""Jika seperti itu, kita bermalam di sini dulu hingga
Read more
59. Desa Bumiwaras
"Akshita Tungga Dewi. Dia ingin jadikan kulit lama itu sebagai penutup tubuhnya, Shaki." "Seberharga itukah kulit lamaku ini, Pangeran," balas Shaki siluman ular yang dulu pernah ditolong oleh Jagat saat terluka di pinggiran sungai Hutan Pandan Alas. Akshita melompat turun dari batang tempat duduknya. Lalu tangannya membelai punggung ular raksasa tersebut. Setelahnya di menunduk dengan membungkukkan badannya sesaat. Bibir tipisnya bergerak menghasilkan suara, "Ijinkan aku gunakan kulit lamamu itu, Nisanak!" Pinta Akshita lembut. Shaki menggeliatkan ekornya dan berhasil menggulung kulit lamanya. Lalu dengan sentakan halus kulit tersebut terbang dan jatuh tepat di depan Akshita "Terima, gunakan dan rawat dengan baik, Nona!""Terima kasih."Akshira pun meraih kulit ular tersebut, lalu dibawanya ke tepian sungai dan merendam sesaat. Setelahnya dilemparkan ke atas diikuti tubuhnya yang melenting lebih cepat ke udara melebihi tingginya kulit tersebut. Jagat seketika terhenyak kaget mel
Read more
60. Akshita Naik Tingkat
Jagat memindai seluruh tubuh pria di depannya yang seakan sangat mengenal siapa sosok Akshita sesungguhnya. Sedikit rasa penasaran menelusup di relung kalbu, dia sendiri terjebak di desa perempuan itu tanpa tahu seluk beluknya bahkan saat ini ada luka dalam di tubuhnya akibat bertarung dengan Kalawaja. Luka dari pertempuran tersebut pun masih terasa saat mengeluarkan tenaga dalam. Namun, hal itu berusaha dia tahan agar tidak terditeksi oleh lawan bila harus bertempur. "Haha, kau begitu belia dan rupawan, Kisanak. Pasti apa yang diinginkan oleh warga desa laknat sudah mereka dapat dong. Bagaimana rasanya kelamin laknat itu, Hem?" Pria itu berkata dengan nada sinis dan penuh dendam. "Apa yang harus kau bayar hingga bisa keluar dari desa tersebut?" lanjutnya.Jagat masih diam menatap pada pria tersebut. Baginya semua kalimat tanya itu sangat menyakitkan, apalagi untuk seorang wanita. Namun, Jagat masih terus menahan lisannya agar tidak asal bicara. Dia begitu mengerti akan sakitnya hat
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status