All Chapters of Gairah Terlarang Sahabat Suamiku: Chapter 101 - Chapter 110

"Pak Ray, apa anda tahu apa yang sedang anda lakukan sekarang ini adalah hal melanggar hukum!" seru Pak Man."Hai, supir! Kau banyak sekali bicara. Seakan akan kau lebih paham dan lebih pintar dariku!" Rayhan mencibir.Dua orang preman membawa jirigen berisi bensin. Mereka terlihat sangat siap untuk melakukan titah majikannya."Pak Rayhan, seharusnya kita bisa menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih baik." "Bakar rumah ini!" teriak Rayhan sekali lagi.Istri Pak Man mengintip dari balik tirai jendela. Satu orang preman terlihat mulai mengguyur bensin ke sisi sisi rumah."Mereka akan membakar rumah ini.""Apa Bi?" Wulan kaget."Siapa yang akan membakar rumah ini Bi?" Wulan bertanya dengan wajah panik."Saya tidak kenal siapa orangnya, Non!"Pak Willy mengeluarkan identitasnya sekaligus senj4ta api jenis Revolver. "Hentikan Pak. Atau dengan terpaksa, saya harus memproses anda ke ka

"Tin! Tin!" Tiba tiba saja alarm mobil Rayhan berbunyi."Suara apa itu?" Novi mengintip dari jendela. "Ray, alarm mobilmu berbunyi.""Ada ada saja!""Kau harus ke sana! Lupakan tikusnya!" ucap Novi.Rayhan mengenakan pakaiannya dan buru buru pergi mematikan alarm mobilnya.Ia kemudian berterima kasih kepada Novi karena mau mendengarkan keluh kesahnya, sekaligus berpamitan pulang.Setelah Rayhan keluar dari kamar, Novi dengan buru buru menutup pintu kamarnya. Ia lalu membuka lemari dan mengeluarkan David dari sana."Hufff lama sekali kalian berbicara. Bagaimana lebih enak punyaku atau punyanya?" ucap David."Sudahlah kau lebih baik pulang sekarang," pinta Novi.Baru akan melangkah pergi dan membuka pintu, Rayhan datang kembali dan mengetuk pintu."Ya Rayhan? Ada apa? Apa kau ketinggalan sesuatu di sini?" tanya Novi dengan keringat yang mulai menetes dari keningnya."Kenapa ber

Rayhan dengan wajah gusar, mengambil ponselnya dan menghubungi pengacaranya. Sementara Bi Inah diam diam mengintip dari balik pintu kamar mandi."Hallo Pak Charlie!" ucap Rayhan."Hallo Pak. Apa ada yang bisa saya bantu?" "Jam 10 hari ini datanglah ke pengadilan. Ada panggilan mediasi untukku!" ucap Rayhan."Siap Pak, saya berangkat sekarang ke sana," sahut Charlie sembari menutup teleponnya.Usai menghubungi pengacaranya, Rayhan mengendarai mobilnya pergi ke pengadilan.****Di dalam apartemen, Sandra baru saja selesai memasak cemilan yang diminta oleh anak anaknya. Ia kemudian duduk, menonton TV.Sedang asyik menonton serial kesayangannya di TV, ponselnya berbunyi. Sebuah panggilan yang berasal dari Pak Albert, pengacaranya."Ya Hallo?" ucap Sandra."Hallo, Bu. Apakah ibu sedang sibuk?" tanya Pak Albert."Tidak, Pak. Ada apa ya?" Sandra mengecilkan volume suara TV nya.

Sandra nampak murung. Pak Albert mengajaknya untuk duduk sebentar di kantin yang ada di sana. Pak Albert juga sudah menelepon Arya dan memberitahu jika proses mediasi sudah selesai.Arya datang menjemput Sandra dari pengadilan. Ia melihat Sandra yang duduk di mobilnya dengan wajah menunduk."Apa yang terjadi tadi?" tanya Arya sembari menggenggam tangan Sandra."Tak ada yang perlu dikhawatirkan.""Lalu kenapa kau kelihatan sedih? Apa dia tadi membentakmu?""Sedikit bentakan saja. Tapi aku sedih bukan karena bentakan Rayhan.""Lalu kenapa?" tanya Arya penasaran."Apa tindakanku sudah benar? Meski tak menunjukkan reaksi yang berlebihan di sana, tapi aku tahu jika Rayhan sangat marah.""Apa yang dikatakan oleh hatimu? Ikutilah itu.""Kenapa lewat sini? Kita mau kemana?" tanya Sandra ketika ia melihat kios kebab langganannya."Ke rumahku. Anak anak ada di sana. Kau istirahat di sana dulu. Aku tidak bisa turun. Aku akan langsung ke kantor setelah ini." Sandra mengikuti permintaan Arya.***

"Kamu masih bilang nggak melakukan apa apa! Dasar anak kurang ajar! Guru kelasmu sendiri yang bilang kepada Kepala Sekolah, jika kamu sudah berani membentak dan melotot padanya saat ada ujian dikelas!!" teriak Papa kesal."Sekarang kamu dengan entengnya bilang, jika kamu nggak pernah melakukan apa apa?!" teriak papa lagi."Aku memang tidak melakukannya pa! Kenapa papa nggak percaya padaku! Aku saat itu hanya tidak mau mengerjakan tugas darinya. Tapi aku sama sekali tidak membentak ataupun melotot kepada Bu Widya.""Lalu kau mau bilang jika Bu Widya yang berbohong?! Dasar anak kurang ajar!!" ucap papa seraya memukulku lagi tanpa ampun dengan gagang sapu."Dia memang berbohong pa. Kenapa papa lebih percaya ucapan orang lain daripada ucapanku?" ucapku lirih dengan mata sembab."Hentikan dramamu! Setelah ini papa nggak akan mau tahu tentangmu lagi!"Sejak saat itu, mama memberhentikan Bu Anna sebagai guru les privatku. Mama sejak awa