All Chapters of Kontrak Pernikahan Rahasia Sang Presdir: Chapter 121 - Chapter 130
186 Chapters
Bab 121
“Pak Naven.” Sambil berjalan keluar, Nerissa terus memanggil. “Aku di sini.” Akhirnya suara Naven terdengar juga. Langkah Nerissa semakin dipercepat, keluar dari dalam vila yang gelap. Takut berada di tempat yang gelap. Saat keluar dari vila, Nerissa disambut dengan lampu kecil-kecil yang menghiasi kolam renang. Suasana begitu sangat romantis sekali. Meja makan di dekat kolam pun dihiasi dengan lilin yang memutari meja makan. Lilin itu berbentuk love dan tampak cantik sekali. Naven berjalan ke arah Nerissa. Tepat di depan Nerissa, pria itu memberikan buket bunga. “Untukmu.” Mendapati bunga itu, Nerissa bingung sekali. Namun, dia tetap menerima bunga tersebut. “Pak Naven yang menyiapkan semua ini?” “Iya.” Naven mengulurkan tangannya. Nerissa segera menerima uluran tangan suaminya itu. Walaupun di kepalanya banyak sekali pertanyaan, tapi dia berusaha bersabar untuk bertanya. Naven segera menarik kursi dan mempersilakan Nerissa untuk duduk. Tanpa penolakan, Nerissa segera dudu
Read more
Bab 122
Apa yang dikatakan Naven itu membuat langkah Nerissa yang mengayun saat berdansa, langsung terhenti.Ucapan Naven itu jelas membuatnya begitu terkejut sekali. Ribuan kali, dia meyakinkan diri jika hal ini tidak akan terjadi, tapi ternyata di luar prediksinya semua terjadi.Perlahan Nerissa melepaskan tangannya yang bertautan dengan tangan Naven. Tangan yang berada di bahu Naven pun dijauhkan. Melihat reaksi Nerissa membuat Naven terkejut. Dia pikir Nerissa akan suka dengan aksinya itu.“Sa ....”“Kenapa Pak Naven melakukan ini pada saya?” Naven merasa bingung dengan apa yang dikatakan oleh Nerissa.“Memang apa yang aku lakukan. Aku hanya mencintamu.”“Pak Naven tahu bukan jika ada kontrak pernikahan di antara kita. Bukankah harusnya Pak Naven tidak menggunakan perasaan.” Nerissa mencoba mengingatkan Naven. “Iya, aku tahu jika memang tidak seharusnya aku menggunakan perasaan. Tapi, perasaan itu datang begitu saja.” Naven sendiri tidak pernah menyangka jika perasaannya akan tumbuh s
Read more
Bab 123
“Ayo.” Kiki segera mengajak Ana untuk pergi dari restoran.“Mereka sudah selesai?” Ana tampak penasaran.“Iya.” Kiki hanya menjawab singkat.Mereka segera ke vila. Kiki harus mengantarkan Ana lebih dulu ke vila sebelum ke bar.“Pak Kiki tidak turun?” Ana yang melihat hanya dirinya sendiri yang turun pun merasa aneh.“Aku harus menemui Pak Naven dulu. Kamu masuk saja dan temani Bu Nerissa.” Kiki memberikan perintahnya.Ana sejujurnya bingung dengan apa yang terjadi. Dia bingung kenapa Naven sedang di luar dan Nerissa di vila sendiri. Apa yang sebenarnya terjadi?Namun, tak mau banyak bertanya Ana segera turun dari mobil. Kemudian masuk ke vila untuk menemui Nerissa.Kiki langsung bergegas ke bar untuk menemui Naven. Dia harus tahu apa yang terjadi sampai atasannya itu ke bar setelah makan malam romantis.Ana yang masuk ke vila segera menuju ke kamar Nerissa. Dia ingin tahu apa yang terjadi.Tepat di depan kamar Nerissa, Ana mengetuk pintu lebih dulu. Hingga beberapa saat kemudian Neris
Read more
Bab 124
Semalaman, Nerissa terus memikirkan Naven yang mabuk. Sehingga pagi ini, dia minta pihak vila untuk membuatkan teh herbal. Dengan membawa nampan yang berisi secangkir teh herbal, Nerissa pergi ke kamar Naven.Bersamaan dengan Nerissa yang hendak naik ke lantai atas, Kiki turun ke lantai bawah. Mereka berpapasan di anak tangga paling atas. Kiki melihat apa yang dibawa oleh Nerissa. Dia yakin jika Nerissa ingin menemui Naven untuk memberikan teh tersebut. “Bu Nerissa mau menemui Pak Naven?” tanya Kiki. “Iya, aku mau menemui Pak Naven untuk memberikan teh herbal.” “Maaf, Bu. Sebaiknya saya saja yang memberikan teh tersebut.” Kiki tahu pasti Naven akan marah jikaNaven sudah berpesan untuk jangan sampai Nerissa melihatnya bangun tidur dengan keadaan kacau setelah mabuk. Ada rasa sedih ketika Kiki meminta teh yang dibawanya. Namun, Kiki pasti melakukan itu atas permintaan Naven seperti semalam Naven tidak mau tidur sekamar dengannya. “Baiklah.” Nerissa akhirnya memberikan nampan ber
Read more
Bab 125
Pagi ini, Nerissa sudah mulai pada rutinitasnya. Sebelum berangkat, dia memilih untuk membuat coklat hangat.Sambil menikmati coklat hangat, pandangan Nerissa tertuju pada kamar Naven. Biasanya, Naven akan menikmati secangkir kopi sebelum berangkat, tapi pria itu tak kunjung keluar dari kamar.Tepat saat Kiki datang, Naven baru keluar. Dia hanya memberikan tas kerjanya pada Kiki dan berlalu begitu saja keluar. Tak ada satu patah kata pun yang diberikannya pada Nerissa.Sikap Naven itu benar-benar membuat Nerissa tidak nyaman. Namun, apa boleh buat. Ini sudah jadi konsekuensi yang harus diterima oleh Nerissa setelah meragukan cinta Naven.Mereka berangkat kerja tanpa berbicara sama sekali. Situasi ini benar-benar membuat Kiki tidak nyaman sekali. Namun, dia hanya bisa pasrah. Mengingat atasannya sedang melayangkan perang dingin. Sampai di kantor pun tak ada sepatah kata pun keluar dari mulut Naven. Sampai-sampai Nerissa tidak berani berpamitan pada Naven saat keluar dari lift. Biasa
Read more
Bab 126
Mendengar namanya dipanggil, Naven mengalihkan pandangannya. Dia cukup terkejut ketika melihat siapa yang memanggilnya. “Kamu sudah pulang dari luar negeri?” tanya Naven penasaran.“Sudah, baru kemarin.”Dya menatap wanita yang berada di samping Naven. Dilihatnya wanita itu cantik sekali. Dia menebak jika itu adalah istri Naven.“Ini istrimu?” tanya Dya“Iya, dia istriku.” Naven membenarkan ucapan sepupunya itu. Kemudian beralih pada Nerissa. “Sayang, kenalkan ini Dya-sepupuku.” Dia memperkenalkan sepupunya itu pada istrinya.Nerissa segera mengulurkan tangan. “Nerissa.”“Dya.” Dya menerima uluran tangan Nerissa. “Senang akhirnya bertemu denganmu. Maaf, waktu itu aku ke luar negeri, karena itu tidak datang ke pernikahan kalian.” Nerissa akhirnya tahu kenapa dia baru tahu wanita di depannya itu. Ternyata sewaktu pernikahan, dia tidak datang.“Senang bertemu denganmu juga. Tidak apa-apa.” Nerissa tersenyum.“Kami temui keluarga dulu.” Naven pun segera berpamitan dengan sepupunya itu.
Read more
Bab 127
Naven mengobrol dengan papa dan juga rekan bisnis sang papa. Mengobrol dengan orang-orang yang sudah ahli dalam bisnis, memang memberikan manfaat lebih untuknya.Saat sedang mengobrol, ponselnya berdering. Naven segera berpamitan untuk mengangkat sambungan telepon. Saat melihat layar ponselnya, dia melihat jika Kiki yang menghubungi.“Ada apa, Ki?”“Nona Evelyn di sini, Pak.”Kedua bola mata Naven membulat sempurna ketika mendengar apa yang dikatakan Kiki. Dia tidak menyangka jika Evelyn pulang dari luar negeri dan menghadiri acara pernikahan ini.“Cegah dia masuk. Aku akan keluar.”“Baik, Pak.”Naven segera mengayunkan langkahnya keluar. Tempat yang dituju adalah tempat parkir. Dia yakin jika Kiki di sana. Benar saja. Dari kejauhan, dia melihat Kiki yang sedang bersama Evelyn.Kiki yang melihat Naven menghampiri pun meminta Evelyn untuk masuk ke mobil. Karena Naven ingin bicara di dalam mobil.Evelyn segera masuk dan disusul oleh Naven kemudian. Saat Naven masuk, Evelyn langsung meme
Read more
Bab 128
“Ayo pulang.” Nerissa tidak menjawab, tapi justru berbalik dan mengayunkan langkahnya. Sikap Nerissa itu membuat Naven kesal. Sejak tadi dirinya sudah khawatir, tapi justru wanita itu seenaknya pergi. Dengan segera Naven mengejar Nerissa.“Aku tanya ke mana kamu, kenapa tidak menjawab?”Sayangnya, Nerissa memilih mengabaikan pertanyaan itu, dan terus mengayunkan langkahnya.Naven semakin kesal melihat sikap Nerissa itu. Dia benar-benar merasa jika Nerissa tidak menghargainya. Dengan segera dia mengejar lebih cepat Nerissa, dan menarik tangannya.Nerissa menatap Naven lekat ketika pria itu menarik tubuhnya. Dia berusaha untuk tidak menangis. Akan sangat lucu jika dia menangis karena melihat Naven bersama wanita lain.“Aku tanya kamu ke mana, tapi kamu justru pergi. Apa kamu tidak tahu jika aku khawatir saat mencarimu?” Naven meluapkan kekesalannya. Bukan karena Nerissa pernah menolaknya, dia kesal. Namun, memang dia benar-benar khawatir sekali tadi. Nerissa merasa lucu ketika Naven b
Read more
Bab 129
Naven menceritakan pada Kiki karena selama asistennya itu tahu semua kisah percintaannya. Asistennya juga yang selalu memberikan saran padanya.Kiki yang sedang meletakan minuman soda di atas meja pun seketika menghentikan aksinya itu. Dia cukup terkejut dengan apa yang didengarnya.“Lalu?” Kiki segera meletakan minuman soda, kemudian duduk di sofa. Dia ingin mendengar cerita Naven lebih detail.“Dia hanya tanya apakah itu kekasihku atau bukan?”“Pak Naven jawab apa?”“Aku tidak mau dia mengira aku pengemis cinta setelah ditolak olehnya. Karena itu aku jawab iya.”Kiki hanya bisa mengembuskan napasnya. Jawaban seperti itu pastinya akan memperkeruh keadaan.“Apa Pak Naven jawab seperti itu artinya Pak Naven tetap akan bersama Nona Evelyn dan melepaskan Bu Nerissa?” Kiki belum dapat kesimpulan apa-apa. Jadi harus menggali lebih dalam.“Bukan begitu.”“Lalu? Pak Naven mau tetap bersama Bu Nerissa dan meninggalkan Nona Evelyn.” Kiki membalik pertanyaan.“Aaahhh ….” Naven mengembuskan napa
Read more
Bab 130
Nerissa memerhatikan apa yang dilakukan oleh suaminya. Dia masih tidak mengerti apa yang dilakukan suaminya itu. “Kamu sedang apa?” tanya Nerissa seraya mengayunkan langkah masuk ke kamar. “Aku sedang menyiapkan tempat tidur untukku.” “Kamu mau tidur di tenda?” Nerissa tidak habis pikir dengan Naven yang membuka tenda di kamar. “Di kamar ada tenda, jadi aku pikir pakai itu saja, dari pada mengambil kasur di gudang, pasti akan membuat mama dan papa akan bertanya-tanya.” Masuk akal juga apa yang dikatakan Naven, tapi tidak dengan mendirikan tenda di kamar juga. “Aku akan tidur di tenda, kamu bisa tidur di tempat tidur.” Nerissa melihat ke arah tempat tidur. Hubungannya dengan Naven memang sedang tidak baik-baik saja. Jadi tidur satu ranjang, pastinya akan membuat tidak nyaman, tapi tidur terpisah seperti sekarang, justru membuatnya semakin aneh. Seolah memang sedang memberikan jarak. “Cepat tidurlah, besok kita harus berangkat ke bandara pagi.” Naven segera masuk ke dalam ten
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
19
DMCA.com Protection Status