Semua Bab Mengandung Benih Majikanku: Bab 11 - Bab 20
39 Bab
BAB 11
Mata Devano terlihat tajam saat menatap layar yang menampilkan Kania yang sedang berada di kamar. Kepalanya sedikit miring, dan dia tersenyum sinis melihat gerakan gelisah wanita tawanan itu. Terlihat wanita tersebut sesekali menggigit bibir bawah, dan itu membuat pria yang melihat hal ini merasa gejolak sesuatu di tubuh. "Apa yang sedang kamu pikirkan, gadis kecil?" gumamnya dengan nada mengejek.Tiba-tiba, pintu terbuka dengan tiba-tiba, membuat Devano terkejut. Dia cepat-cepat menutup laptop dan menoleh ke asal suara. Mata pria tersebut menemukan Alex, bawahannya, yang tampak kaget juga. "Sudah bosan dengan pekerjaanmu, ya?" geram Devano dengan suara tinggi.Alex menelan ludah saat mendapatkan tatapan begitu sinis dari Devano. Dengan rasa takut yang jelas terpancar dari mata pria tersebut, ia segera mendekati sang Bos dan kini berada di samping majikannya ini. "Kalau gak di paksa Ka Wiliam, mana mungkin aku mau diam terlalu lama di sisimu Tuan!" Tetapi lelaki itu hanya berani m
Baca selengkapnya
BAB 12
"Apa!" Alex terkejut mendengar informasi dari kepala pelayan di kediaman Devano. Dia segera menatap sang Bos yang juga menatapnya, mereka memang sedang berada dalam satu ruangan setelah selesai rapat. "Ada apa?" tanya lelaki itu. Lelaki itu langsung bertanya pada intinya, membuat Alex sangat kesulitan menelan ludah saat mendapatkan tatapan tersebut, ia merasa canggung dan sedikit terkejut. "Eum ... Itu Tuan, Ibu dan adiknya Kania datang ke rumah, Tuan," jelas Alex. Devano mengangguk-anggukkan kepala pelan, ekspresinya menunjukan ketegasan. Lalu pria tersebut terus menatap tajam pria yang menunggu dia dihadapan ini mengucapan kata selanjutnya."Mereka membuat keributan di depan rumah, membuat orang yang mendengar berhenti di sana buat menonton aksi mereka," lanjut pria itu cepat.Setelah menjelaskan semuanya, Alex tidak berani membalas tatapan Devano secara langsung. Ia memilih menundukan kepala, merasakan debaran di dada karena kecemasan menunggu reaksi sang Bos. Devano mengger
Baca selengkapnya
BAB 13
"Ibu ...." Hanya kata itu yang keluar dari bibir Kania, dia terpaku sangat syok dengan wanita yang ia anggap Ibu. "Tolong Kania ... jangan seret Ibu, Ibu gak mau keluarga Ibu dalam bahaya."Kania menggelengkan kepala, dia tak berniat membuat keluarga wanita tersebut dalam bahaya. Perempuan tersebut melangkah pelan mendekati wanita yang ia panggil Ibu. Baru saja hendak memegang bahu sang lawan bicara, suara manusia yang lebih tua darinya ini kembali bersuara. "Kamu gak tau, Kania ... betapa mengerikannya kalau Tuan Devano marah, sama kamu dia masih lunak sejak kemaren. Tapi kalau sama Ibu, entah gimana nasib kami nanti," tutur wanita itu.Kania terdiam saat mendengar perkataan wanita tersebut. Ia membenarkan apa yang dikatakan perempuan tersebut, karena dia hanya bertemu beberapa kali dengan pria itu. Dia juga pernah memergoki saat Devano menghukum bawahnya."Ya udah, gak papa, Bu. Biar nanti Kania cari cara lain aja. Maaf udah bikin Ibu takut," kata Kania pelan.Ucapan wanita itu s
Baca selengkapnya
BAB 14
Sebelum Devano menyelesaikan ucapannya, lelaki yang memiliki toko ini langsung menjatuhkan lutut ke lantai. Lalu bersuara sambil memegang kaki majikan Alex. "Tuan, tolong ... jangan buat toko kami bangkrut, kalau anda gak suka coba kasih ciri-cirinya aja. Nanti saya suruh designer bikinin," ujar lelaki itu. Lelaki yang memakai barang dan pakaian mahal ini menatap datar pemilik toko ini. Tatapannya begitu dingin, melihat hal tersebut Alex merasa cemas. "Kamu berdiri! Tuan Devano belum selesai ngomongnya, kenapa malah menyela," geram Alex.Pria tersebut segera bangkit mendengar perkataan Alex. Ia menundukkan kepala saat mendapatkan pandangan dingin dari Devano. "Saya suka, kalau bisa biarin dia bekerja dengan saya juga. Untuk menyiapkan pakaian sesuai permintaan saya," jelas Devano.Mendengar hal itu pemilik toko ini terdiam sebentar, karena designer itu adalah putri mereka. Ia segera mengangguk kepala sebagai jawaban. "Cepat keluarkan semua hasil karya dia! saya ingin lihat semua.
Baca selengkapnya
BAB 15
"Ganteng kan, Bu! Udah Dania bilang selera Dania mah gak bakal pernah ngecewain," celetuk perempuan tersebut. Mendengar hal itu, Erna menganggukan kepala mengiyakan perkataan anaknya. Tetapi, mulut wanita tersebut masih sibuk mengunyah makanan. "Ya udah kalau gitu sana ke kamarnya, godain dia," bisik sang Ibu. Dania segera melirik ke setiap penjuru, para pelayan di sini mulai sibuk setelah kedatangan Devano. Wanita itu lekas melangkah pergi ke arah tadi lelaki pemilik kediaman ini pergi. "Kamu mau ke mana!" seru seorang pelayan.Pelayan tersebut segera mendekati Dania, wanita yang berstatus adiknya Kania. Ia celingak-celinguk melirik sekitar, tidak menyangka kediaman ini sangat luas membuat dia sedikit kebingung hendak pergi ke mana karena banyak lorong. "Di mana Kamar Tuan Devano, saya disuruh ke kamarnya," balas Dania. Dia begitu gampang berkata demikian, bahkan tidak ada nada gemetar sedikitpun. Sang pelayan mengerutkan kening memandang perempuan tersebut. "Jangan berbohong!
Baca selengkapnya
BAB 16
Mereka seperti burung yang terkejut, padahal suara Devano tidak nyaring. Semua segera memutarkan badan dengan kaku dan menunduk kalau melihat sang pemilik kediaman ini. Sedangkan Dania, walau ia juga merasakan takut, tetapi ia mulai melangkah mendekati lelaki itu. Aura menyeramkan semakin terasa kala makin dekat pada Devano. "Berhenti! Siapa yang menyuruhmu, mendekat."Suara itu datar tetapi sangat tajam. Seperti belati yang selesai di asah lalu dilayangkan pada Dania. Membuat wanita tersebut lekas menghentikan langkah dan menundukan kepala seketika. Karena nyali yang awalannya sedikit ada kini tak tersisa sedikitpun. Seperti lilin yang menyala dan diterpa angin. "Ini caramu menyambut kami! kami keluarga Kania lho."Erna melangkah mendekati anaknya lalu berkata demikian, ia langsung memegang tangan Dania dan perempuan tersebut lekas melirik sang ibu. Suara wanita yang melahirkan kedua gadis itu bersuara nyaring walau dengan nada gemetar. Nada suara dan perkataan Erna membuat suasan
Baca selengkapnya
BAB 17
Erna, mendengar perkataan Devano, terdiam seketika. Amarah langsung membara sangat tampak jelas dari tangannya yang terkepal erat, seolah mencoba menahan emosi yang memuncak. Tetapi, mata wanita itu menatap kosong ke arah pemilik kediaman ini, seperti mencari balasan yang tepat untuk merespon."Uang segitu mana cukup, Bos aja nanti janji ke saya kalau bakal ngasih uang mahar, masa kamu enggak. Apa kamu lebih miskin dari dia!" Erna membalas dengan nada sinis, suaranya gemetar menunjukkan betapa emosinya tidak bisa dikendalikan. Sedangkan Devano hanya bisa menyeringai, mengejek. Sementara Kania, yang tidak menyangka ibunya akan berbicara begitu, tampak terpukul. Orang di sekitar mereka hanya bisa menggelengkan kepala, tampak tak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar."Bu ...." Kata itu terlontar dari bibir Kania yang gemetar. Matanya berkaca-kaca, menatap wanita yang melahirkannya dengan penuh kekecewaan. Erna hanya melirik sinis, sementara Dania menatap ibunya dengan tatapa
Baca selengkapnya
BAB 18
Bawahan Devano melihat adegan tersebut berusaha menelan ludah dengan susah payah. Menatap wajah lelaki itu yang dingin bak kutub utara dan tatapan sangat tajam membuat mereka, seperti kekurangan oksigen karena pandangan mata sang majikan. Tubuh semua gemetar ketakutan, lalu tak berselang lama setelah membentak Kania. Pria tersebut segera memandang mereka, memilih menopang kaki dan bersidekap dengan sorot mata sinis."Kalian liatin apa, kenapa diam aja! Ayo cepat sajikan. Apa telinga kalian tuli," bentak Devano.Pembantu Devano tersentak mendengar omelan lelaki itu. Bahkan mereka segera melakukan tugas dengan tergesa-gesa, tidak bisa dipungkiri jika tangan para pelayan gemetar ketakutan."Yang bener kerjanya! Kalau tumpah gimana," sentak lelaki itu lagi.Mereka semakin gemetar ketakutan, bergegas menyelesaikan kerjaan lalu pergi dari ruangan mencengkam ini. Sedangkan Devano mendengkus melihat satu pembantu dengan perlahan mulai menarik pintu dengan pelan. "Lelet banget sih! Bisa cepet
Baca selengkapnya
BAB 19
Setelah berdebat sebentar Erna dengan putri bungsunya. Wanita itu kini menanda tangani dengan mantap berkas tersebut. Sedangkan Dania berwajah masam, ia sangat kesal karena dilarang ke kota ini walau sebentar saja. Secara tak langsung kaya memerintah tidak boleh mengusik kehidupan Devano dan Kania."Okey, berkas ini udah di tanda tangani. Ini uang yang mau dalam bentuk cash, dan sini nomor rekening kalian buat transfer uang sisanya," ujar Alex. Selesai berkata demikian Alex segera menunjukan bukti transfer lalu setelah mendapatkan anggukan keduanya. Lelaki itu lekas bangkit dan memasukan tangan ke saku, tatapan pria tersebut ke arah kedua perempuan ini. "Ayo cepat! Jangan membuang-buang waktu. Kita langsung pergi ke bandara, saya yang bakal ngawasin kalian pergi dari kota ini," lontar Alex. Mendengar itu mata Dania membulat sempurna, ia langsung berdiri dan menatap Alex. "Yang bener aja! Kita aja baru selesai tanda tangan. Harusnya kalian kasih waktu lah, buat kami pamitan dan sen
Baca selengkapnya
BAB 20
Kania memekik kesakitan saat merasakan tamparan yang terdengar menggema di seluruh kamar. Suara perempuan tersebut mengerang, merasakan nyeri begitu membekas. Bahkan sudut bibir terlihat noda darah, sedangkan mata berkaca-kaca, mencerminkan perasaan putus asa menghantam. Wajah wanita itu berubah pucat, keberanian seolah menciut tanpa bekas sedikitpun. Sementara Devano, dengan penuh amarah, menekan dagu perempuan yang menjadi tawanan dengan keras, sebagai tanda kekuasaannya. "Sakit ...." Suara Kania begitu rapuh, bahkan bergetar kala berkata demikian. Devano yang tidak mendapatkan yang diinginkan menggeram. Menunjukan ketidakpuasan. Ia semakin kesal, dan memperkuat cengkraman di dagu Kania. Seolah ingin menghancurkan wanita di hadapannya ini."Bukan itu yang ingin ku dengar! Cepat, katakan sekali lagi," seru Devano. Nada suaranya bahkan begitu menyeramkan, napasnya memburu. Seperti dengan satu kata yang terlontar bisa menghancur lawan bicara berkeping-keping. "Tuan ... tolong, lep
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status