All Chapters of BUKAN SALAH IBU: Chapter 21 - Chapter 30
43 Chapters
Bab 21
BUKAN SALAH IBU 21Jantungku berdebar keras. Seumur hidup, belum pernah aku melihat Papa semurka itu. Aku sudah dewasa, sudah dapat mera-ba apa yang telah terjadi. Oh, kenapa Mama jadi sebodoh ini? Bukankah dengan kehadiran Bella dan Ibunya, seharusnya Mama lebih berhati-hati? Seharusnya Mama menjaga apa yang sudah menjadi miliknya sekuat tenaga."Ayo kita masuk, Ma."Aku tak punya alasan untuk menolak perintah Papa. Tapi, Mama bergeming, berontak dari pelukanku dan berjalan terhuyung-huyung mendekati Papa. Papa yang tak menyadari kehadiran Mama, tetap fokus pada lelaki itu, yang dengan bodohnya, bukannya langsung lari dan pergi, malah menatap Mama."Meira … "Bugh!Aku terpekik, Mama histeris dan langsung menjerit-jerit, mengundang para ART kami datang mengintip. Melihat si lelaki asing itu terpental oleh pukulan Papa, rupanya mengembalikan setengah kesadaran Mama."Mas! Mas! Berhenti!"Mama menarik tangan Papa, gagal. Lalu dengan nekad merangkul pinggang Papa dari belakang. Kepalany
Read more
Bab 22
BUKAN SALAH IBU 22Aku pulang dengan hati hancur, membayangkan keluarga yang selama ini amat kubanggakan, telah berada di gerbang kehancuran. Ternyata, duri itu bukan Bella maupun Ibunya. Duri itu adalah Mama sendiri. "Dari mana kamu?"Mama menghadang saat aku masuk ke dalam rumah. Sore sudah tiba dan Mama telah berdandan rapi, seperti hendak pergi. Aku memandangnya sinis. Kupikir, Mama akan kapok dan berhenti berulah. Bukannya bersiap menunggu Papa pulang dan menunjukkan penyesalan, Mama justru berencana menyulut api."Kenapa baru sekarang aku menyadari kalau Mama nggak sebaik yang aku kira?""Bicara apa kamu, Helena? Kamu pasti habis menemui Bella dan Ibunya? Kamu mau mengkhianati Mama?"Aku menatap Mama heran."Jadi, Mama sudah tahu kalau aku tahu?""Helena … ""Ya. Aku sudah tahu sejak lama, bahwa Bella adalah anak kandung Papa. Mama merebut Papa dari Bella dan Ibunya. Aku tahu semuanya."Kalimatku serupa pukulan telak bagi Mama. Dia meletakkan tas mahalnya di atas lantai, bersan
Read more
Bab 23
BUKAN SALAH IBU 23Pov BELLAAku melompat turun dari motor setelah memarkirnya asal saja. Kuposisikan diriku di depan tubuh Ibu, menjadi tameng baginya. Kutarik tangan Helena yang sudah terulur, hendak menampar Ibu. Dulu, dia pernah mendorong Ibu sampai jatuh di depan klub malam dan aku belum sempat membalasnya. Aku bahkan belum sempat membalas tamparannya di bibirku yang berdarah, juga tendangannya di perut yang membuatku pingsan waktu itu."Lepaskan aku, Bella. Dasar preman!" seru Helena sambil berusaha melepaskan peganganku.Si nenek sihir menjerit-jerit memanggil sopirnya. Lelaki tua itu turun, menatap kami semua dengan bingung. Sementara dari balik pagar, Wak Rusni, yang kini telah menua terbelalak. Dia ikut heboh memanggil suami dan anaknya."Pukul anak itu, Bram, cepat!" teriak si nenek."Berhenti, Pak. Atau Bapak akan ikut saya laporkan polisi karena menyerang rumah orang!" ancamku.Lelaki itu tertegun kebingungan. Kasihan sekali, menjadi hamba sahaya dari seorang berhati jaha
Read more
Bab 24
BUKAN SALAH IBU 24Aku keluar dari kampus sore ini saat hari mulai gelap. Ada rapat BEM yang membuatku harus pulang terlambat. Pesan Ibu di telepon, agar aku berhati-hati karena sejak pagi, mendung menggantung di kaki langit. Benar saja, ketika motor melewati gerbang kampus, gerimis turun disertai angin yang cukup kencang. Sungguh sial, aku lupa membawa jas hujan.Aku tak peduli, terus melajukan motor menembus gerimis yang seperti jarum halus karena hanya setengah jam lagi, magrib akan tiba. Ibu pasti cemas menungguku di rumah.Berbelok melewati jalan Sultan Hasanuddin, aku mengambil jalan pintas supaya lebih dekat. Jalan itu sudah diaspal, tak lagi hanya berupa batu-batu seperti dulu, tapi jalannya sempit hingga jarang dilewati kendaraan roda empat. Apalagi di saat menjelang malam seperti ini. Tapi saat ini, aku mengerutkan kening karena dari kejauhan, dua lampu belakang sebuah mobil tampak berkedip-kedip.Apa itu? Aku menambah laju motor, dan terkejut saat melihat sebuah mobil terpe
Read more
Bab 25
BUKAN SALAH IBU 25"Ayah! Tunggu disitu!"Aku berseru saat melihat pintu mobil Ayah terbuka dan beliau hendak langsung keluar, padahal, hujan tak juga mau berhenti. Aku mengembangkan payung besar milik Ibu dan berjalan menyusuri carport. Ayah turun begitu aku tiba dan langsung mengambil alih payung dari tanganku. Berjalan disisi tubuhnya yang tinggi menjulang, aku jadi seperti anak kecil."Helena sakit, demam dan sedang menangis di kamar. Aku ketemu dia di jalan tadi, mobilnya terperosok ke parit."Ayah tampak terkejut. Beliau meletakkan payung di teras dan mengikuti langkahku. Di depan kamar Helena, kami bertemu dengan Ibu yang memegang nampan berisi sup dan teh panas. Ibu tampak ragu untuk masuk karena masih mendengar dia menangis."Mas saja. Bujuk dia supaya makan. Badannya panas sekali, tapi kaki dan tangannya dingin."Ayah mengangguk, mengambil alih nampan dari tangan Ibu dan mengetuk pintu kamar. Kubantu Ayah membuka pintu itu. Ayah masuk dan aku menutupnya lagi dari luar. "Sud
Read more
Bab 26
BUKAN SALAH IBU 26PoV HELENARasanya aneh, saat aku melangkahkan kaki meninggalkan rumah kecil yang nyaman dan asri ini. Seakan-akan aku tak rela, seakan-akan, setengah hatiku tertinggal disana."Bagaimana menurutmu tentang Tante Ana dan Bella?"Papa bertanya tanpa melepaskan fokusnya pada jalan raya. Pagi-pagi, Papa menjemputku pulang karena katanya, Mama terus menerornya. Ah, Mama sebetulnya bukan hanya meneror Papa. Puluhan pesan whatsapp-nya masuk ke ponselku dan semuanya bernada sama.(Pulang, Helen! Kau harus menjelaskan semua ini sama Mama!)"Mereka baik," jawabku singkat. Mereka lebih dari sekedar baik, lanjutku dalam hati. Terutama Tante Ana. Bagaimana mungkin dia masih bisa bersiap baik padaku? Anak dari orang yang telah merebut kebahagiaannya. Aku yang beberapa kali pernah mencelakai putri kesayangannya."Apa kau bersungguh-sungguh dengan kata-katamu semalam, Helen?""Yang mana?""Kau benar-benar menginginkan Papa dan Tante Ana menikah?"Aku diam sejenak. Benakku tiba-tiba
Read more
Bab 27
BUKAN SALAH IBU 27Pernikahan itu akhirnya terjadi, tepat di hari ulang tahun Bella yang ke sembilan, dan delapan bulan lagi ulang tahunku dengan angka yang sama. Tanggal lahir kami ternyata sama, tapi berbeda bulan.Pagi itu, di rumah kecil dengan air mancur ikan mas yang membuat hatiku tertambat, aku duduk di sebelah Bella, menatap Papa yang duduk di samping Tante Ana dengan kerudung putih berenda di atas kepala keduanya. Papa tampak gagah, meski beberapa lembar rambut keperakan mulai tampak di sana sini. Sementara Tante Ana, dengan kerudung putih panjangnya, bagai seorang bidadari. Mulai kemarin, Tante Ana memutuskan menggunakan jilbab, dan itu semakin menambah aura wajahnya yang indah."Ayah kita ganteng banget ya."Aku menoleh, menatap gadis yang duduk di sampingku. Kami memakai gaun yang sama, gaun berwarna salem dengan hiasan mutiara. Rambut coklat Bella digelung tinggi di atas kepala, menyisakan helai-helai ikal rambut di pinggirnya. Sementara aku memilih tetap membiarkan ramb
Read more
Bab 28
BUKAN SALAH IBU 28"Mama!"Mama duduk terkulai di lantai dengan pecahan botol minuman yang berserakan di mana-mana. Kamar seperti habis terkena angin puting beliung. Kaca meja rias pecah, isinya yang merupakan botol-botol perawatan wajah dan tubuh, juga make up dari brand ternama, bergelimpangan tak berdaya di lantai"Pulang juga kau anak durhaka!" serunya lemah, matanya memicing seolah-olah aku berdiri di depan cahaya."Mama kenapa?"Aku melangkah hati-hati, menghindari setiap pecahan beling. Berjongkok di depan Mama, dapat kucium aroma alkohol yang pekat dari tubuh dan mulutnya."Masih bertanya? Kenapa aku punya anak sebodoh ini, hah?!"Mama menoyor kepalaku dengan gerakan lemah. Aku hanya mampu menghela napas panjang. Kenapa Mama begitu terpukul dengan pernikahan Papa dan Tante Ana? Bukankah selama ini, Mama sendiri yang membuat ulah? Mama yang membuat Papa mantap menceraikannya. Sudah lama aku tahu kalau Mama suka main ke klub malam, tapi baru-baru inilah dia sampai mabuk dan mem
Read more
Bab 29
BUKAN SALAH IBU 29Aku berbalik dan berlari lagi masuk ke dalam rumah. Hati kecilku mengatakan, bahwa aku tak boleh membiarkan saja Mama berdua dengan lelaki itu. Meskipun nanti Bibik ART memergoki mereka, mana mungkin ada yang berani mengusik Mama. Aku saja diusirnya."Mama, berhenti!"Pemandangan yang kusaksikan amat menjijikkan. Di sofa ruang tengah, Mama tengah duduk merapat pada lelaki itu. Bibir keduanya saling menyatu, membuatku langsung membuang muka."Kenapa kamu masuk lagi? Pergilah Helen. Jangan ikut campur urusan Mama!""Tapi aku tak mau Mama seperti ini! Itu dosa, Ma!""Hey, tenang gadis cantik. Aku dan Mamamu akan segera menikah. Sebaiknya kau mulai terbiasa dengan kehadiranku di rumah ini. Namaku Roby.""Tidak! Aku tak sudi lelaki sepertimu menjadi Papaku. Pergilah, atau aku akan telepon security komplek dan melaporkan bahwa ada penyusup di rumah ini!"Aku kalap. Lelaki di depanku ini amat menyebalkan. Dia bicara ingin menikahi Mama tapi matanya melahap tubuhku dengan g
Read more
Bab 30
BUKAN SALAH IBU 30"Bella, maafkan aku. Tapi sebaiknya, kita kembali seperti dulu saja. Tak usah pura-pura sayang padaku lagi. Bukankah kau sudah berhasil merebut Papa dariku?"Aku terkejut, refleks kupegang bahunya. Adikku yang kemarin manis dan membuatku terus saja membayangkan hal-hal indah yang bisa kami lakukan bersama, tiba-tiba saja berubah. Suaranya sinis dan penuh tekanan, tapi di matanya, aku melihat kesedihan yang mendalam."Apa yang terjadi, Helen?" bisikku dengan suara parau. Membayangkan kami saling membenci seperti dulu lagi terasa menyakitkan di hatiku. Aku sudah terlanjur menyayanginya."Tidak ada. Hanya saja, Eyang benar. Aku tak boleh memihak padamu dan Tante Ana jika itu membuat Mama sakit hati. Bagaimanapun, Mama yang melahirkan aku, bukan Tante Ana.""Helen, tidak ada yang menyuruhmu memihak kami, karena aku tak pernah menganggap kita dua pihak yang berseberangan. Aku dan Ibu, tidak pernah merebut Papa dari Mamamu, pun tidak ingin selamanya berseteru. Dengan Eyan
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status